Conda dan Ruma membantunya mematikan semua lampu dan memberikannya lilin aromaterapi. Belum sempat Victoria mengucapkan selamat malam, ia sudah terlelap dalam tidurnya.
Lagi-lagi, wajah Neyan muncul lagi dalam mimpinya.
Ini adalah ketiga kalinya ia bermimpi tentang Neyan. Mengapa tidak pernah sekalipun juga ia bermimpi tentang Baron?
Neyan sedang duduk di sebuah taman sambil tersenyum menatap kupu-kupu berwarna ungu di tangannya. Sayap kupu-kupu itu membuka dan menutup perlahan.
Senyuman Neyan tampak begitu tulus, membuatnya tampak sangat cantik. Ia memang benar-benar seorang putri sejati, berbeda dengan Victoria yang tidak pernah mengenyam pendidikan keputrian.
Ia jadi teringat jika sang ratu akan mengirimkan seorang guru untuk mengajarnya besok. Victoria jadi bingung, sebenarnya ini mimpi atau bukan. Bagaimana bisa ia masih sadar akan apa yang terjadi di dunia nyata?
Lalu Neyan menoleh padanya. "Halo, Saudariku. Bagaimana perasaanmu?"