Sementara ditempat dan waktu yang berbeda. Seorang perempuan 38 tahunan terus menangis pilu dipelukan suaminya. Ia sungguh merasa gagal telah menjaga amanah dari almarhum suaminya dulu untuk menjaga dan merawat anak tirinya sebaik mungkin. Meski begitu, ia sangat menyayangi anak gadis tirinya itu layaknya anak kandung sendiri dan itupun karena ia juga tidak memiliki anak kandung. Namun sudah tiga hari anak gadisnya masih belum menampakkan batang hidungnya dirumah. Anak gadisnya hilang tanpa jejak dan itu membuatnya kelimpungan. Bahkan ia sampai tak mengurus suaminya dan lupa akan kewajibannya sebab kesedihan mendalam yang ia rasakan.
Ia berpikir bagaimana nasib anak gadisnya di luar sana. Apakah dia makan dan tidur dengan baik? Apakah anak gadisnya melakukan ibadahnya dengan lancar dan lain sebagainya. Apalagi mengingat bahwa anak gadisnya itu sedikit tidak cocok dengan udara dingin. Hal itu semakin membuatnya tidak bisa berhenti memikirkan anak gadisnya itu.
"Sudah tiga hari, Dear ... apa kau tak akan pulang?" keluhnya dipelukan suaminya.
Tangisnya tak mampu ia redam sejak kepergian anak gadis itu. Padahal ia sudah meminta polisi untuk mencari keberadaan anak gadisnya yang hilang dan melaporkan apapun yang mungkin berkaitan denganputrinya tapi sampai saat ini, polisi-polisi itu masih belum memberikannya kabar apapun. Itu semakin membuatnya merasa bersalah dan tak becus menjaganya.
Ya tuhan ... dimana anak gadisnya itu? Dimana ia sampai tak meninggalkan jejak sama sekali agar aku bisa menemukannya? Oh Zoa …
"Sudahlah, Caroline. Zoa akan baik-baik saja. Dia sudah cukup dewasa untuk mengingat rumahnya kembali. Kau tenanglah. Kita hanya tinggal menunggu polisi menemukan anak gadis kita itu," ujar suaminya menenangkan untuk kesekian kalinya.
Disisi lain pikirannya, ia juga sedang sibuk mempertanyakan dimana keberadaan keponakan kesayangannya itu berada. Ini juga sudah tiga hari ia tak kembali setelah ia memberitahu pada Zack kalau tugasnya selesai. Apa maksudnya? Apa ia benar-benar berhasil membunuh Zoa? Itu bagus. Tetapi Kenapa juga ia tak kembali padahal tugasnya sudah beres? Ah pria muda itu membuatnya gila karna kepergiannya.
Cepatlah kembali Iko ... semua jawaban ada padamu, Brengsek! Geramnya dalam hati.
"Zack ... apa benar Zoa akan baik-baik saja seperti yang kau katakan? Aku sangat mengkhawatirkan keadaan anak gadisku."
Caroline menatap suaminya sendu. Air matanya masih terus mengalir deras. Sedangkan Zack, suaminya mengangguk sekenanya. Ia tak peduli bagaimana keadaan Zoa atau apapun yang akan terjadi pada gadis itu. Bahkan jika Zoa akan diterkam harimau tepat di depannya, ia tetap tak akan menolongnya dan benar-benar tak peduli dengan anak gadis sialannya itu. Justru ia akan sangat bersyukur jika hal itu terjadi. Dengan begitu, ia tak perlu susah payah melakukan segala cara untuk membunuhnya dan ia akan segera mengganti nama hak waris yang begitu berlimpah keluarga Zoa dari nama Zoa lalu diganti dengan namanya.
Baiklah ... ia sungguh tak sabar menantikan hari itu akan datang. Dimana ia akan bergelimang harta tanpa perlu bekerja. Ah menyenangkan sekali jika saja Zoa benar-benar hilang dari peraduan dunia ini.
Zack menatap Caroline yang masih saja menangis dipelukannya. "Apa kau tak bosan menangis? Lihatlah ... matamu tampak seperti mata zombie sekarang," ujarnya karna memang ia sangat bosan mendengar tangisan istrinya itu. Sudah tiga hari juga Caroline terus menangis dan berhenti saat ia tidur saja. Astaga ... apa wanita akan seperti itu jika kehilangan sesuatu yang berharga dihidupnya? Mengerikan.
Caroline semakin mengeratkan pelukannya pada Zack. "Jangan mengejekku, Zack. Aku benar-benar sedih kehilangan anak gadisku."
Bukannya menyahuti ucapan Caroline, Zack malah tersenyum mesum menatap Caroline.
"Baiklah ... mari kita mengganti kesedihanmu dengan kesenangan dan aku akan menyalurkan benihku padamu. Menggantikan anak gadismu itu dengan bayi yang imut dariku. Dia akan tumbuh lebih cantik dari anak gadismu yang hilang," ucapnya menggoda Caroline dengan tatapan mesumnya.
Caroline segera menjitak kepala Zack mendengar ucapan mesum suaminya itu. bisa-bisanya disaat dirinya sedang bersedih Zack justru berpikir mesum dan mengatakan tentang benih? Astaga … isi otak pria itu sungguh tidak bisa diduga.
"Ah! Ini sakit, Honey," ringis Zack mengelus kepalanya yang dijitak Caroline.
"Itu agar otakmu tidak berpikiran mesum setiap saat!"