"Tuan kau tau? Aku punya rencana untuk menjodohkanmu dengan nona. Kalian tampak serasi saat berdua seperti tadi. Aku melihat hal baik akan datang karena adanya nona, tetapi aku tidak mau berharap lebih. Jika kau nyaman dan senang itu lebih berarti bagiku."
Entah apa yang akan Lucas lakukan padanya kalau mendengar celotehnya saat ini. Menembak mati? Mengusirnya? Atau menyiksanya dulu sampai Harry akan meminta dibunuh sendiri? Entahlah. Harry rindu Lucas yang jahat daripada melihatnya hanya berbaring dengan mata terpejam seperti saat ini. Oh ayolah ... kenapa tuannya sekarang lebih suka tidur daripada membunuh orang? Dia seperti orang lain.
"Tapi jika kau tidak mau, aku yang akan mendapatkan hati nona. Ah … gadis itu manis sekali, Tuan!" celotehnya lagi yang tentunya unfaedah. Percuma saja, Lucas tak akan bangun hanya karena ucapan bodohnya.
Harry menghela napas lelah. "Tuan ... cepatlah sadar. Aku janji akan menuruti semua perintahmu, bahkan aku akan mati jika kau yang memintanya. Ayolah ... cepat bangun dan sadar. Kau tampak jelek karena terus memejamkan mata elangmu itu. Ini seperti bukan dirimu yang sesungguhnya.
Harry mengusap setetes air yang baru saja jatuh dipipinya. Ia benar-benar sedih melihat Lucas hanya diam dan tak bergerak meski napasnya masih bisa ia dengar. Lucas tak pernah seperti ini sebelumnya. Lucas biasa sakit karena logam panas yang menerjang masuk ke tubuhnya dan itupun masih bisa melakukan aktifitas seperti biasa. Tapi ini? Dalam tubuhnya terdapat racun mematikan. Astaga ... psychopat mana yang tega menaruh racun pada minuman tuannya. Jika Mike sudah menemukan siapa pelakunya. Harry bersumpah akan langsung membunuh orang itu. Bisa-bisanya dia menyakiti tuan Agungnya.
"Jika tuan sadar. Kau boleh menyiksaku atau menguliti kulitku karena melanggar perintahmu tapi cepatlah sadar. Aku tak mau melihatmu seperti ini. Kumohon, Tuan. cepatlah bangun dan beraktifitas seperti biasanya. Aku lebih suka melihatmu bersikpa dingin terhadap semua orang dibanding melihatmu hanya terbaring seperti ini," ujar Harry yang sudah menangis entah sejak kapan. Ia bahkan menggenggam tangan Lucas seperti adegan sepasang kekasih yang tidak mau ditinggalkan. Astaga ... ia benar-benar menyesali keteledorannya.
Kling!
IPad canggih disaku jasnya berbunyi. Pertanda ada notifikasi yang masuk. Ia segera membukanya setelah berusaha menghentikan tangisnya. Ia menatap Lucas sebentar lalu melihat notifikasi yang masuk.
"Sial. Kenapa harus sekarang? Tuan sedang tidak baik-baik saja untuk mengurusnya," ujarnya pelan setelah membaca pesan masuk itu. Memang apalagi yang akan ia terima selain notifikasi penting? Karena memang Harry yang menghandle semua urusan Lucas.
Harry menutup lagi Ipad canggihnya. Menatap Lucas sebentar sebelum berbalik meninggalkannya.
"Erix, jaga Tuan. Aku ada urusan," ujarnya pada Erix yang baru saja masuk ke kamar Lucas setelah mengantarkan Mr. Frans kembali ke rumahnya.
Erix hanya mengangguk tanpa mau ikut campur urusan apa yang akan Harry selesaikan. Mungkin itu urusan perusahaan? Dan itu bukan bidangnya. Ia hanya bertugas manjual belikan barang yang ada di markas tuannya. Selebihnya, hanya Harry yang mampu mengatasinya.
Harry langsung pergi begitu Erix melangkah mendekati Lucas yang terbaring. Setidaknya ia harus mengurus sedikit urusan tuannya disaat seperti ini. Ia tak mungkin mengecewakan tuannya untuk kedua kalinya karna tak becus dengan tugasnya.
Sementara Erix, ia mendudukkan dirinya di samping Lucas, sama seperti Harry tadi. Hanya saja ia tak melakukan adegan sinetron seperti yang Harry perankan tadi. Erix hanya diam dan terus mengawasi tubuh lemah tuannya. Ia menghela napas. Ia salah karena telah meninggalkan mansion hanya untuk menemui kekasihnya. Jika saja ia tak pergi, mungkin tuannya tak akan terbaring dengan tubuh keracunan seperti ini. Ah Erix ... lain kali kau harus berpikir dua kali kalau ingin pergi dari mansion. Lihat … tuanmu kini hanya diam dengan mata terpejam dan tak berkutik dari posisinya.