Chereads / MAFIA And VEILED GIRL / Chapter 8 - 8. Si Penghadang Jalan

Chapter 8 - 8. Si Penghadang Jalan

"Kenapa Tuan berhenti?" tanya Harry pada diri sendiri. Jari-jarinya lincah mengotak-atik layar yang menampakkan seorang perempuan dengan pakaian tertutup sedang berdiri tepat di depan motor tuannya tapi bukan itu yang menjadi fokusnya. Sepertinya tuannya sedang dikepung banyak orang yang berada dititik berbeda. Astaga ... tuannya terlalu banyak musuh sampai setiap jalan ada orang yang mengincar.

"Lebih cepat David! Tuan sepertinya tak tau dia sedang dikepung banyak orang. Tapi tunggu ... " perintahnya menggantung.

David yang hanya fokus dengan kata 'dikepung' lantas melajukan mobil semakin cepat. Tidak ... tuannya sedang dalam bahaya sekarang. Ia harus bergegas menolong tuan kesayangannya itu. Sebagai anak buah sejati yang setia pada tuan mereka haruslah berani berkorban apapun demi keselamatan tuan besar. Tak peduli darah mengalir deras dari tubuh. Tak peduli air mata harus kering. Dan tak peduli siapa yang ia lawan. Tuannya adalah yang terpenting!

Harry meng-zoom salah satu orang yang ada di sana. Sedang berdiri melihat anak buahnya di atas motor dengan pistol yang siap ditembakan kapan saja pada mereka yang menjadi sasarannya. Tapi dia bukan salah satu musuh atau mafia lain yang biasa mengganggu tuannya. Jadi, siapa dia? Tak ada tanda apapun dalam tubuhnya untuk mengenali siapa pria itu seperti yang sering ia temukan dari musuh tuannya.

"Tapi kenapa, Harry?" tanya David tanpa menoleh karna ia fokus menyetir dengan kecepatan yang luar biasa. Tuannya sedang tidak baik-baik saja. Pikiran David hanya terus fokus harus cepat menyusul tuannya sebelum terjadi sesuatu pada pria tersebut.

"Sepertinya mereka bukan mengincar tuan tetapi gadis itu ..." ujar Harry tanpa memperlihatkan siapa yang ia maksud dengan kata 'gadis' pada David. Biarlah pria itu bertanya-tanya dalam otaknya sendiri. Harry tak peduli.

David menaikkan satu alisnya. "Gadis?" tanyanya memastikan ucapan Harry.

Apa dia salah dengar? Tidak ... sangat jelas David mendengar Harry mengucapkan kata 'gadis' tadi. Tunggu, apa Tuannya sedang berkencan sekarang? Tapi sejak kapan? Dan ini ... untuk apa tadi Harry memerintahkannya untuk cepat menyusul tuannya kalau nyatanya tuannya sedang berkencan? Jangan bilang Harry ingin mengganggu kencan tuannya. Pria itu sungguh kurang ajar!

Harry mengangguk. "Ada seorang gadis yang menghadang jalan Tuan."

"Apa??!" tanya David tak percaya dengan mata melotot pada Harry.

"Hei perhatikan jalan di depan, bodoh!" peringat Harry karna bisa-bisanya David mengalihkan pandangannya saat laju mobilnya luar biasa cepat.

David segera kembali pada fokusnya.

"Aku tau kau mengkhawatirkan Tuan. Tapi kalau kau sendiri tak memperhatikan dirimu bagaimana bisa menolong tuan nanti? Apalagi aku juga ada di sini. Untung aja aku langsung memperingatimu. Jika saja tidak, mungkin kita akan mati lebih dahulu sebelum menyusul tuan. Bodoh sekali kau ini!"

Lagi-lagi Harry mengoceh seperti beo. Yayaya ... David khilaf untuk ini. Tapi tak bisakah Harry mengerti situasinya? Ia juga khawatir pada tuannya. Dia enak bicara seperti itu karna dia hanya duduk dan melihat layar IPadnya. Coba saja kalau dia yang menyetir. David pastikan dia juga akan melakukan hal yang sama seperti dirinya.

Tunggu ... sepertinya ada yang mengganjal. Tadi Harry bilang tuannya sedang dihadang. Apa sekarang lagi gencar-gencarnya seorang gadis yang menghadang jalan dan bukan pria dengan tubuh berisi dan banyak tato? Kalau iya. Trik mereka cukup ampuh juga untuk menghentikan pengguna jalan seperti tuannya.

Ah David juga ingin dihadang seorang gadis lalu mencumbunya sesuka hati. Ya tuhan!

"Apa kau sedang berpikir mesum? Wajahmu memerah seperti daging babi," celetuk Harry yang tak sengaja melihat ke arah David sebelum akhirnya kembali fokus pada layarnya.

Astaga! Apa wajahnya benar-benar merah seperti yang dikatakan Harry? Mamelukan!

"Kau jangan berbicara omong kosong, Harry. Untuk apa aku berpikiran mesum," elaknya berbohong. Padahal dalam hati ia merutuki kebodohannya.

Harry menoleh padanya dengan kekehan. "Kau tak bisa berbohong, David. Lihat ... telingamu sekarang yang memerah," ujar Harry menunjuk telinga David.

Sontak David menepis tangan Harry. "Apa yang kau bicarakan? Aku tak berbohong."

Harry tertawa. David punya rasa malu ternyata. Padahal sangat terlihat jelas wajah dan telinganya memerah tapi pria itu mencoba menutupinya.

Harry tak menyahut lagi setelah tawanya mereda. Ia kembali fokus dengan layar ditangannya dari pada harus berbincang dengan David yang tak akan pernah selesai. Sementara David juga kembali fokus pada setirnya. Memalukan sekali ketika sedang asyik menghayal hal romantis dan saat itu juga Harry melihatnya. Apalagi pria itu langsung mengucapkan pikirannya. Astaga David!