"Kamu telah menolong temanku, Pron. Bubuk ajaib darimu telah membuatnya hidup dan sehat kembali. Sekarang, dia menjadi pria yang lebih baik lagi. Bubuk ajaibmu membawa kebaikan."
Neyan menatap mata Vuit dengan saksama. Ia mencari kebohongan di matanya, tapi tidak menemukannya. Vuit tampak tulus saat mengatakannya.
"Bubuk ajaib dariku?" tanya Neyan bingung. "Apa maksudmu?"
"Ya, Tuan Putri. Apakah kamu ingat? Saat itu Tuan Jagro memaksamu untuk mengeluarkan serbuk ajaib. Temanku, Pron, ia terluka setelah bertarung dengan seorang animagus. Perutnya terkena pedang. Jika bukan karena kebaikanmu, Tuan Putri, maka Pron pasti sudah mati.
"Semenjak saat itu, aku menganggapmu sebagai pahlawanku, Tuan Putri. Meski bukan aku yang diselamatkan oleh bubuk ajaib itu, tapi aku merasa bahwa kamu adalah anugerah yang dicurahkan oleh para dewa bagi negeri kami."
Neyan meringis mendengar perkataan Vuit.
"Aku tidak mau …," bisik Neyan lirih.