"Lama sekali si Natsumi ini… Ke mana dia memangnya? Bukankah tadi janjian mau ketemu di bagian ujung kapal ini sambil menikmati angin malam dari lautan?" Kimberly Phandana terdengar sedikit menggerutu.
Kimberly Phandana mondar-mandir di bagian ujung kapal itu. Dia mulai tidak tenang. Pasalnya bagian ujung kapal tersebut sangat sunyi dengan penerangan yang hanya remang-remang dan jarang sekali dilalui orang-orang. Namun, di bagian tersebutlah mereka bisa mengobrol sepuasnya tanpa takut terganggu oleh orang-orang yang berlalu-lalang sembari menikmati angin lautan di malam hari.
Akan tetapi, lima belas menit sudah berlalu dari waktu perjanjian mereka. Natsumi Kyoko sampai detik itu belum juga memunculkan diri.
"Ke mana dia? Jangan-jangan ada urusan penting dengan Maxy Junior dan melupakan janjinya padaku…" Kembali terdengar Kimberly Phandana sedikit menggerutu.
Kimberly Phandana sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang sudah terus mengawasinya sejak di detik pertama ia tiba di bagian ujung kapal tersebut. Mengendap-endap mendekatinya dari belakang, bayangan orang tersebut semakin dekat dan semakin dekat.
"Coba kutelepon ke nomor WA-nya. Akan kutanya padanya nih apa sebenarnya yang mendasari keterlambatannya malam ini…"
Kimberly Phandana mengeluarkan ponselnya dan hendak menekan nomor-nomor WhatsApp Natsumi Kyoko. Sekonyong-konyong dirasakannya ada semacam benda berat yang menghantam kepalanya dari belakang. Ponsel terlepas dari genggaman tangan dan jatuh ke lantai. Tubuhnya juga melorot lemas ke lantai seiring dengan kesadarannya yang seketika langsung mengendap di lubuk sanubarinya. Beberapa detik kemudian, tampak Kimberly Phandana sudah pingsan tidak sadarkan diri di lantai kapal.
Sambil meledak dalam tawa sinisnya, Mary Juniar mencampakkan tongkat besi yang dipungutnya dari sembarang tempat, yang digunakannya untuk menghantam kepala Kimberly Phandana barusan.
"Tak kusangka nasib baik berpihak padaku malam ini. Mereka janjian akan ketemuan di sini sambil menikmati angin malam dari lautan… Hahaha…" Mary Juniar kembali meledak dalam tawa sinisnya.
"Nikmatilah angin malam dari lautan ini... Terus nikmati saja angin malam ini, angin yang akan menyeret kalian ke neraka…" Mary Juniar meledak dalam tawa sinis yang berkesinambungan.
Sejurus kemudian, terdengarlah derap-derap langkah kaki yang menuju ke tempat tersebut. Mary Juniar mengambil kembali selonjor besi yang tadi dipakainya untuk menghantam tengkuk belakang Kimberly Phandana. Dia bersembunyi di tempatnya semula dan menunggu sampai korban yang berikutnya sampai di tempat tersebut.
Sontak saja mata Natsumi Kyoko membelalak lebar tatkala ia melihat kondisi Kimberly Phandana yang sudah tidak sadarkan diri di lantai.
"Hah! Ada apa ini, Kimberly? Apa yang terjadi denganmu? Kimberly! Kimberly!"
Natsumi Kyoko terhenyak bukan main. Kepanikan mulai menggerayangi. Dia sedikit mengguncang-guncangkan tubuh sahabatnya. Akan tetapi, sang sahabat terlihat masih terlelap dalam tidurnya yang panjang dan belum berniat untuk bangun.
"Aku akan menelepon bala bantuan," kata Natsumi Kyoko mulai mengeluarkan ponselnya.
Sayang sekali… Sial sekali bagi Natsumi Kyoko malam itu… Sebelum dia sempat menekan layar ponselnya, selonjor besi kembali menghantam kepalanya dari belakang. Namun, kali ini mungkin pukulan Mary Juniar kurang kuat sehingga Natsumi Kyoko hanya terpelanting ke depan tanpa kehilangan kesadarannya. Ponselnya terjatuh ke lantai, terseret sampai ke bagian ujung kapal, dan akhirnya jatuh ke lautan bebas di ujung sana.
"Mary Juniar! Kenapa kau bisa ada di sini! Apa yang kaulakukan di kapal ini!" Natsumi Kyoko kini hanya bisa merangkak mundur di lantai. Rasa sakit pada kepala belakangnya sungguh membuatnya kehilangan tenaga untuk berdiri.
Terdengar tawa yang melengking tinggi meluncur keluar dari kerongkongan Mary Juniar. Dia bergerak mendekati Natsumi Kyoko dengan tatapan mata seperti tatapan mata seekor singa yang sudah tidak makan selama berhari-hari.
"Kau kira apa yang kulakukan di kapal ini, Natsumi Kyoko? Kau kira apa rencanaku di sini, ikut ke dalam pelayaran kapal ini, menemuimu di tempat yang sepi dan jarang dilalui oleh orang-orang seperti ini?" Terlihat senyuman mengerikan di wajah Mary Juniar.
"Apa yang akan kaulakukan? Apa yang akan kaulakukan?"
"Tentu saja membuatmu merasakan pembalasanku karena telah merebut Bang Maxy Junior dariku. Ketika kau merebut Bang Maxy Junior dariku, dan membawanya pergi dari sisiku hari itu, aku sudah bertekad aku akan melenyapkanmu, Natsumi Kyoko! Aku sudah bertekad jika aku tidak bisa mendapatkan Bang Maxy Junior, wanita mana pun di dunia ini juga tidak boleh memilikinya! Aku akan menyingkirkanmu apa pun caranya! Kau takkan bisa hidup berbahagia di sisi Bang Maxy Junior!"
"Dengan menyingkirkanku, apa kau berpikir kau bisa mendapatkan Bang Maxy Junior? Dengan menyingkirkanku di sini pada detik ini, Bang Maxy Junior akan membencimu selamanya! Setiap kali bertemu denganmu, hanya ada tatapan penuh dendam dan kebencian yang dimilikinya terhadapmu! Kau jangan pernah berharap ketika aku sudah tidak ada, dia akan menatapmu dengan sorot mata penuh cinta dan kerinduan! Kau tahu kenapa? Karena sorot mata penuh cinta dan kerinduan dari Maxy Junior itu hanya tertuju kepada diriku seorang!"
Dengan berani Natsumi Kyoko memprovokasi Mary Juniar. Tanpa keder sedikit pun, sepasang mata Natsumi Kyoko mendelik tajam ke arah Mary Juniar. Naiklah emosi Mary Juniar. Dia mendaratkan satu tamparan ke wajah Natsumi Kyoko.
"Apa kau bilang! Coba bilang sekali lagi!"
"Jika kau menyingkirkanku di sini sekarang, kau sendiri juga takkan bisa lolos! Atau kau memang lebih suka kita berdua sama-sama ke neraka saja, Mary Juniar!" Natsumi Kyoko masih memandang tajam ke Mary Juniar.
Naiklah emosi Mary Juniar kali ini sampai ke ubun-ubun kepalanya. Tangan menyambar selonjor besi yang ada di sampingnya. Besi tersebut dihantamkan ke sekujur badan Natsumi Kyoko mulai dari kepala hingga ke badan dan kedua tangan dan kakinya. Terdengar jeritan tertahan dari Natsumi Kyoko karena dia sungguh tidak bisa menghadapi lagi rasa sakit yang kini menyergap sekujur badannya.
Sejurus kemudian Kimberly Phandana mulai sadar perlahan-lahan. Rasa pening dan sakit masih menyerang kepala belakangnya. Dia memandang ke sekeliling, mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dan berusaha menangkap kembali kesadarannya.
"Aaaiihh…!!! Apa yang kaulakukan di sini!" Teriakan Kimberly Phandana membahana memecah langit malam.
Besi yang melayang ke sekujur badan Natsumi Kyoko kini juga melayang ke wajah, leher, sekujur badan, dan kedua tangan dan kakinya. Terdengar pekikan tertahan dari Kimberly Phandana yang kini juga mengalami kondisi yang tak jauh berbeda dengan Natsumi Kyoko.
Tampak keduanya terkapar tidak berdaya di lantai kapal. Mary Juniar kini berdiri dengan besi yang masih berada dalam genggaman tangannya dan dengan napasnya yang tersengal-sengal.
"Sekarang saatnya penghabisan ya…" Mary Juniar tersenyum mengerikan.
Kali ini Mary Juniar bermain dengan kaki. Didaratkannya tendangan bertubi-tubi ke sekujur badan Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana. Percikan-percikan darah mulai keluar dari luka lebam dan luka lecet badan mereka berdua. Keduanya semakin tersungkur ke ujung dan semakin dekat dengan bagian ujung kapal yang langsung mengarah ke lautan lepas. Hanya ada pagar tipis yang membatasi daerah kapal dan daerah lautan lepas.
Pas ketika badan keduanya sudah menempel pada pagar pembatas yang ada di ujung, satu tangan Natsumi Kyoko naik dan menahan kaki Mary Juniar yang akan menendangnya lagi. Dengan mengerahkan sisa-sisa kekuatannya, dia berusaha membela diri dan melindungi diri supaya ia tidak tercampak jatuh ke lautan lepas yang ada di bawah sana.
"Kau kira kau masih bisa selamat dari sini, Jalang! Oke… Kau bisa selamat dari lampu hias kristal besar itu karena ada Bang Maxy Junior yang menolongmu waktu itu. Tapi kali ini kau hanya sendirian di sini. Bang Maxy Junior ada di dalam sana dan ponselmu sudah terjatuh ke laut lepas tadi. Dia sama sekali tidak bisa menghubungimu lagi dan kau juga tidak bisa menghubunginya. Hahaha… Hahaha… Kau sudah tiba di ujung tanduk, Natsumi… Kau akhirnya akan segera mati… Akhirnya aku bisa menyingkirkanmu dari kehidupan Bang Maxy Junior untuk selamanya…"