Chereads / 3MJ / Chapter 183 - Sementara Itu di Kamar Capricornus (bagian 2)

Chapter 183 - Sementara Itu di Kamar Capricornus (bagian 2)

Sementara itu di kamar Capricornus…

Baru pada malam sebelumnya, Shunsuke Suzuki menemukan ada sesuatu yang aneh nan asing dalam saku jaketnya. Ada sebuah USB kecil dalam saku jaketnya. Siapa yang memasukkannya? Sejak kapan USB kecil itu berada dalam saku jaketnya? Karena merasa penasaran, dia mengambil laptop-nya dan membuka isi USB kecil tersebut. Dia penasaran dengan apa yang ada dalam USB kecil tersebut.

Tak ayal lagi… Begitu dibuka isinya di laptop, tentu saja mata Shunsuke Suzuki terbelalak lebar dan sekujur sukmanya bergetar hebat. Isi USB itu adalah dokumen-dokumen yang berkenaan dengan letak laboratorium misterius, apa-apa saja kegiatan mereka, dan produk-produk apa saja yang mereka hasilkan selama sepuluh tahun beroperasi. Kebanyakan dokumen diketik rapi dalam bahasa Inggris. Akan tetapi, ada beberapa yang diketik dalam bahasa Spanyol. Shunsuke Suzuki memusatkan perhatiannya ke dokumen-dokumen yang berbahasa Inggris saja.

Di dokumen yang paling akhir, isinya sungguh mengejutkan seluruh jiwa dan raga Shunsuke Suzuki. Istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambut, juga tampak mengerutkan dahinya dan sedikit bingung melihat sang suami yang begitu konsentrasi di depan laptop-nya.

"Ada apa, Sayang…? Dokumen apa itu?" Si istri mulai mendekati sang suami dan matanya sedikit banyak juga ikut menelusuri tulisan-tulisan bahasa Inggris yang tertera pada layar laptop suaminya.

Shunsuke Suzuki tidak menjawab apa-apa. Dia terus scroll dokumen tersebut ke bawah dan semakin ke bawah. Tampak beberapa foto dan keterangan-keterangannya yang sungguh membuat sepasang suami istri itu terhenyak kaget bukan main di tempat. Mereka berdua bagai disambar halilintar yang datang melincam dan melemparkan puing-puing keterkejutan hati. Bagai terjengat listrik bertegangan tinggi, kedua suami istri itu hanya diam di tempat, saling bertukar pandang dan menelan ludah ke dalam kerongkongan mereka yang tercekat.

"Jadi… Jadi… Astaganaga…! Sungguh aku tidak bisa mempercayai ini, Sayang…" Ciciyo Suzuki sungguh terperanjat kaget bukan main. Untuk beberapa detik lamanya, dia kehabisan kata-kata dan tidak tahu mesti berkata apa.

"Dari mana kau mendapatkan dokumen ini, Sayang? Benarkah semua yang tercantum dalam dokumen ini?" Kening Ciciyo Suzuki terlihat berkerut dalam dengan napasnya yang kini sedikit tersengal.

Dahi sang suami juga berkerut dalam. Dia tampak berpikir keras dan mereka-reka sesuatu selama beberapa detik sebelum akhirnya ia berucap,

"Sepertinya si ilmuwan Meksiko itu yang menyelipkan USB kecil ini ke dalam saku jaketku hari itu, Sayang… Ya… Ya… Tidak salah lagi… Dia bilang dia dulunya bekerja sebagai seorang ilmuwan dan mereka menciptakan semacam ramuan ajaib asli 100% yang bisa menyembuhkan segala luka dan penyakit. Jadi sekarang ramuan asli 100% itu ada di… di… di…"

Sungguh tak sanggup Shunsuke Suzuki meneruskan kalimat-kalimatnya. Dia menungkupkan wajahnya ke dalam kedua tangannya. Dia membutuhkan waktu beberapa detik guna menetralisir keterkejutan hatinya.

"Memang apa yang dibilang orang tua zaman dulu tidak salah ya… Tempat yang paling berbahaya itulah tempat yang paling aman. Tempat yang paling berbahaya justru itulah tempat yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya," celetuk Ciciyo Suzuki dengan sorot mata terperengah.

Mendadak nan sekonyong-konyong, terdengar bunyi tembakan pistol di koridor luar kamar mereka. Belum pulih kedua suami istri tersebut dari keterkejutan mereka, sekonyong-konyong lagi pintu kamar Capricornus tersebut sudah didobrak dari luar. Masuklah anak-anak buah Hanamura ke dalam kamar Capricornus dengan Ryota Hanamura yang berdiri di posisi paling ujung.

"Mau apa kalian masuk sampai ke sini!" teriak Ciciyo Suzuki panik.

Salah satu anak buah Hanamura langsung mengarahkan pistolnya ke diri Ciciyo Suzuki. Shunsuke Suzuki terhenyak bukan main. Dalam waktu beberapa detik yang sebegitu singkat, yang teramat pendek, dia menyadari dia hanya memiliki satu-satunya pilihan – dia sungguh tidak memiliki pilihan lain lagi. Dia hanya memiliki satu-satunya pilihan yang tersisa berikut segala risiko dan pertaruhan yang mengorbankan nyawanya sendiri.

Shunsuke Suzuki memeluk istrinya dengan erat tatkala salah satu anak buah Hanamura memuntahkan pelurunya. Peluru kontan bersarang di punggung Shunsuke Suzuki. Jeritan Ciciyo Suzuki yang melengking tinggi langsung terdengar berkumandang sampai ke luar kamar.

Tubuh Shunsuke Suzuki yang tersungkur di lantai kini terlihat sungguh tidak berdaya. Sang istri yang cantik jelita kini berjongkok di lantai, memeluk tubuh suaminya yang kini sudah terkapar tidak berdaya di lantai, dan hanya bisa menangis tersedu-sedu – tiada batas, tiada tepi.

"Wow… Wow… Kalian sudah menikah ya, Suzuki…" Terdengar decak dan derai tawa sinis Ryota Hanamura yang menjengkelkan.

"Bukan urusanmu! Mau apa kau ke sini! Apa yang kauinginkan dari kami!" teriak Ciciyo Suzuki dengan kedua bola matanya yang mendelik tajam ke arah Ryota Hanamura.

"Kau sudah mau mati masih bisa berbicara padaku dengan nada suara yang menantang seperti itu, hah!" teriak Ryota Hanamura memuntahkan satu peluru ke vas bunga besar yang terletak pas di samping Ciciyo Suzuki. Vas bunga pecah berkeping-keping di lantai dan terdengar suara Ciciyo Suzuki yang memekik nyaring.

Dengan beberapa langkah lebar, Ryota Hanamura menghampiri Ciciyo Suzuki. Tangannya mencengkeram kerah baju Ciciyo Suzuki dan menyeretnya menjauh dari Shunsuke Suzuki yang kini masih terkapar tidak berdaya di lantai.

"Seharusnya kau menikah denganku! Kau tidak seharusnya menikah dengan laki-laki itu! Kalian takkan bisa bersama! Kalian takkan bisa hidup berbahagia! Aku akan membunuh laki-laki itu sekarang dan kau akan segera menjadi istriku di keluarga besar Hanamura kami!"

"Oh ya…? Kau yakin kau bisa menikahiku, Ryota Hanamura? Kalau begitu, kau hanya bisa menikahi mayatku, tidak beserta jiwa dan cintaku…" desis Ciciyo Suzuki dengan sorot mata tajam.

"Lepaskan dia! Lepaskan dia!" teriak Shunsuke Suzuki di puncak ketidakberdayaan. Menahan segala rasa sakit pada punggungnya, dia mulai berdiri dan mendekati Ryota Hanamura yang masih mencengkeram kerah baju istrinya.

"Jangan ganggu aku! Aku lagi berbicara dengan wanita yang seharusnya menjadi istriku, tapi sudah kaurebut dia dan kaurusak dia!" hardik Ryota Hanamura.

Dengan sekali tendangan, Ryota Hanamura berhasil mengirim Shunsuke Suzuki jatuh terjerembab ke belakang. Dia jatuh terkapar tidak berdaya di samping pecahan-pecahan vas bunga barusan.

"Lepaskan aku! Shunsuke… Shunsuke…" jerit Ciciyo Suzuki juga terdengar tidak berdaya. Dia meronta-ronta nan memberontak ingin melepaskan diri dari cengkeraman tangan Ryota Hanamura.

Ryota Hanamura memaksa ingin mencium bibir Ciciyo Suzuki. Mendadak saja Ciciyo Suzuki yang sudah berada di puncak pemberontakannya, mendaratkan satu tamparan telak ke wajah Ryota Hanamura.

"Daripada menikah denganmu, daripada menyerahkan diriku kepadamu, aku lebih baik mati…" desis Ciciyo Suzuki dengan sejuta kemarahan dan kebencian yang memancar dari kedua bola matanya.

Ciciyo Suzuki menepiskan tangan Ryota Hanamura yang mencengkeram kerah bajunya. Dia hendak berjalan menghampiri suaminya yang terkapar tidak berdaya di lantai ketika Ryota Hanamura sudah mengarahkan pistolnya ke punggungnya dan hendak memuntahkan pelurunya. Sekonyong-konyong lagi terdengar tembakan beruntun di belakang Ryota Hanamura.