Hari sudah pagi. Matahari sudah terbit dan memancarkan sinarnya. Karena Devan belum mendapatkan pekerjaan, ia pun mengambil kerja sambilan sebagai pengantar minuman ke warung - warung. Devan mulai bersiap - siap untuk keluar rumah.
Namun ia tidak mengetahui bahwa Tama sudah menunggunya di depan pintu. Saat membuka pintu, Devan terkejut namun ia tetap pura - pura bahwa ia belum bisa melihat hantu.
"Duh van, sayangnya lo gak bisa liat gue, padahal gue mau ngasih tau kalo Lisa BlackPink lagi liburan di Banten,, tadi gue liat dia lagi pemotretan di deket air terjun"
Devan mendengar dengan jelas perkataan Tama barusan. Setelah Tama menghilang, Devan meletakan barang-barangnya kembali di dalam kosan, lalu ia bergegas pergi ke air terjun.
"Waduh, asik nih bisa poto bareng Lisa BlackPink"
Saat Devan hampir sampai di air terjun, ia melihat seorang wanita yang memakai dress panjang warna kuning yang sedang memakai payung. Tetapi Devan hanya bisa melihatnya dari belakang.
"Excuse me"
Wanita itu menoleh dan ternyata dia adalah Tama yang lagi nyamar.
"Aaaaaaaaaaa my god!!"
"Van, lama kita ga kuy bareng"
"Tolooooongggg"
Devan lari ketakutan, tetapi Tama pergi mengejarnya. Devan terus berlari sekencang - kencangnya. Saat Tama sudah tidak terlihat, Devan berhenti di warung untuk membeli minuman dingin, namun saat ia meminum minuman itu, Tama kembali muncul di depan Devan.
"Bro, aus banget ya?", tanya Tama.
Devan pun menyemburkan minumannya ke wajah Tama.
"Sial gue disemprot".
Devan kembali berlari meninggalkan Tama. Karena Tama adalah hantu baru yang belum memiliki ilmu. Ia pun merasa kelelahan. Dia berhenti sejenak, dan membiarkan Devan berlari entah kemana.
Sementara itu di Jakarta, Nadia duduk termenung sambil menatap jendela dari gedung kantornya. Ia terus saja memegangi handphone nya berharap ada telepon masuk dari Tama. Sesekali ia pergi ke resepsionis untuk menanyakan apakah ada telepon masuk untuknya dari seseorang bernama Tama, namun resepsionis mengatakan bahwa tidak ada telpon masuk dari Tama.
Sedih dan merasa dipermainkan oleh Tama. Nadia menekuk wajah cantiknya itu.
"Baru juga jadian,ehh udah di ghosting aja", kata Nadia.
Di jam makan siang, seorang teman kantor Nadia yang bernama Dewi mengajak Nadia untuk makan siang di luar.
"Nad, ayo kita makan diluar, bosan makan dikantin terus", kata Dewi.
"Aku lagi mager dew, coba ajak yang lain"
"Yah yang lain udah berangkat Nad, ayodong kan kita baru gajian"
"Yaudah ayo"
Akhirnya Nadia mau ikut makan di luar. Mereka berdua pergi makan siang di restoran Korea. Saat makan masakan Korea, mood Nadia langsung membaik, ia yang sebelumnya murung berubah menjadi ceria.
"Wah, ini enak banget ya Dew", kata Nadia.
"Tuh kan, seneng kamu, kita harus sering - sering makan disini"
Tidak lama kemudian datanglah pemilik restoran itu, dia menanyakan komentar Nadia dan Dewi tentang hidangan yang disajikan.
"Halo saya lee yeon, bagaimana hidangannya?", Tanya pemilik resto.
"Enak banget, pantesan enak, soalnya yang punya resto orang korea ya", kata Dewi.
"Terima kasih banyak, sering - sering datang kesini ya"
Pemilik resto itu sangat ramah, membuat Nadia dan Dewi merasa nyaman makan di restoran itu. Lalu mereka berencana untuk makan di restoran itu lagi minggu depan.
****
Tama tiba di kosan Devan. Ia kembali memasuki kamar Devan dari kosan sebelahnya. Sementara itu Devan duduk dan bersila di ruang tamu sambil memejamkan matanya. Ia seperti sedang melakukan meditasi. Disekelilingnya ia menaruh garam yang dibuat lingkaran sebagai pembatas agar Tama tidak dapat mendekatinya.
"Van, lu ngapain sih?", tanya Tama.
Tama terus berisik di hadapan Devan sehingga Devan mulai lelah. Ia membuka matanya dan memarahi Tama.
"Tam, lu kalo udah meninggal ya meninggal aja, jangan gangguin gue dong, kan gue gak jahatin lo"
"Van, gue juga gak mau nakut - nakutin lo, gue kesini mau minta bantuan lo", kata Tama.
"Ah, lu udah meninggal aja tetep nyusahin gue, minta bantuan apa?", tanya Devan.
"Tapi lo jangan cerita ke Ara atau Nadia ya"
"Iye broo, selow"
Tama pun memulai pembicaraannya. Ia bercerita bahwa saat ini ia bekerja di Villa milik siluman ular sebagai pembantu. Ia meminta Devan untuk membantunya menemukan reinkarnasi Jendral John Willem, agar ia bisa menyelamatkan bos nya dan ia pun bisa berhenti jadi pembantu. Karena Tama baru bisa pergi ke alam baka, setelah Kirana berhasil menemukan cinta sejatinya.
"Astagah, kisah lu udah kaya di film dongeng. Sebenernya gue gak percaya reinkarnasi tam, tapi yaudah deh gue tolongin".
"Tengkyu ya braderr"
Akhirnya Devan sepakat untuk berhenti menabur garam di kosan nya, dia pun memperbolehkan Tama untuk datang ke kosannya kapanpun.
Setelah itu Tama kembali ke Villa. Hari sudah mulai sore, dan villa nampak sepi. Denok yang biasanya berkeliaran dimana saja, hari itu tidak terlihat. Tama jadi merasa penasaran, ia menemui limbur yang menjaga gerbang villa untuk mencari tau.
"Mbur, orang - orang pada kemana ya? kok sepi?"
"Oh itu, tuan putri sedang ziarah ke makam prabu sanjaya dan pangeran wardhana", jawab Limbur.
"Mba denok juga?"
"Iya denok pergi menemani putri".
Tama kembali ke dalam Villa, kemudian ia melihat lantai yang mulai kotor. Akhirnya ia mengambil alat pembersih dan membersihkan lantai itu. Tama juga menyirami tanaman, dan merapihkan ruang kerja Kirana. Disana ia menemukan sebuah foto keluarga.
"Saya tau kenapa dia jadi se galak itu, mungkin karena ia kehilangan kasih sayang", kata Tama.
Kirana dan Denok sudah sampai di Villa. Kirana memasuki ruang kerja nya dan menemukan Tama yang sedang memegangi foto keluarganya.
"Hei, apa yang kau lakukan? letakkan itu!", perintah Kirana.
"Aku kan cuma merapihkan meja nya", kata Tama.
"Sana.. sana... keluar.. keluar.."
"iya..iya.."
Tama pun meninggalkan ruang kerja Kirana. Kirana mengambil foto keluarganya yang sebelumnya di pegang oleh Tama. Ia mengeluarkannya dari frame dan ternyata di belakang foto itu ada foto lain. Foto lainnya adalah foto Kirana bersama Jendral John Willem. Kirana memandanginya dan membersihkan foto itu dari debu.
Tama sudah masuk kedalam kamarnya. Ia memandangi langit - langit kamarnya. Tiba - tiba terlintas dipikirannya bahwa sudah lama ia tidak menghubungi Nadia. Ia terlalu sibuk mencari informasi tentang Kirana, hingga ia lupa memberi kabar pada kekasihnya.
"Ya ampun, Nadia pasti mikirin gue"
Tama bergegas pergi ke kamar Kirana. Ia berniat untuk meminta cuti kembali dan meminta kekuatan Kirana agar ia bisa menemui Nadia. Tetapi sungguh malang nasib Tama, ia malah di marahi oleh Kirana. Kirana meminta Tama keluar dari kamarnya dan melempar bantalnya ke arah Tama.
"Keluaaaaaar!!!!!!!"
"Iya bos, ampunn...ampun"
Tama berlari meninggalkan kamar Kirana.