Chereads / 3MJ / Chapter 134 - Tercampak ke Pelukan yang Tepat

Chapter 134 - Tercampak ke Pelukan yang Tepat

Naiklah gairah kelelakian Sean Jauhari. Perlahan-lahan dia mulai kehilangan akal sehat dan harus menyerah terhadap panggilan kodrati setiap lelaki yang tengah dimabuk asmara, yang tengah dikocok-kocok antara cinta dan hasrat.

"Shit! Honey! Kau benar-benar cantik dan menggoda! Kau benar-benar membuatku kehilangan kendali, Sayang!"

"Aku menginginkanmu, Sean… Jadilah pangeranku selamanya, Sean Sayang…"

"Shit! Kau benar-benar membuatku kehilangan kendali, Honey! Aku ingin memilikimu sekarang, Honey… Aku benar-benar tidak tahan lagi…" desah Sean menempelkan bibirnya yang seksi memikat pada bibir seksi sang bidadari cantiknya.

Bibir keduanya saling mengulum dan melumat selama beberapa detik. Sean melepaskan ciumannya sejenak. Ia setengah berjongkok di atas tubuh sang bidadari seksi yang sudah setengah telanjang. Terlihat Sean menanggalkan kausnya dengan cepat. Dia kembali mengulum dan melumat bibir sang bidadari cantik.

Ciuman semakin dan semakin panas. Ciuman mulai berpindah ke leher, garis rahang, dan kedua gundukan kembar sang bidadari seksi. Aroma tubuh sang bidadari yang penuh dengan aroma strawberry yang begitu memikat nan membuai sungguh membangkitkan gairah kelelakian Sean. Dia sungguh tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Dia terus menjelajahi kedua gundukan kembar sang bidadari seksi secara bergantian. Dari jarak yang sedemikian dekat di antara mereka, Sean bisa menikmati wajah cantik sang bidadari dan tubuh seksinya sampai puas.

Tangan sang bidadari seksi pun terangkat tanpa sadar. Tangan Kimberly mulai meremas-remas lembut kepala dan rambut-rambut pada kepala belakang Sean.

"Panggil namaku, Honey… Panggil namaku…"

"Aahh, Sean… Sean…"

Permainan lidah Sean terus berlanjut sampai ke perut bawah sang bidadari seksinya. Dengan sekali tarik, lepaslah celana jeans yang dikenakan Kimberly. Sean melepaskan dalaman yang membalut liang kehangatan sang bidadari seksinya. Beberapa permainan lidah diberikan Sean di daerah ngarai kenikmatan tersebut. Kimberly yang berada di puncak rangsangan terus mendesah dan melenguh penuh kenikmatan.

Sean berdiri sejenak dan melepaskan seluruh celana dan undies yang dikenakannya. Kini ia benar-benar polos dan mengambil posisi bagi tubuhnya untuk bersatu dengan tubuh sang bidadari kesayangannya. Dia mulai melumasi senjata kejantanannya dengan cairan gairah dan hasrat yang sudah terlebih dahulu menetes-netes keluar dari ngarai kewanitaan sang bidadari seksi. Sean terlihat mulai mendorong masuk senjata kejantanannya ke dalam ngarai kewanitaan sang bidadari seksi.

Kimberly menjerit kesakitan. Perut bawahnya terasa begitu perih, serasa disayat-sayat pisau bedah tanpa menggunakan obat bius. Dia berteriak kesakitan. Tentu saja Sean terkejut. Dia berhenti sebentar.

"Ini akan sakit, Honey… Bersabarlah ya sebentar… Sebentar lagi takkan terasa sakit…"

Untuk mengalihkan rasa sakit itu, Sean kembali memberikan ciuman bertubi-tubi ke bibir, leher, wajah dan tulang selangka sang bidadari seksi. Rasa perih masih terasa membakar di daerah selangkangan Kimberly. Namun, Kimberly berusaha menahan rasa perih tersebut dengan menggigit bibir bawahnya dan memejamkan kedua matanya.

Sean mendorong senjata kejantanannya masuk lebih dalam dan lebih dalam lagi. Ia mendorong dengan selembut mungkin. Tampak darah perawan Kimberly yang cukup banyak mulai menetes-netes keluar. Sebagian membasahi senjata kejantanan Sean. Sebagian lagi menetes-netes ke seprai tempat tidur dan meninggalkan bekas darah perawan yang cukup jelas di sana. Kimberly bisa merasakan sakit yang teramat sangat, menandakan dunia kesucian dan kegadisannya sudah benar-benar terkoyak.

Sampai pada posisi dia siap bercinta, Sean masih mendaratkan ciuman bertubi-tubi ke daerah bibir, wajah, leher, dan tulang selangka sang bidadari seksi. Namun, kini Sean mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan sedang dan dengan pergerakan yang selembut mungkin.

"Masih sakit, Sean… Sedikit sakit…" gumam Kimberly di antara rasa sakit dan rasa nikmat yang datang pada saat bersamaan, yang mengguncang nan memporak-porandakan seluruh dunia keperawanannya.

"Aku akan bergerak selembut mungkin, Honey… Jangan pikirkan rasa sakit itu… Pikirkan tentang cintaku padamu, Honey… Aku sangat mencintaimu, Honey… Aku takkan menyakitimu…"

Sean memang bergerak maju mundur dengan kecepatan sedang dan dengan pergerakan yang selembut mungkin. Dia melakukan posisi berhubungan misionaris yang terasa begitu manis dan lembut. Ciuman terus didaratkannya ke wajah, bibir, leher dan sesekali bahkan ke daun telinga sang bidadari seksi.

"Panggil terus namaku, Honey…"

"Aahh… Sean… Uuhh… Sean…" Kimberly yang sudah tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri terus mendesah dan meracau tiada henti.

"Kau begitu cantik, Honey… Kau sangat cantik dan menggoda. Aku sangat mencintaimu. Kau hanya milikku seorang, Honey… Kimberly hanya milik Sean…" desah Sean sambil terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan gerakan memompa yang tiada henti.

Sean terus bergerak maju mundur dengan kecepatan yang semakin lama semakin bertambah. Segalanya sungguh tidak tergantikan saat ini… Segalanya menjadi terlupakan dan tertinggal jauh di belakang. Semuanya menjadi kosong dan hampa seolah-olah hanya ada Sean dan Kimberly. Segalanya menjadi hening dan sunyi seakan-akan Kimberly terciptakan hanya untuk Sean dan Sean terciptakan hanya untuk Kimberly.

Kimberly merasa gairahnya semakin melambung naik dan melambung tinggi. Tanpa disadari pinggulnya juga bergerak maju mundur seiring dengan pergerakan pinggul dan tubuh bagian bawah sang pangeran tampan. Dia meremas lembut kepala dan rambut sang pangeran tampan yang berwarna hitam. Peluh membutir besar-besar di tubuh mereka berdua ketika titik puncak kenikmatan semakin mendekat dan sudah berada di ambang pintu.

Sean bergerak memompa semakin cepat dan semakin cepat. Terasa otot-otot ngarai kewanitaan sang bidadari seksi yang berkontraksi hebat karena ia sudah menggapai titik klimaks pelepasannya. Terdengar tarikan suara yang begitu panjang dari sang bidadari seksi dengan seluruh tubuh yang menggelinjang-gelinjang dan kepalanya yang bahkan sampai menekuk ke belakang.

"Jepitanmu sungguh luar biasa, Honey… Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi, Honey… Aku akan sampai di puncak sekarang… Aaahh…!! Aaahh…!"

Sean memejamkan kedua matanya sambil terus bergerak memompa ke ngarai kewanitaan sang bidadari seksi. Seluruh otot tubuhnya menegang seiring dengan dirinya yang melepaskan banyak cairan vital ke dalam ngarai kewanitaan sang bidadari seksi. Seiring dengan cairan vital yang keluar dan menghangatkan liang surga sang bidadari seksi, gerakan memompa dari sang pangeran tampan semakin melambat dan semakin melambat. Ia telah mencapai tahap relaksasi.

Dengan tubuh bermandikan peluh mereka, perlahan-lahan Sean melepaskan dirinya terpisah dari tubuh sang bidadari seksi. Saking banyaknya cairan vital yang disemburkannya ke dalam tadi, kini terlihat sedikit-sedikit cairan vitalnya menetes-netes keluar, sedikit bercampur dengan darah keperawanan sang bidadari seksi.

Sean terus memeluk sang bidadari seksi dengan posisi tidur menyamping. Terlihat kini Kimberly sudah tenggelam dalam alam tidurnya yang nyenyak. Pengaruh obat sudah selesai dan ia juga sudah puas melampiaskan hasrat dan gairahnya. Kini ia benar-benar mengalami tahap relaksasi dan tenggelam dalam alam tidurnya yang panjang.

Ciuman bertubi-tubi masih didaratkan Sean ke wajah, ke bibir, dan ke ujung kepala sang bidadari cantik.

"Maafkan aku, Honey… Aku benaran tidak bisa menahan diri tadi… Aku akan bertanggung jawab, Honey Sayang… Kau pasti akan menikah denganku nanti. Kau hanya milikku seorang, Honey… Kau hanya milik Sean Jauhari." Sean masih terus menciumi ujung kepala sang bidadari cantik dan masih terus membelai-belai kepala dan rambutnya yang tergerai panjang.

Perlahan-lahan, tubuh Sean semakin dan semakin relaxed. Dia berangsur-angsur mulai memejamkan matanya dan akhirnya juga tenggelam dalam alam mimpinya. Sambil terus menghirup aroma strawberry dari tubuh sang bidadari seksinya, dia perlahan-lahan tenggelam dalam alam mimpi.

Sungguh riak-riak kegembiraan dan asa bahagia menggelimuni kuncup pikiran Sean Jauhari malam itu.