Lucas berjalan ke arah taman bunga yang ada di belakang mansionnya. Menghampiri seorang gadis yang tengah terduduk manis membelakangi dirinya. Baru saja ia pulang dari markasnya dan tak menemukan gadis temuannya itu di dalam mansion. Ternyata gadis itu berada di belakang rumahnya dan ya? Dia sedang membaca sesuatu yang ada ditangannya. Lucas mengernyit seraya terus melangkahkan kakinya semakin dekat ke arah gadis itu.
Ia berdehem. bermaksud memberi tau keberadaannya ada di samping gadis itu tapi gadis itu hanya menatapnya bingung dengan buku ditangannya yang masih terbuka. Lucas lantas mengambil duduk di sampingnya dengan memberi jarak tentunya. Ia cukup tau kalau gadis ini tak terlalu terbuka dengan orang-orang baru.
"Lanjutkan saja bacaanmu. Aku hanya ingin duduk di sini," ujarnya lantas mengalihkan pandangannya ke arah lain. Bermaksud agar gadis itu percaya dengan ucapannya.
Gadis itu kembali pada kitabnya. Ia agak memelankan suaranya saat kembali membaca. Takut mengganggu tuan muda besar di sampingnya yang telah menolongnya. Sebenarnya ia ingin segera pergi dan kembali ke rumahnya tapi kata Mike, ia disuruh menunggu kedatangan tuan mereka dulu dan kembali membicarakan hal itu. Dan ya ... lagi-lagi ia menurut saja dengan ucapan mereka. Entahlah ... ia hanya merasa mereka sangat baik dan suka rela membantunya. Atau ia tak tau maksud tersembunyi dari mereka?
Sementara Lucas, pria itu memperhatikan gadis itu dari sampingnya dalam diam. Ia cukup penasaran dengan gadis ini. Apa ia tak merasa terganggu dengan kehadirannya? Kemarin saat di kamar juga. Bahkan gadis itu kembali sibuk membaca bukunya tanpa menoleh ke arah Lucas sedikitpun. Ya ... Lucas tau. Ia memang menyuruh gadis itu untuk melanjutkan bacaannya. Tapi hei ... gadis itu benar-benar melakukannya tanpa memperdulikan dirinya yang hanya bisa diam menatapnya. Astaga.
"Apa kau terganggu? Aku bisa kembali," ujarnya halus lantas menoleh pada Lucas yang langsung menegakkan duduknya dengan gelengan kepala yang kecil.
"Tidak. Lanjutkan saja," balas Lucas lalu mengambil ponselnya dan mulai fokus tanpa memperdulikan lagi gadis di sampingnya. Ia agak malu ketahuan memperhatikan gadis ini dalam diam.
"Aku ingin bertanya."
Lucas kembali menoleh saat suara lembut itu kembali keluar. Alisnya terangkat satu dengan tatapan bertanya.
"Apa kau melihat siapa orang yang menembakku malam itu?" tanyanya polos. Ia lantas menutup bukunya dan memeluknya dengan sayang. Kejadian itu tak luput dari pandangan Lucas. Sebegitu berharganya buku itu?
"Ya."
Gadis itu menunduk dalam. Melihat kitab ditangannya dalam diam sembari menunggu Lucas menjawab pertanyaannya.
"Apa dia membawa motor?" tanyanya lagi. Ia hanya memastikan siapa yang sebenarnya menembaknya kemarin karena Lucas tidak kunjung bicara.
Lucas masih diam. Ditatapnya gadis itu. "Hm."
Gadis itu mengangguk mengerti. "Dia temanku," ujarnya lembut tanpa menoleh pada Lucas. Entahlah ... kenapa juga ia repot-repot memberitahu status pria itu pada Lucas. Ia hanya ingin berbagi sedikit kisah tentangnya pada Lucas. Apa itu salah?
Lucas tak menanggapi tapi telinganya dengan seksama mendengarkan setiap ucapan yang akan keluar dari bibir mungil gadis ini. Entahlah ... ia juga sedang ingin mendengarkan cerita dari orang lain. Mungkin akan tampak berbeda jika mengingat tentang dirinya tak pernah peduli dengan orang lain.
"Namanya Iko Samuel," lanjut gadis itu yang mulai menatap lurus hamparan bunga-bunga di depannya dengan seulas senyum tipis yang bisa Lucas lihat dari samping.
"Dia temanku sejak tiga tahun terakhir. Entahlah ... kurasa dia sangat cocok menjadi saudara daripada temanku. Dia selalu melindungiku saat aku dikejar banyak orang-orang berbaju hitam suruhan paman Zack, ayah tiriku."
Lucas masih diam seribu bahasa. Ia tak mau mengganggu cerita gadis ini. Bukankah saat orang bersedih ia hanya ingin didengarkan? Dan itu yang Lucas lakukan saat ini. Ia hanya diam dan mendengarkan setiap ucapan gadis ini. Tapi ... bahkan ia tak tau gadis ini sedang bersedih atau tidak.
"Aku tau dia sengaja melindungiku dari kejaran mereka. Padahal sudah jelas pamannya sangat mempercayainya untuk melakukan pembunuhan terhadapku, tapi ia tak pernah memenuhinya. Baru kali ini ku tau dia menghianati pamannya karna status kami teman."
Dia memiliki perasaan untukmu. Batin Lucas terkekeh dalam hati. Sebegitu polosnya kah gadis ini hingga tak bisa membedakan status teman dengan seorang yang diprioritaskan?
"Dan kemarin ... mungkin ia terpaksa melakukannya atau memang ia sudah lelah melindungiku? Aku tak tau pasti. Dan aku berterimakasih untuk perbuatannya. Akhirnya dia kembali pada pamannya dan mengabaikanku yang bukan siapa-siapa."
"Why?"
Gadis itu menoleh dan memamerkan senyum tipisnya pada Lucas. "Aku memang menginginkannya."
Lucas menaikkan satu alisnya.
"Menginginkan diriku cepat mati agar bisa menyusul kedua orang tuaku di sana." Gadis itu menjeda. "Tapi tak berhasil dengan satu peluru dari Iko diperutku," lanjutnya dengan kekehan kecil.
Menginginkan cepat mati? Apa gadis ini gila? Hei ... baru kali ini Lucas mendengar hal seperti ini saat ia selalu mendengar belas kasihan untuk orang lain meminta kehidupan yang lebih panjang.
"Aku bisa membuatmu segera menyusul mereka," ujarnya kemudian. Entah dari mana juga ia punya inisiatif konyol seperti itu.
"Benarkah?"