"Dimana tuanmu itu, Mike?" tanya Zoa disela-sela jalannya. Matanya melihat sekitar, tak ada tanda-tanda tuan Agung mereka ada di mansion sejak pagi. Jadi tak apa kan dia bertanya keberadaan Lucas pada Mike saat ini?
Mike menoleh tapi juga tak menghentikan jalannya. "Tuan sedang beristirahat. Ia baru saja kembali ke mansion menjelang pagi tadi."
Zoa mengangguk paham. Bukankah memang Lucas orang yang super sibuk? Jadi wajar jika ia juga butuh istirahat untuk mengurangi rasa lelahnya. Meski itu disaat jam orang-orang beraktivitas?
"Kau benar ingin kuantar ke kamar, Nona?" tanya Mike lagi memastikan.
Zoa mengangguk. "Memangnya kenapa?"
Mike lantas menggelengkan kepala. "Apa kau tak bosan berada di kamar? Kau menghabiskan hari-hari selama di sini di dalam kamarmu dan ke taman bunga belakang saja. kau tidak penasaran dengan semua yang ada di rumah ini? Kau sangat pendiam."
Zoa tersenyum. "Tidak. Di dalam kamar ada banyak buku yang belum ku baca. Jadi, aku bisa menghabiskan waktuku di kamar untuk membaca sedangkan aku akan ke taman bunga karna memang di sana sangat nyaman. Apalagi dengan pemandangan dan bau semerbak bunga yang wangi. Lain kali, aku akan berkeliling untuk melihat semua yang ada di rumah ini."
Mike terkekeh. "Kau seorang kutu buku ternyata. Pantas tidak mengenal siapa tuan kami yang selalu diberitakan diberbagai media sosial."
Zoa hanya mengedikkan bahu dibarengi senyumannya yang mengembang mendengar penuturan Mike. Pria itu mengejek dirinya tetapi Zoa bahkan tidak merasa dirugikan sama sekali.
Cantik. Batin Mike yang melihat wajah berseri dengan iris mata coklat yang menyipit itu.
Ceklek!
Mereka sontak menoleh ke pintu kamar yang hampir saja mereka lewati. Melihat seseorang yang baru saja keluar kamar dengan hanya menggunakan kaus oblong putih bersih tanpa lengan dipadukan celana selutut berwarna cream. Pemandangan yang belum pernah Zoa lihat dari seorang Lucas. Dan ... tentu saja pria itu tetap tampan. Bahkan jika para wanita ada di sini, bisa Zoa bayangkan mereka akan memperebutkan Lucas. Tapi tidak ... itu tidak berlaku untuknya. Ia hanya menganggap Lucas adalah orang yang berbaik hati karena telah menolongnya. Tak ada perasaan apapun terhadap pria itu. Untuk mengagumi ketampanannya, bukankah itu wajar karena dia juga seorang wanita normal?
"Tuan," sapa Mike yang langsung memberikan hormat untuk tuan mudanya. Lucas hanya diam saja tak menanggapi sapaan dari Mike dengan tatapan dinginnya yang mengarah ke Zoa.
Zoa yang tau Lucas terus menatapnya lantas tersenyum ramah. "Kau baru bangun?" tanyanya lembut.
Lucas tak menjawab. Ia hanya mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Zoa lantas mengalihkan pandangannya lagi ke arah Mike.
"Dimana Harry?"
"Harry ada di ruang tamu, Tuan. Dia ..."
Tanpa menunggu jawaban lengkap dari Mike, Lucas pergi begitu saja dari hadapan dua orang itu tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia terus melangkah menuju ruang tamu dengan tangan yang masing-masing dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Apa dia selalu begitu, Mike? Itu tak sopan meninggalkan orang yang sedang berbicara padanya bahkan tanpa permisi," ucap Zoa tanpa mengalihkan pandangannya pada tubuh Lucas yang semakin menjauh dari keberadaan mereka.
Mike tersenyum tipis. "Tidak, itu bukan tuan yang sesungguhnya. Jika kau terus bersamanya mungkin ia bisa kembali pada dirinya sendiri seperti dulu," ucap Mike tanpa melihat ke arah Zoa. Ia juga sama, melihat kepergian Lucas dari belakang. Entahlah ... dari mana juga ia bisa mengatakan hal demikian pada Zoa yang notabenenya orang baru dikehidupan mereka. Ia hanya memiliki firasat baik saja pada gadis di sampingnya ini bahwa dia akan membawa pengaruh pada tuannya. Hanya saja tidak untuk sekarang. Mereka masih belum lama mengenal satu sama lain. Ah entahlah ... Mike pusing jika memikirkan tentang perasaan atau yang bersangkutan dengan itu.
Zoa menatap Mike aneh. "Jadi, dia berubah? Tapi … kenapa dengannya hingga bisa berubah?"