Satu tembakan diarahkan ke bahu Victorio Mistrall lagi. Victorio Mistrall jatuh tersungkur ke lantai. Selonjor besi tersebut terlepas dari genggaman tangannya.
"Jelas-jelas kau tahu peluru kecil seperti itu takkan bisa membunuhku, Orang Jepang!" desis Victorio Mistrall dengan sebersit senyuman sinis.
"Oke… Aku akan mencoba cara lain supaya kau bisa buka mulut! Pistol ini tidak sanggup membunuhmu kan? Ada banyak jalan menuju ke Roma. Aku tidak percaya ramuan asli 100% itu tidak memiliki kelemahan sedikit pun. Siapkan air!" teriak Ryota Hanamura kepada anak buahnya.
Mata Victorio Mistrall tampak membelalak seketika. Sekujur tubuhnya mulai bergelugut hebat.
"Apa yang akan kaulakukan?"
"Apakah aku sudah menangkap kelemahanmu, Pak Tua?" Terlihat sebersit senyuman mengerikan di raut wajah Ryota Hanamura.
Beberapa detik kemudian, beberapa anak buah Ryota Hanamura meletakkan sebaskom air yang penuh di hadapan Victorio Mistrall.
"Tidak! Jangan! Jangan!" teriak Victorio Mistrall benar-benar panik. Dengan anggukan kepala dari Ryota Hanamura, kedua anak buah di belakang Victorio Mistrall mencengkeram kedua tangannya dan kemudian menceburkan kepalanya ke dalam air.
Ryota Hanamura tertawa sinis nan terbahak-bahak. Tampak sekujur badan Victorio Mistrall yang bergelugut nan meronta-ronta hebat. Lewat sepuluh detik kemudian, kepalanya diangkat dari air lagi. Tampak kini napas Victorio Mistrall yang terengah-engah. Dia berusaha mengambil oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya.
Lewat tiga detik, dan tanpa aba-aba sedikit pun, dengan anggukan kepala dari Ryota Hanamura, kedua anak buah yang ada di belakang kembali menceburkan kepala Victorio Mistrall ke dalam air. Tampak perjuangan sekujur tubuh Victorio Mistrall yang sebegitu hebat di dalam air. Kembali sekujur tubuhnya terlihat bergelugut hebat dan meronta-ronta di dalam air. Namun, tenaganya tentu saja kalah kuat dengan tenaga dua anak buah Hanamura yang berbadan kekar, tegap bedegap, yang tengah mencengkeram kedua tangannya dari belakang.
Lewat lima belas detik kemudian, kembali kepala Victorio Mistrall diangkat dari air. Napasnya tinggal satu-satu sekarang. Ia terlihat sangat lemah dengan wajah pucat pasi yang sudah seputih kertas.
"Baru tahu aku sekarang ramuan ajaib 100% itu memiliki kerentanan terhadap air. Hanya air yang bisa membunuhmu ya, Pak Victorio… Aku tinggal menceburkan kau ke dalam lautan di depan sana dan kau akan tewas seketika karena tidak kebagian oksigen. Begitu kan? Iya kan? Hahaha…" Terdengar tawa panjang Ryota Hanamura yang menjijikkan.
"Aku tidak tahu apa-apa… Aku tidak memiliki data apa pun padaku… Aku harus bilang berapa kali baru kau percaya!" teriak Victorio Mistrall di puncak ketidakberdayaannya.
"Memang semua petugas dan pekerja laboratorium misterius itu sudah dilatih ya untuk memegang rahasia itu sampai mereka mati. Apakah kau dijanjikan surga jika kau bisa memegang rahasia tersebut sampai kau mati, Pak Victorio? Apakah kau benar-benar percaya kau akan masuk surga jika seandainya kau memegang rahasia ini sampai mati?" Tampak sebersit senyuman mengerikan di wajah Ryota Hanamura.
"Aku benar-benar tidak memiliki data apa pun… Semua data sudah hancur ketika kelompok Free Hands menyerbu masuk ke dalam laboratorium misterius… Kenapa kau terus memberondongku dengan pertanyaan itu, Orang Jepang? Kenapa kau tidak pergi mencari orang-orang kelompok Free Hands saja dan bertanya pada mereka?" Tampak napas Victorio Mistrall yang tinggal satu-satu. Dia semakin lemah, semakin tidak berdaya, dan dia yakin kematiannya sudah berada di ambang pintu.
"Oke… Kalau kau memang lebih merindukan surga, akan kuberikan sebuah kematian yang melegakan saja padamu, Pak Tua. Namun, aku tidak bisa jamin kau akan masuk surga setelah kematianmu ini. Surga adalah suatu tempat yang jauh dari pengharapanku. Bisa jadi kau ke neraka saja atau jika kau lebih beruntung, kau akan terlahir kembali menjadi manusia. Hahaha…"
Terdengar tawa Ryota Hanamura yang terbahak mengerikan. Kepala Victorio Mistrall kembali diceburkan ke dalam air. Tampak kedua tangan dan sekujur tubuhnya yang bergelugut nan meronta-ronta hebat. Sepuluh detik berlalu… Lima belas detik… Dua puluh detik… Dua puluh lima detik… Tiga puluh detik… Satu menit akhirnya berlalu…
Perlahan-lahan sekujur tubuh Victorio Mistrall melemas. Kedua tangannya yang sejak tadi meronta hebat kini juga melemas. Perlahan-lahan kegelapan mulai menggerayangi dan menguasai. Kesadaran dan napas juga berangsur-angsur menggelincir meninggalkan tubuh jasmaninya. Dalam satu menit setengah begitu, benar-benar sekujur tubuh Victorio Mistrall tidak bergerak lagi. Begitu kepalanya dikeluarkan dari air, tampak tubuh tersebut sudah tidak bernyawa dengan kedua mata yang setengah terbelalak hampa.
"Benar-benar ramuan asli 100% itu memiliki kelemahan terhadap air… Baru tahu aku… Ramuan itu bisa mengatasi segala luka dan penyakit. Akan tetapi, ia sama sekali rentan terhadap air… Aku jadi bertanya-tanya, selain air ada kelemahan apa lagi ya?" Terdengar senandika Ryota Hanamura terhadap dirinya sendiri.
Kepada anak buah Hanamura yang masih memegangi kedua tangan Victorio Mistrall yang kini tak lagi bernyawa, Ryota Hanamura berujar,
"Campakkan saja mayatnya ke laut lepas di depan sana... Kita balik ke kamarku sekarang… Aku ingin mengakses seluruh kamera CCTV yang terdapat pada kapal ini. Kau bisa mendapatkan kata sandinya kan?" tanya Ryota Hanamura kepada salah satu anak buahnya yang diketahuinya memang sangat ahli dalam bidang IT.
Si anak buah menganggukkan kepalanya dengan mantap, "Bisa, Tuan Ryota…"
Ryota Hanamura melengkungkan bibirnya yang tipis nan tirus. Menit-menit kemudian dia sudah mengecek seluruh CCTV yang ada di kapal pesiar mewah Zodiac Liner pada laptop-nya. Ryota Hanamura dan beberapa anak buahnya berkonsentrasi pada laptop masing-masing mengecek semua kamera CCTV yang ada di kapal pesiar mewah Zodiac Liner, mulai dari hari pertama hingga hari ini.
"Tuan Ryota… Ini terlihat Victorio Mistrall yang tadi ada menyelipkan sesuatu ke dalam saku jaket panjang pemuda ini," cetus salah satu anak buah Hanamura setelah ia menemukan satu penampakan yang mencurigakan di layar laptop-nya.
"Mana? Coba aku lihat…" Dengan perasaan deg-degan Ryota Hanamura bergerak ke layar laptop si anak buah. Mata Ryota Hanamura serta-merta terbelalak lebar menyaksikan penampakan wajah Shunsuke Suzuki yang berbicara lama dengan Victorio Mistrall sebelum akhirnya Victorio Mistrall pura-pura silap langkah dan terjatuh ke dalam pangkuan Shunsuke Suzuki. Dari kamera CCTV, jelas sekali terlihat Victorio Mistrall ini menyelipkan sesuatu ke dalam saku jaket panjang Shunsuke Suzuki.
"Jadi Shunsuke Suzuki yang menyimpan data-data laboratorium misterius itu… Mmm… Tidak bisa kupercaya si Pak Tua itu menyelipkan data-data itu ke saku jaket Shunsuke Suzuki ini…" Ryota Hanamura terdengar bersenandika terhadap dirinya sendiri.
"Mmm… Sekali tepuk kena dua burung aku… Entah kenapa aku jadi merasa aku harus berterima kasih entah pada nasib baikku pada malam hari ini atau pada semua kejadian yang serba kebetulan ini…" Tampak Ryota Hanamura menyunggingkan sebersit senyuman mengerikan.
"Ada di kamar mana ya Shunsuke Suzuki ini?" tanya Ryota Hanamura kepada salah satu anak buahnya yang lain.
"Ada di lantai enam di atas, Tuan Ryota…" jawab si anak buah.
"Oke… Jangan buang-buang waktu lagi… Kita ke lantai enam sekarang… Kau ada kartu aksesnya kan?" tanya Ryota Hanamura lagi mengambil senjatanya dan bergegas ke lantai enam.
Si anak buah menganggukkan kepalanya. Anak-anak buah yang lain mempersiapkan senjata masing-masing dan segera mengikuti tuan mereka naik ke lantai enam.
Sementara itu di kamar Capricornus…