Chereads / Baron, The Greatest Animagus (Indonesia) / Chapter 33 - 33. Sebuah Dongeng Sebelum Tidur

Chapter 33 - 33. Sebuah Dongeng Sebelum Tidur

Malam itu Victoria duduk sendirian di kamarnya. Selama beberapa hari ini ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia selalu saja memikirkan tentang pria aneh bernama Baron itu.

Ia mengingat ciuman mereka yang membuat hati Victoria bagai diremas-remas sebuah tangan tak kasatmata. Ia melipat bibirnya sambil menatap ke arah jendela. Ia berharap pria itu datang ke rumahnya.

Baron datang ke dalam hidupnya bagaikan sebuah mimpi. Meski pertemuan mereka singkat sekali, tapi itu berhasil membuat perasaannya jungkir balik bagai terkena angin topan.

Sudah lama ia tidak menulis buku diari. Ia membuka lembaran buku diarinya, menatap foto ayahnya yang ditempel di sana. Meski kejadian kecelakaan pesawat itu telah lama berlalu, Victoria akan selalu merindukan ayahnya. Selama jasad ayahnya masih belum ditemukan, ia percaya jika ayahnya masih hidup.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanya ibunya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

Victoria terkesiap. Ia segera menutup buku diarinya dan menoleh ke belakang. "Ma, sudah berapa kali aku katakan agar mengetuk pintu dulu?"

"Maaf. Mama tidak bermaksud mengejutkanmu, Sayang. Ah, apa itu foto papa?"

Victoria membuka lagi buku diarinya dan melepaskan foto itu dari sana. "Yah, ini foto papa."

Victoria menyerahkan foto itu pada ibunya. Sebuah senyuman menghiasi bibir ibunya. Ia tampak seperti yang sedang mengenang suaminya dengan mata yang berbinar-binar.

"Dia adalah suami dan ayah terbaik sepanjang masa," ujar ibunya.

Victoria mengangguk. "Dan Mama adalah ibu terkuat di seluruh dunia. Mama harus tahu itu. Dan aku berharap agar Mama akan selalu menemukan kebahagiaan Mama."

"Aku adalah wanita yang paling bahagia di dunia ini karena memiliku sebagai putriku, Vicky." Ibunya mencium puncak kepalanya dengan sayang.

"Aku juga, Ma," kata Victoria sambil tersenyum manis pada ibunya.

"Sekarang, ayo tidur. Ini sudah larut malam. Bukankah besok kamu harus pergi bekerja?"

"Iya, Ma. Aku akan segera tidur."

Victoria menaruh kembali foto itu di buku diarinya dan kemudian naik ke atas kasur. Ia pikir, ibunya akan langsung kembali ke kamarnya, tapi kemudian ibunya duduk di sebelahnya. Ibunya mengusap-usap kepalanya dengan sayang.

"Apa kamu ingin agar Mama membacakan dongeng sebelum tidur?" tanya ibunya.

Victoria terkekeh. "Dongeng apa, Ma?"

"Aku ingin menceritakan sebuah kisah tentang makhluk ajaib di dunia lain," kata ibunya dengan mata yang berkilat.

Victoria mengernyitkan wajahnya. "Apa maksudmu seperti hantu atau alien? Aku terlalu tua untuk kisah seperti itu, Ma."

"Bukan. Aku tidak suka cerita horor atau alien. Itu adalah cerita yang tidak masuk akal, buatan manusia. Aku tidak bisa tidur waktu itu karena kamu menyetel film horor tentang badut yang memakan anak kecil," protes ibunya.

Victoria pun tertawa. Ia ingat seperti apa wajah ibunya saat ketakutan melihat wajah badut mengerikan itu. Seingatnya, sepanjang film berlangsung, ibunya terus menerus bersembunyi di balik selimut. Jadi, seharusnya ibunya tidak melihat apa-apa lagi setelah itu.

"Ugh! Aku tidak akan menonton film horor lagi selamanya."

"Tenang, Ma. Aku tidak akan menyetel film horor lagi," ujar Victoria. "Jadi, sekarang Mama mau cerita tentang apa?"

"Baiklah. Jadi begini. Biar kuberitahu, ada makhluk lain yang tinggal di dunia lain, dunia yang sangat berbeda dengan dunia kita. Di sana terdapat banyak sekali padang bunga berwarna-warni. Setiap bunga memiliki nama-nama yang unik dan mereka memiliki khasiat yang luar biasa."

Ibunya mengangguk dengan penuh keyakinan saat melihat ekspresi Victoria yang menyeringai.

"Jadi, Mama akan bercerita tentang bunga?" tanya Victoria menggoda ibunya.

Lalu ibunya mendesah. "Bukan, Sayang. Dengarkan aku dulu. Setiap orang yang tinggal di dunia itu bisa berubah menjadi hewan," lanjut ibunya. "Ada orang yang bisa berubah menjadi singa, burung elang, burung hantu, landak, rusa, dan lain-lain."

"Tidak masuk akal. Ini benar-benar konyol." Victoria menutup matanya dengan sebelah tangannya.

"Pada suatu hari, ada penjahat yang ingin menguasai tempat itu." Ibunya terus bercerita, tidak peduli dengan sikap Victoria yang tidak mau mendengarkan.

"Penjahat itu mengirimkan pasukannya untuk menyerang hingga tempat itu hancur. Perang besar-besaran terjadi di tempat itu. Semua orang yang ada di sana berjuang untuk mempertahankan wilayah mereka. Sampai akhirnya, para penjahat itu berhasil dikalahkan.

"Namun sayang sekali karena ada banyak nyawa para pahlawan yang gugur di medan perang. Setelah itu, mereka mengucapkan mantra yang sangat kuat hingga para musuh itu tidak dapat kembali lagi ke tempat tinggal mereka. Untuk itu, mereka harus menjaga eksistensi dengan bersumpah untuk tidak sering-sering menggunakan pintu ajaib."

Victoria terkekeh. "Pintu ajaib? Mama pasti bercanda."

"Tidak, sayang. Pintu ajaib adalah sesuatu yang sangat luar biasa yang bisa bangsa mereka miliki. Pintu itu dapat membawa kita pergi ke mana saja. Namun, seseorang yang berkuasa menjaga pintu itu agar tidak sembarangan orang bisa keluar masuk ke sana. Mereka benar-benar menjaga agar negeri mereka aman dari serangan musuh."

Victoria mengangguk. "Oke. Jadi dunia khayalan itu hancur meski penjahatnya berhasil dikalahkan, begitu?"

"Tidak benar-benar hancur. Mereka masih bisa membereskan semua kekacauan perang itu dengan bantuan sihir yang ajaib. Dan lagi, itu bukan dunia khayalan, Vicky," ucap ibunya sambil cemberut.

"Ayolah, itu kan hanya cerita dongeng."

Ibunya mengangkat sebelah alisnya. "Ya sudah. Aku pikir kamu memang terlalu tua untuk cerita seperti itu."

Victoria terkekeh. "Ayolah, Ma. Ini sudah malam. Aku ingin tidur sekarang."

"Baiklah kalau begitu. Selama malam, sayangku. Mimpi yang indah ya."

"Selamat malam, Ma."

Ibunya mencium kening Victoria dan kemudian mematikan lampu. Victoria berusaha memejamkan mata, tapi apa yang dilihatnya saat ini hanyalah bayangan akan wajah Baron.

Ia kembali mengingat ciuman itu dan merasakan ada aliran listrik yang menjalari tubuhnya. Ia bertanya-tanya dalam hati, di mana sebenarnya Baron berada. Pria itu begitu kuat seperti super hero.

Ia teringat pada super hero yang ada di televisi. Pria kuat itu mengangkat sang wanita dan mengajaknya berayun-ayun sepanjang kota dengan kekuatan jaring laba-laba yang luar biasa.

Sebenarnya, Victoria tidak percaya pada cerita super hero yang ada di televisi. Namun, setelah ia bertemu dengan Baron ia mulai percaya jika manusia super itu memang ada.

Lantas, apa ia juga harus mempercayai kisah ibunya?

Tidak mungkin jika ada manusia yang bisa berubah bentuk menjadi hewan. Itu semua hanya sekedar dongeng penghantar tidur.

Victoria menguap lebar-lebar. Besok ia harus bekerja maka ia harus tidur sekarang juga.