"Azzania Makarizo Waesley ... "
Flashback On!
"Terimakasih," ucap gadis itu sedikit menaikkan suaranya satu oktaf karna jaraknya yang lumayan jauh dengan Lucas yang sudah berada di atas motor. Lucas tersenyum simpul dibalik kaca hitam helm yang ia kenakan. Sesaat kemudian ia mulai melajukan kembali motornya.
Dorr!!
Lucas lantas menghentikan motornya ketika suara tembakan tepat berada di belakang. Ia melirik spion motor. Gadis itu masih berdiri, mencoba menahan berat tubuhnya yang mulai lemah lunglai dengan perut terus mengeluarkan darah segar. Bisa Lucas lihat gadis itu menatap ke arahnya sebelum akhirnya tubuhnya ambruk di atas aspal. Lucas mencoba tak peduli. Ia kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Namun ucapan gadis itu sebelumnya mengusik pikirannya.
"Tolong bawa aku pergi. Kumohon ... "
Lucas kembali menoleh. Tidak ... kau harus pergi dari sini. Biarkan gadis itu menjalani hidupnya sendiri tanpa campur tanganmu. Lagipula dia bukan siapa-siapamu yang patut kau tolong.
"Bawa Nona!" perintah seseorang yang tak sengaja Lucas dengar.
"Tolong bawa aku pergi. Kumohon ... "
Lagi. Ucapan gadis itu mengusik pikirannya. Telinganya seakan selalu mendengar suara lirih milik gadis itu yang terus meminta untuk ia bawa pergi. Ya tuhan kenapa ia merasa kasihan saat ini?
Beberapa orang mulai mendekati tubuh tak berdaya gadis yang kini tergeletak di atas aspal. Lucas masih menatap dalam diam di atas motornya. Ia ragu antara membiarkan atau kembali menolong gadis tak dikenalnya itu. Tapi ...
Mereka semakin dekat dengan tubuh gadis itu. Bahkan salah satu dari mereka berjongkok untuk memastikan gadis itu masih hidup atau tidak. Kemudian menyelipkan tangan kirinya dibagian leher dan tangan kanan dibagian lutut gadis itu. Berniat ingin menggendongnya.
Lucas masih mengamati semua gerak gerik mereka tanpa beralih sedikitpun dari posisinya. Sial. Ia merasa sangat bodoh membiarkan mereka mendekati tubuh gadis itu.
Dorr! Dorr! Dorr!
Dorr! Dorr! Dorr!
Perlahan orang-orang yang berada didekat gadis itu mulai tergeletak di aspal dengan kening yang masing-masing berlubang dan tentu dengan darah segar yang mengalir sempurna.
Lucas segera menoleh ke belakang. Dimana suara tembakan itu di bidikan pada orang-orang berbaju serba hitam di depan sana. Ternyata anak buahnya bergerak cepat dari yang ia pikirkan. Ia tersenyum dalam hati. Lantas melirik Harry yang baru saja turun dari mobil.
Harry mengangguk. Seakan memberi isyarat tertentu pada Lucas.
Lucas segera melepaskan helm-nya lantas segera turun dari atas motornya. Menghampiri tubuh tergeletak gadis itu. Sesampainya di dekat gadis itu, Lucas menyorot tajam pada seseorang yang tak cukup jauh sedang mengamatinya. Pria itu tersenyum mengejek sebelum akhirnya berbalik dan mulai mengendarai motornya.
Tanpa Lucas sadari, tangannya mengepal kuat.
"Harry!" panggil Lucas tanpa mengalihkan pandangannya dari pria yang mulai menghilang di kegelapan malam.
"Iya, Tuan."
"Bawa orang itu!" perintahnya dingin. Ia masih menatap tajam kepergian pria yang kini sudah tak terlihat itu.
Harry mengikuti arah pandang Tuannya. Tentu ia tau siapa yang Lucas maksud. Ia juga sudah menduga itu akan terjadi pada pria yang sepertinya ketua dari kelompok mereka.
"Tapi gadis ini ... " ucapnya menggantung dengan mata yang menatap kasihan pada gadis di bawah kakinya.
Lucas menurunkan pandangannya ke bawah, kemudian berjongkok. Ia menyelipkan tangan dibagian leher dan lutut gadis itu. Mengangkat tubuh lemah dan penuh darah gadis itu dalam gendongannya.
"Akan ku bawa ke mansion," ucapnya singkat lalu melangkah menuju mobil yang tak jauh darinya.
Harry mengangkat sebelah alisnya. Benarkah itu tuannya? Sejak kapan ia peduli dengan seseorang? Apalagi itu seorang wanita. Atau mungkin gadis itu salah satu temannya dulu? Hingga tuannya mau menolongnya? Tapi setaunya Lucas tak mempunyai teman perempuan dengan pakaian tertutup seperti yang gadis itu kenakan. Dan itu lebih mustahil lagi jika saja gadis itu seorang muslim. Hei ... ada apa dengan tuan agungnya?
Harry menggeleng. Itu hanya kebetulan saja jika tuannya punya rasa empati untuk seseorang. Ya ... hanya rasa empati saja.
Harry segera melangkahkan kakinya menuju mobil lain di belakang mobil pribadi Tuannya. Tak mungkin juga ia semobil dengan tuannya karna ia harus segera mengejar pria tadi.
Mobil yang ditumpangi Lucas mulai melaju dengan satu mobil lain di belakangnya. Tak lupa beberapa anak buahnya yang mengikuti di belakang dengan menggunakan motor. Tentu dengan jarak yang sudah dikira-kirakan agar tak ada yang mencurigai siapa mereka.
Tepat setelah di pertigaan jalan. Kedua mobil itu melajukan mobilnya berbeda arah. Mobil Lucas yang menuju mansionnya dan mobil Harry yang mengikuti jejak pria itu dengan beberapa anak buah juga di belakangnya.
Flasback Off!