Chereads / MAFIA And VEILED GIRL / Chapter 14 - 14. Terungkap

Chapter 14 - 14. Terungkap

"Dimana, Nona?"

Harley tersenyum miring. "Setelah kau menembaknya semalam, kau pura-pura mencarinya sekarang? Ternyata semunafik itu dirimu," ejeknya lalu berjalan memutari tubuh terikat pria itu.

Tanpa Harley duga. Pria itu meludah sembarangan bahkan jari-jarinya mengepal kuat.

"Dia hanya gadis penghalang."

Harley sontak menoleh saat pria itu tiba-tiba menyebut 'gadis penghalang'. Mengangguk mengerti atas ucapan pria itu lalu melirikkan matanya ke etalase yang tak jauh darinya penuh dengan senjata berbeda yang memang disediakan untuknya. Ia melangkah mendekati etalase. Satu tangannya mengambil salah satu pisau genggam baru lalu kembali berjalan mendekati pria itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya pria itu yang kini melirik pisau genggam ditangan Harley.

"Hanya sedikit bersenang-senang," jawabnya tak acuh lalu menggoreskan ujung pisaunya pada pipi lebam pria itu.

Pria itu menahan rasa perih dipipi lebamnya. Toh ia tak mungkin berteriak minta tolong dan akan mendapatkan bantuan dari orang lain menging tempat ini adalah markas pria di depannya. Itu juga akan terlihat menjijikkan untuk ukuran pria dewasa sepertinya.

Harley tersenyum melihat hasil tangannya. Ia melirik sebentar gelas anggurnya lalu mengarahkan gelasnya di bawah dagu berdarah pria itu. Dua tetes darah segar jatuh dalam gelasnya. Seketika anggurnya langsung berubah warna menjadi lebih pekat.

"Warnanya lebih menarik ditambah darahmu, brother," ucap Harley yang memerhatikan gelasnya.

Pria itu menatap tajam. "Apa yang kau inginkan?"

Harley kembali menatap pria itu lalu tersenyum mengejek. "Aku tak menginginkan apapun darimu karena ku tau kau tak sekaya diriku," ujarnya menyombongkan diri tetapi memang benar, tak ada orang yang lebih kaya darinya di negerinya bahkan seorang presiden dan pengusaha sukses tak mampu menyaingi kekayaannya.

"Lalu?" tanya pria itu lagi. Satu alisnya terangkat.

Harley tak menjawab. Ia malah kembali mengarahkan pisaunya dipipi lain pria itu.

Sreeeeet …

Satu goresan panjang dipipi kirinya. Pria itu masih menahan rasa perih dikedua pipinya. Sudah ia katakan ia pria dewasa. Tak mungkin ada jeritan atau permintaan tolong pada orang lain keluar dari bibirnya.

Harley melirik gelas anggur yang sedari tadi ada ditangannya lalu tanpa aba-aba ia siramkan isi gelasnya ke wajah penuh darah pria itu. Sementara pria itu menggigit bibir bawahnya merasakan perih yang amat nyata diwajahnya.

"Kau psycopat gila!" umpatnya tertahan.

Harley terkekeh. "Itu akan lebih menyenangkan jika ku ambil dua bola matamu, Brother," ucapnya memiringkan wajahnya dengan seringaian mengerikan.

"Lalu ku potong sebelah daun telingamu. Menusuk hidungmu dengan besi yang dipanaskan. Bahkan aku bisa saja memotong burungmu juga. Dan untuk yang terakhir ... akan kucincang jantungmu hingga tak berbentuk. Apakah hal seperti itu yang kau inginkan dari psycopat gila ini?"

Pria itu tak menjawab tapi sorot matanya tak lepas dari Harley.

"Jika kau mau, aku akan menerimamu sebagai salah satu anak buahku," tawar Harley yang kini melangkah kembali ke mejanya. Mendudukkan dirinya di kursi putar lalu membuka laci di sampingnya.

Benda itu berkialauan terkena pantulan sinar lampu di atas. Harley lantas mengambilnya dan menutup kembali lacinya. Kegiatan itu pula tak luput dari pandangan pria di tengah ruangan.

"Tembakanmu kemarin lumayan untuk menjadi bukti kalau kau cocok juga menjadi anak buahku. Tapi perlu diingat bahwa aku tak memaksamu." Harley menjeda. "Jika kau mau, semua keinginananmu akan ku penuhi tetapi jika tidak, matipun aku tak peduli."

Pria itu terdiam. Jika ia menerima tawaran Harley dengan menjadi anak buahnya, itu berarti ia berkhianat pada pamannya. Itu juga menampar harga dirinya sebagai orang kepercayaan pamannya sejak dulu sampai sekarang tapi jika ia kembali pada pamannya, ia juga tak yakin akan selamat dari murka pamannya karna tak becus untuk membunuh gadis itu. Disisi lain hatinya tak rela melihat gadis itu terluka. Tapi apa boleh buat? Ia tak boleh terkecoh pada gadis itu demi semua ambisi pamannya.

Pria itu memejamkan matanya dalam. "Aku tak akan memilih keduanya," ucapnya kemudian.

Harley menyorot tajam pada pria itu. Apa maksudnya?

"Tapi bunuh aku karna aku menerima tawaranmu dengan satu syarat."

Harley menaikkan satu alisnya. Ia masih diam menunggu pria itu menyelesaikan ucapannya.

"Jaga Zoa. Bukan hanya aku yang menginginkan kematiannya tapi semua anak buah ayah tirinya yang tak lain adalah pamanku juga mengincarnya selama ini."

Harley masih pada posisinya. Diam dan tetap menunggu pria itu menyelesaikan ucapannya.

"Dia adalah penghalang semua ambisi pamanku. Memindah nama semua kekayaan yang dimilikinya atas nama pamanku adalah ambisi paman dari dulu. Namun sampai saat ini belum berhasil jika Zoa masih hidup. Maka dari itu, pamanku mati-matian mengejar nyawanya ketika ia ada di luar rumah karena jika istrinya tau ia melakukan itu pada anak tiri kesayangannya. Mungkin pamanku sudah dibuang dari dulu."

"Dimana orang tua kandungnya?"

"Telah tiada."