Tangan Mary Juniar masih menggenggam selonjor besi yang tadi dipakainya untuk menyiksa Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana. Dari situlah Kimberly Phandana bisa melihat adanya satu kesempatan bagi mereka untuk meloloskan diri dari cengkeraman perempuan gila ini.
Tangan Mary Juniar melayang lagi. Selonjor besi tersebut hendak melayang ke kepala Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko hanya bisa pasrah memejamkan matanya. Apa pun yang akan terjadi pada dirinya, terjadilah… Jika dia akan mati di kapal ini bersama-sama dengan cintanya terhadap sang pangeran tampan, dia sudah siap.
Mendadak saja tangan Mary Juniar ditahan oleh kedua tangan Kimberly Phandana. Mary Juniar sempat melupakan keberadaan Kimberly Phandana yang ada di samping Natsumi Kyoko. Dengan sigap Kimberly Phandana mengunci tangan Mary Juniar dan merebut besi tersebut dari genggaman tangannya. Mary Juniar terperanjat kaget dengan sepasang matanya yang membelalak lebar. Besi langsung dihantamkan ke tulang kering kaki Mary Juniar yang ditangkap oleh tangan Natsumi Kyoko tadi. Terdengar bunyi tulang yang patah dan jeritan melengking tinggi delapan oktaf berkumandang dari tenggorokan Mary Juniar.
Begitu tubuh Mary Juniar jatuh terpelanting ke lantai kapal, Kimberly Phandana segera memapah Natsumi Kyoko untuk mengambil langkah seribu dari tempat tersebut.
"Kau bisa lari?" tanya Kimberly Phandana dengan napas yang terengah-engah. Natsumi Kyoko hanya mengangguk lirih.
Keduanya berlari ke arah depan kapal. Akan tetapi, keduanya tidak bisa berlari sekencang dan selincah biasanya karena adanya luka lebam dan luka lecet pada sekujur tubuh.
"Jangan lari kalian, Jalang! Aku akan mendapatkan kalian! Aku akan membunuh kalian berdua! Kalian takkan bisa lolos dariku!" Sayup-sayup masih terdengar teriakan Mary Juniar di belakang mereka.
Mary Juniar berdiri dan kini hanya bisa bertumpu pada sebelah kaki. Dengan langkah yang terseok-seok, dia mengejar kedua targetnya yang sudah terlebih dahulu bergerak ke arah depan.
"Aku takkan membiarkan kalian lolos! Aku sudah menunggu datangnya hari ini sebegitu lama! Kalian kira aku akan melepaskan targetku begitu saja!"
Sementara itu di lantai tiga…
Pas Victorio Mistrall keluar dari kafe tempat dia makan malam, kembali dia merasakan dirinya diawasi dan diikuti oleh beberapa orang. Dia mulai merasa tidak tenang lagi. Sudah beberapa hari ini dia merasa segalanya aman-aman saja. Malam ini kembali dia merasa ada beberapa orang yang tengah mengawasinya dan mengikutinya ke mana pun dia melangkah di seantero lantai tiga kapal tersebut.
Victorio Mistrall mempercepat langkah-langkahnya ke bagian depan kapal. Masih saja beberapa orang yang berjas hitam dan berkacamata hitam tersebar di berbagai titik. Victorio Mistrall kembali mempercepat langkah-langkahnya ke bagian belakang kapal. Tetap juga terlihat beberapa orang yang berjas dan berkacamata hitam tersebar di berbagai titik.
Sudah mulai lelah berjalan ke sana ke sini di seantero lantai tiga, Victorio Mistrall memutuskan untuk masuk ke kamar mandi dan mengamankan dirinya untuk sementara. Dia masuk ke dalam salah satu sekat ruangan kamar mandi. Dia berdiam diri di sana selama beberapa menit guna mengambil napas dan menenangkan kembali jantungnya yang sudah berdegup kencang.
Lewat setengah jam kemudian, dia keluar dari kamar mandi. Dia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri dan mendapati sudah tidak terlihat lagi pria-pria berjas hitam dan berkacamata hitam tersebut. Dengan mempercepat langkah-langkahnya lagi, ia bergerak ke bagian belakang kapal. Dari lift yang terletak di bagian belakang kapal, Victorio Mistrall langsung naik ke lantai lima. Begitu ia keluar dari lift, kembali terlihat beberapa orang yang berjas dan berkacamata hitam. Panik kembali mengeriap dan menggerayangi benak pikirannya.
Victorio Mistrall berniat kabur ke bagian depan kapal. Akan tetapi, bagian depan kapal semakin banyak terlihat pria-pria berjas hitam dan berkacamata hitam. Dia terkesiap seketika. Dia terpaksa berbalik arah dan jalan satu-satunya adalah kabur ke lantai enam melalui anak-anak tangga yang terletak pada bagian paling ujung lantai lima.
Naiklah Victorio Mistrall ke lantai enam melalui anak-anak tangga tersebut. Saat sudah di lantai enam, dia langsung dicegat oleh sekumpulan pria-pria yang berjas dan berkacamata hitam tadi. Dia hendak berbalik turun dan tampak pria-pria berjas dan berkacamata hitam yang lain sudah naik dari lantai lima. Kini Victorio Mistrall mati kutu – maju kena mundur kena.
"Wow… Wow… Wow… Masih ingin lari ke mana, Pak Victorio?" tanya Ryota Hanamura yang mendadak muncul dari belakang sekumpulan pria yang berjas dan berkacamata hitam tersebut.
"Dari mana kau… kau… kau bisa tahu namaku?" Victorio Mistrall ketakutan setengah mati. Sekujur badannya bergelugut hebat.
"Tentu saja aku tahu… Kalau aku tidak tahu namamu, bagaimana aku bisa mengikutimu sampai ke kapal ini dan mencegatmu di sini, Pak Tua?" Terdengar kata-kata sinis nan mengerikan dari Ryota Hanamura.
Victorio Mistrall membisu seribu bahasa. Dia menelan ludah ke dalam kerongkongannya yang tercekat. Dia merasa hidupnya akan berakhir malam ini. Dia merasa hidupnya akan mencapai ujung jalan malam ini. Untung saja USB kecil tersebut sudah dimasukkannya ke dalam saku jas si pemuda Jepang itu tempo hari. Dengan demikian, dia bisa mati dengan tenang malam ini. Dia bisa meninggalkan dunia yang kejam ini dengan tenang malam ini.
"Aku tidak akan bertele-tele di sini, Pak Victorio… Berikan padaku data-datanya… Dengan demikian, setidaknya aku bisa melemparkanmu ke laut dan kau takkan mati dengan tragis di kapal ini. Bagaimana?" Ryota Hanamura menodongkan pistolnya ke kepala Victorio Mistrall.
"Data apa? Aku sama sekali tidak mempunyai data apa-apa…"
Satu tembakan langsung diarahkan ke lutut Victorio Mistrall. Victorio Mistrall menjerit tertahan sambil memegangi lututnya yang kini mulai berdarah.
"Jangan mempersulit keadaan, Pak Tua! Kalau kau terus memberontak seperti ini, kau bukan hanya menyulitkanku, tetapi kau juga mempersulit dirimu sendiri! Kita bekerja sama saja dan jangan saling menyulitkan, oke kan!"
"Aku tidak tahu data apa yang kaumaksud, Orang Jepang!"
Satu tembakan kini mengarah ke bahu Victorio Mistrall. Tubuh Victorio Mistrall jatuh tersungkur di lantai dan kini ia terkapar tidak berdaya di lantai.
"Kau dulunya bekerja di laboratorium misterius itu bukan? Bisa jadi kau merupakan salah satu pekerja laboratorium misterius itu yang tersisa hingga saat ini. Tidak mungkin kau tidak menyimpan data-data tentang laboratorium itu, iya kan?"
"Laboratorium misterius itu sudah lama hancur. Laboratorium itu dihancurkan oleh orang-orang Free Hands. Pada saat hancur, aku terburu-buru melarikan diri dan tidak sempat membawa data apa pun. Aku benar-benar tidak memiliki data apa pun dari laboratorium itu saat ini," teriak Victorio Mistrall di puncak keputusasaannya.
Satu tembakan hendak diarahkan ke punggung Victorio Mistrall ketika tangan Victorio Mistrall sekonyong-konyong menyambar selonjor besi yang terletak di sekitar situ. Besi dihantamkan ke tangan Ryota Hanamura dan kemudian ke tulang keringnya. Pistol terlepas dari genggaman tangan dan terdengar jeritan tertahan dari Ryota Hanamura yang jatuh terpelanting ke belakang.
"Kurang ajar! Hajar dia! Kasih dia pelajaran! Dia akan menyesal telah berhadapan dengan Ryota Hanamura malam ini!" Terdengar teriakan membahana dari Ryota Hanamura.
Berbagai pukulan dan tendangan didaratkan oleh anak-anak buah Hanamura ke wajah dan sekujur badan Victorio Mistrall. Akan tetapi, yang mengherankan adalah… Lima belas menit setelah dihajar seperti itu, Victorio Mistrall masih bisa memberikan semacam perlawanan balik dengan menggunakan selonjor besi yang dipungutnya tadi. Kedua bola mata Ryota Hanamura membeliak seketika dengan kedua alisnya yang sedikit terangkat.
"Kau… Kau… tidak mempan ditembak ataupun dipukul ya… Kau… Kau… Jangan-jangan kau… kau menggunakan ramuan asli 100% itu ya… Iya kan?" Nada suara Ryota Hanamura mulai meninggi.
Victorio Mistrall sedikit tersenyum penuh kepuasan sekarang.
"Hanya pekerja laboratorium sepertiku yang memiliki akses VVIP terhadap ramuan asli 100% itu. Aku adalah salah seorang pekerja laboratorium misterius itu. Tentu saja aku juga memiliki akses VVIP terhadap ramuan asli 100% itu."
"Ada di mana ramuan asli 100% itu sekarang! Ada di mana!" Ryota Hanamura menodong Victorio Mistrall dengan pistolnya lagi.
"Aku takkan memberitahumu! Aku takkan menyerahkan ramuan asli 100% itu ke tangan-tangan penjahat dan teroris seperti kalian!"
Satu tembakan diarahkan ke bahu Victorio Mistrall lagi. Victorio Mistrall jatuh tersungkur ke lantai. Selonjor besi tersebut terlepas dari genggaman tangannya.