"Kau tau Bryan? Aku tidak sabar melihat kakak menikah Nanti." Ucap Sasya setelah membereskan sisa makan malam tadi. Sasya mengelap tangannya dengan tisue lalu menghampiri Bryan.
"Lian akan segera menikah, dan cepat atau lambat hari itu pasti akan terjadi." Bryan menyesap kopinya pelan. "Kita tinggal menunggu hari baiknya saja."
Sasya menekuk wajahnya. "Ya aku tau itu, aku hanya ingin hadir di hari bahagia mereka."
Bryan melirik kearah Sasya, lalu tersenyum. "Lian pasti tidak akan melupakan adiknya yang manis ini, kau pasti diundang ke acara pernikahannya sayang."
Sasya terkekeh. "Benar juga, awas saja kalau kakak melupakan aku." Ujar Sasya berapi-api. Mendadak Sasya teringat dengan Sharon. "Bagaimana dengan kabarnya yah?" Tanyanya pada diri sendiri.
Bryan terdiam, siapa yang dimaksud istrinya ini? Batinnya bertanya-tanya.