Hari itu adalah hari dimana bulan purnama akan muncul nanti malam. Tama sangat bahagia sekali karena hari itu adalah hari liburnya. Semua karyawan Villa bergembira menyabut hari dimana mereka bisa berubah kembali menjadi manusia tanpa menggunakan kekuatan sihir.
Tama keluar dari kamarnya dan menghirup udara segar, ia melihat Kirana dan Denok yang sedang mempersiapkan booth.
"Sedang apa kalian?" tanya Tama.
"Kami sedang bersiap untuk kerja". Jawab Denok.
"Pekerjaan macam apa ini?"
"Hei diam, kau kan libur hari ini, saat kau libur, aku harus bekerja agar kau bisa gajian". Jawab Kirana.
"Woh.. aku lupa menanyakan itu,, mana gajiku?".
"Denok, kasih gajinya, karena dia baru kerja beberapa minggu, cukup kasih dia 3juta saja". Perintah Kirana pada Denok.
Tama senang bukan main, karena gaji yang ia terima lebih besar dari standard gaji pelayan pada umumnya. Baru kerja beberapa minggu saja dia sudah dapat 3 juta, apalagi jika ia kerja sebulan penuh.
Sebenarnya Tama penasaran dengan pekerjaan Kirana di setiap bulan purnama, mengapa ia bisa menghasilkan banyak uang. Tetapi bulan purnama adalah waktu yang berharga bagi Tama, ia tidak bisa melewatkannya begitu saja hanya untuk mencari tau apa pekerjaan Kirana.
Hari itu Villa mereka nampak ke permukaan, sehingga suasana di Villa itu terasa benar - benar hidup. Namun sayangnya Villa itu sangat jauh dari pemukiman warga. Karena setelah Villa yang dulunya adalah Puri itu tenggelam menjadi danau, semua warga meninggalkan wilayah itu.
"Huah.. udaranya sejuk sekali, kali ini aku benar - benar bisa bernafas sebagai manusia".
Tama berjalan memutari Villa, sampai akhirnya ia menemukan sebuah candi kecil. Seperti nya candi itu adalah sebuah pemakaman. Seseorang telah menebarkan bunga di sekitar candi. Tapi sayang nya tidak ada batu nisan disana, sehingga Tama tidak dapat mencari tahu makam siapa disitu.
Setelah itu, Tama berjalan melewati kamar Pak Udin. Disana Pak Udin sedang asyik meniup seruling bambu. Tama pun menyapa Pak Udin.
"Loh Pak, kok nggak siap - siap buat keluar hari ini?" Tanya Tama.
"Semua keluarga saya sudah meninggal, jadi tidak ada yang bisa saya temui". Jawab Pak Udin.
"Oh begitu ya, yasudah saya mau ke kamar untuk siap - siap".
"Ya hati - hati".
Saat Tama berjalan menuju kamarnya, ia melihat Limbur yang sedang sibuk memotong kayu. Lalu ia mendekati Limbur. Karena Tama penasaran dengan makam yang baru saja ia lihat, ia menanyakannya pada Limbur.
"Oh itu makam Jendral John Willem". Kata Limbur.
"John Willem? Siapa dia?". Tanya Tama.
"Oh Dia itu dulu Jendral dari Negri Belanda, mantan kekasih Putri".
Kemudian Limbur menceritakan kisah tragis sang Putri yang ditinggal mati cinta sejatinya.
"Sebenarnya dulu kami nyaris kembali menjadi manusia, tetapi sehari sebelum pernikahan Putri, Jendral Willem dibunuh oleh Pangeran Wardhana. Pangeran Wardana adalah adik kandung tuan Putri".
Lalu Limbur menjelaskan alasan pembunuhan Jendral Willem. Ia dibunuh karena dituduh menjadi mata - mata di wilayah kekuasaan Prabu Sanjaya. Namun sebenarnya Jendral Willem sudah lama memihak keluarga kerajaan, bahkan ia mengirim surat yang berisi berita palsu untuk mengelabuhi Ratu belanda yang pada saat itu ingin menjajah Kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Sanjaya.
Namun sayangnya Prabu Sanjaya dan Pangeran Wardhana sudah kehilangan kepercayaan pada Jendral Willem. Mereka mengejar Jendral Willem untuk mengeksekusinya. Namun Jendral Willem bersembunyi di tepi danau, ia diselamatkan oleh putri.
Putri berencana untuk mengalihkan perhatian dari Pangeran Wardhana, ia berubah menjadi sosok ular dan mendekati pangeran, namun saat itu pangeran dengan sigap mengambil tombaknya. Melihat hal itu Jendral Willem tidak bisa tetap bersembunyi. Ia keluar dan menyelamatkan Putri. Akhirnya Jendral terkena tombak yang dilemparkan Pangeran Wardana kepada Putri yang menjelma sebagai ular. Putri sangat sedih dan terpukul atas kematian Jendral. Kemudian ia memakamkan Jendral Willem di Villa Putri.
Sayangnya Prabu Sanjaya dan Pangeran Wardhana tidak mengetahui bahwa Putri Kirana masih hidup sebagai siluman ular, bahkan mereka tidak mengetahui bahwa sang putri akan menikah dengan Jendral Willem di malam bulan purnama untuk melepaskan kutukan itu. Yang mereka ketahui hanyalah Putri Kirana sudah meninggal akibat bencana alam yang membuat Puri tempat tinggalnya menjadi tenggelam.
"Sebenarnya sampai sekarang Putri masih menunggu Jendral reinkarnasi kembali". Kata Limbur.
Mendengar cerita itu membuat Tama tersentuh hatinya. Betapa menyedihkannya Kirana yang kehilangan cinta sejatinya. Bahkan harus menunggu ratusan tahun. Sedangkan dirinya masih bisa menemui cintanya meskipun kini dia dan Nadia berada di alam yang berbeda. Hari itu Tama memutuskan akan membantu mencari reinkarnasi Jendral Willem setelah ia berhasil menyelesaikan kisah cintanya dengan Nadia.
Hari mulai malam, Tama bergegas pergi ke Jakarta untuk menemui Nadia. Ia akan pergi menggunakan kereta kencana milik Kirana yang telah disulap menjadi mobil. Namun kali ini kereta kencana itu hanya disulap menjadi mobil biasa, bukan mobil sporty seperti saat dibawa ke bengkel kemarin.
"Yahhh kok mobil biasa sih, yang sporty dong". Kata Tama.
"Makanya modal dong kalau mau pacaran! Mau gak nih? kalau gak mau aku balikin lagi nih ke garasi". Tegas Kirana.
"Eh, jangan dong".
Tama sudah sampai di Jakarta, ia berhasil menemukan alamat rumah Nadia. Tama sudah tidak sabar untuk menemui Nadia. Tanpa buang - buang waktu lagi, ia langsung mengetuk pintu rumah dan menemui Nadia. Tama di sambut oleh ibu nya Nadia.
"Loh nak Tama, sini masuk. Dah lama ya gak keliatan, sibuk apa kamu?". Tanya ibu nya Nadia.
"Oh sekarang saya sibuk kerja di villa tante".
"Wah asyik dong bisa sambil liburan".
Tidak lama kemudian Nadia datang. Dia baru saja pulang kerja. Kemudian Ibu nya Nadia meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.
"Tamaaaaa,,, kangen banget!! kemana aja kamu?" Tanya Nadia.
"Oh aku kerja di Villa nad, kamu sendiri gimana?".
"Aku kerja jadi accounting di Perusahaan Tambang".
"Wah keren ya".
Karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu, Nadia mengajak Tama untuk pergi ke pasar malam dekat rumahnya. Sesampainya di Pasar malam, mereka menaiki mini bianglala, kemudian Tama menyatakan cintanya pada Nadia. Nadia pun menerima cinta Tama. Tama senang sekali.
Saat mereka berjalan memutari pasar malam, mereka melihat sebuah wahana yang antriannya ramai sekali. Ternyata itu adalah wahana peramal. Nadia ingin sekali di ramal, ia mengajak Tama untuk mengantri.
Setelah sekian lama mengantri, ini saatnya giliran Tama dan Nadia. Mereka berdua masuk ke dalam tenda untuk menemui si peramal itu. Tiba - tiba Tama terkejut setelah mendapati bahwa peramal itu adalah Kirana. Tetapi baik Kirana maupun Tama, mereka berdua berpura - pura tidak saling kenal. Nadia meminta peramal untuk membaca masa depan Nadia. Setelah Kirana mengungkapkan ramalannya, Tama dan Nadia pergi keluar dari tenda peramal. Mereka kembali memutari pasar malam untuk kuliner malam hari.
Saat mereka sedang berjalan memutari pasar malam, seorang pria tidak sengaja menabrak Tama. Pria itu nampak seperti pria yang ia lihat dalam mimpi.
"Apakah dia reinkarnasi nya Jendral?"