Chereads / Love Is Never Wrong / Chapter 5 - Perjodohan

Chapter 5 - Perjodohan

Setelah menyelesaikan pekerjaannya malam ini, Adrian bergegas untuk tidur. Karena esok hari Adrian juga sudah harus kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Yaitu pergi ke kantor untuk mengurusi pekerjaannya. Belum lagi besok Adrian ada meeting kembali dengan beberapa orang yang sudah bekerja sama dengan kantornya.

*****

Hari telah berganti. Pagi telah kembali datang. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Setelah bangun dari tidurnya, Adrian meminum segelas air putih terlebih dahulu. Setelah itu Adrian melanjutkannya kegiatan paginya dengan berolahraga pagi. Adrian memang membiasakan dirinya sejak dahulu untuk hidup sehat.

Adrian pagi ini akan berolahraga berkeliling-keliling komplek rumahnya. Komplek rumah yang dia tempati memang sangat bagus dan juga asri. Banyak pepohonan yang di tanam oleh orang sana. Sehingga banyak orang lain yang memilih untuk berolahraga berkeliling-keliling komplek selain Adrian.

"Pak Adrian udah pulang? Sarapannya udah saya siapin di meja makan ya Pak," ucap salah satu asisten rumah tangga Adrian.

Adrian kali kini memang sudah selesai berolahraga. Sesampainya di rumah, Adrian labgsung di sambut oleh asisten rumah tangganya dengan sarapan yang sudah di siapkan untuknya.

"Iya. Makasih ya Bi."

"Sama-sama. Kalo gitu saya permisi ke belakang lagi Pak."

"Iya, Bi."

Adrian langsung melahap makanan yang sudah di siapkan oleh asisten rumah tangganya. Sarapan pada pagi ini adalah roti panggang dengan isian daging dan juga segelas susu murni. Setelah selesai sarapan, Adrian langsung kembali ke kamarnya dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

Pagi ini jam baru menjunkukkan pukul 08.00 pagi. Sedangkan meeting akan di laksanakan pada pukul 10.00 pagi. Adrian sengaja berangkat lebih awal karena Adrian ingin mampir ke tempat panti asuhan peninggalan Ayahnya.

Ternyata panti asuhan semakin hari sudah semakin rapih. Sehingga bagi anak-anak yatim atau piatu ataupun anak-anak yang kekurangan merasa nyaman untuk tinggal sekaligus belajar di sini. Adrian merasa lega karena telah mewujudkan permintaan terakhir Ayahnya.

Drt... Drt... Drt...

Handphone Addian yang berada di saku bergetar. Ada telepon masuk dari sana.

"Hallo, Ric. Kenapa?"

"Lu dimana?"

"Di panti biasa. Kenapa? Gua ga bakalan telat sampai kantor kok."

"Yaudah. Gua kira lu lupa. Jangan lupa juga habis meeting kita ketemu cewek buat lu ya di restoran."

"Iya, iya."

Setelah menerima telepon dari Eric, Adrian segera berangkat ke kantornya. Karena sekarang waktu juga sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Adrian harus menyiapkan beberapa bahan untuk meeting kali ini. Walaupun sebenarnya Adrian telah menyiapkannya dari beberapa hari.

"Yaudah kalo gitu saya mau ke kantor dulu. Kamu urus semuanya ya. Kalo ada sesuatu yang di butuhkan langsung kabarin saya aja," pamit Adrian kepada pengurus panti asuhan di sana.

"Baik Pak."

****

Sekarang akhrinya Adrian sudah tiba di kantornya.

"Datang juga lu akhirnya. Nih ada beberapa berkas kontrak kerja sama kita sama kantor lain. Harus lu tanda tangani sekarang."

"Oke. Gua baca dulu."

Adrian dan Eric itu memang sudah sahabatan lama. Sejak mereka berdua duduk di bangku sekolah menengah pertama, tetapi ketika berada di kantor, mereka berdua bisa bersikap profesional seperti seorang atasan dan karyawan pada umumnya.

"Eric. Udah gua tanda tanganin."

"Yaudah kalo gitu kita bisa mulai meetingnya sekarang. Para tamu juga udah sampai di ruang meeting."

"Oke kalo gitu."

Adrian segera bergegas untuk pergi ke ruang meeting yang berada di lantai tiga kantornya. Meeting tersebut berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Bukan Adrian namanya jika tidak bisa menaklukan suatu meeting. Kali ini semua orang lagi-lagi sangat puas dengan presentasi meeting dari Adrian.

"Saya salut sekali dengan Bapak. Bapak itu selalu bisa memberikan yang terbaik buat kerja sama kita. Saya ga salah pilih untuk bekerja sama dengan kantor Bapak."

"Saya juga Pak. Saya sangat puas sekali bisa bekerja sama dengan Bapak. Semoga kedepannya kerja sama kita semakin sukses ya Pak."

"Aamiin. Terima kasih Bapak-bapak semuanya. Saya juga senang bisa bekerja sama dengan Bapak semua."

"Baik kalo gitu saya pamit ya. Ada meeting di tempat lain lagi. Sukses terus untuk Pak Adrian."

"Iya, terima kasih Pak. Sukses juga untuk Bapak."

"Wihh, emang dah teman gua yang satu ini selalu di puji-puji setelah meeting. Gua kapan yaa di puji kaya gitu."

"Makanya lu kalo ada kesempatan buat presentasi, lu gunain sebaik mungkin. Kan kalo emang bagus, gua bisa pakai lu setiap ada meeting. Jadi gua ga cape-cape lagi deh buat presentasi, haha."

"Bisa aja lu. Yaudah yu kita ketemu cewek itu. Mumpung sekarang jam istirahat juga kan."

"Harus banget apa Ric?"

"Harus lah. Kalo ga gini, gimana lagi lu bisa punya istri. Pokoknya nanti kalo lu ga suka ga apa-apa. Terserah lu, gua ga maksa. Yang penting kita sekarang kenalan aja ya sama dia. Mau lu ya."

"Yaudah deh. Ayo berangkat sekarang."

"Bentar-bentar. Nih ceweknya telepon gua. Iya, hallo. Kenapa?"

Ketika Adrian sudah setuju dengan Eric untuk segera ke restoran, tiba-tiba saja Eric justru mendapatkan telepon dari orang yang akan dia kenalkan kepada Adrian.

"Semoga aja tuh cewek ga jadi datang deh," ucap Adrian di dalam hatinya.

"Kenapa Ric katanya? Ga jadi datang dia?"

"Engga. Jadi kok. Dia juga mau berangkat sekarang. Dia minta izin katanya mau bawa temannya. Soalnya dia ga enak kalo harus ketemu sendirian."

"Ohh gitu."

"Iya. Yaudah yu berangkat."

"Ayo."

Kini Adrian dan Eric akhirnya jadi berangkat ke tempat restoran yang sudah di sepakati oleh Eric dan juga wanita itu. Jarak dari kantor ke restoran tidak begitu jauh. Sehingga hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit mereka semua sudah sampai di restoran tersbeut.

Ternyata yang sampai duluan adalah Adrian dan Eric. Sedangkan wanita itu belum juga sampai. Padahal Adrian tadi berharap jika wanita itu sampai lebih dahulu daripada dirinya. Sehingga Adrian tidak perlu menunggunya lagi. Karena Adrian sepertinya tidak terlalu niat untuk bertemu wanita itu.

"Mana nih? Belum sampai dia?" tanya Adrian.

"Sabar. Lagi di jalan katanya. Namanya juga cewek. Pasti dia mau tampil yang terbaik buat calon pasangannya, haha."

Mendengar lelucon sahabatnya barusan, Adrian hanya terdiam saja. Yang Adrian inginkan saat ini adalah segera bertemu dengan wanita itu sehingga Adrian juga bisa segera pergi dari sana.

Tidak lama kemudian wanita itu datang bersama dengan temannya.

"Hallo. Eric kan? Maaf. Nunggu lama ya?"

"Engga kok. Kita baru aja sampai. Duduk, duduk silahkan," jawab Eric. Sedangkan Adruan hanya terdiam saja.

"Iya, makasih."

"Mau pesan apa nih?"

"Hmm, minum aja deh dulu."

"Oke, Mba, Mba. Mau pesan lagi nih."

"Iya, mau pesan apa?"

"Hmm, es jeruknya aja deh. Lu mau minum apa Nes?"

"Samain aja deh sama lu."

"Oke. Es jeruknya 2 ya Mba."

"Baik. Di tunggu sebentar ya."

"Iya, makasih."

Tanpa berlama-lama lagi Eric pun langsung memperkenalkan Adrian kepada wanita kenalannya itu.

"Ca. Kenalin, ini teman gua yang gua ceritain itu. Adrian Michael nama aslinya. Di panggilnya Adrian."

-TBC-