Chereads / Tale of The Sad Ghost / Chapter 13 - Hantu pendendam

Chapter 13 - Hantu pendendam

Di pagi hari, Denok baru saja selesai merapihkan dapur. Ia hendak pergi menemui Limbur untuk membawakan camilan ke pos satpam tempat Limbur berjaga. Tiba - tiba terdengar suara dobrakan pintu dari arah kamar Tama. Denok terkejut hingga menumpahkan camilan yang dia bawa, lalu ia menoleh untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata ada Kirana yang sedang berdiri di depan pintu kamar Tama yang telah rusak akibat di dobraknya.

"Loh tadi Denok gak boleh ganggu mamas Tama, sekarang kok malah putri yang ngamuk - ngamuk".

Limbur datang menemui Denok untuk menanyakan cemilan untuknya, tapi sayangnya cemilan untuk Limbur sudah tumpah.

Tama yang saat itu baru terbangun dengan samar - samar ia melihat wajah seorang wanita yang berambut panjang.

"Nadia?"

"Mwataamu! ayo bangun! cepat!!!" teriak Kirana.

"Oh, putri"

Kirana langsung menunjukan layar laptopnya dan meminta Tama untuk menjelaskan hasil analisanya. Tama menguap karena ia sebetulnya masih mengantuk, tetapi Kirana refleks langsung menampar Tama hingga ia langsung segar bugar.

"Eh,, sorry.. aku gak bermaksud"

"Tidak masalah putri, ini membantuku untuk membuka mata, jadi sekarang tidak mengantuk lagi"

Tama menjelaskan pada Kirana bahwa kondisi keuangan Kirana memang benar - benar kacau. Kirana harus memperoleh uang lebih banyak agar ia masih bisa cukup membeli makanan. Tama menyarankan agar Kirana berpindah lokasi tempat ia bekerja sebagai peramal.

"Oh begitu ya, lalu aku harus pindah kemana?"

"Putri harus buat semacam pertunjukan seni yang besar untuk mendapatkan uang lebih banyak". Jelas Tama.

"Tapi kan modalnya juga besar"

"Kan putri punya banyak hadiah, itu tu perhiasan putri juga bisa jadi uang", Kata Tama sambil menunjuk ke arah Kirana.

Kirana melihat seluruh perhiasan yang ia kenakan, kemudian ia menangis.

"Huaaaa hikshiks, aku sangat menyayangi berlian ini".

"Ya, itu sih terserah putri, aku kan hanya melempar ide".

Akhirnya Kirana memutuskan untuk mengumpulkan semua perhiasannya menjadi satu peti. Kemudian ia pergi untuk menjualnya.

***

Di Jakarta, Nadia sedang duduk dan memandangi jendela. Ia masih menunggu kabar dari Tama. Sempat terlintas dipikiran Nadia untuk pergi ke rumah orang tua Tama di Banten. Tetapi setelah dipikir - pikir lagi, seharusnya Tama lebih dulu membawanya untuk menemui orang tua Tama, sebab jika ia langsung datang, mungkin sepertinya akan menjadi kurang sopan. Besok adalah hari sabtu, dan Nadia berharap Tama akan datang untuk menemuinya.

Tama juga sedang memikirkan Nadia. Ia melamun di depan kolam, sambil membayangkan wajah Nadia. Tiba - tiba ia dipanggil oleh Limbur. Karena terlejut, Tama tidak sadar jika ia menggerakan tangannya hingga mengeluarkan cahaya. Cahaya itu melebar ke arah Limbur hingga Limbur terkena setrum.

"Ampun mas.. ampun!" Teriak Limbur.

"Ehhhh... mas Limbur, maaf saya tidak sengaja".

Wajah Limbur tampak gosong. Ia terjatuh lemas. Tama merasa bersalah kemudian ia memapah Limbur hingga ke kamarnya.

"Duh, bagaimana ini?", Tama sedang kebingungan.

"Tidak masalah mas, saya juga sudah biasa kena sembur putri. Tapi kok kamu punya kekuatan super?", Tanya Limbur.

"Oh, ini dipinjamkan sama malaikat pencabut nyawa", jawab Tama.

Kemudian Limbur menyampaikan pesan dari Kirana, bahwa Kirana dan Denok akan pulang larut malam. Kirana mengizinkan Tama jika ingin pergi keluar dari villa. Tama berterima kasih pada Limbur. Ia berjanji akan membawakan makanan enak sebagai tanda permintaan maaf.

"Gak usah lah mas, tapi boleh deh klo maksa", kata Limbur saat mendengar bahwa Tama akan membawakannya makanan enak.

"Kalau begitu saya jalan dulu ya, karena matahari mulai tenggelam".

Setelah itu, Tama pergi menuju rumah Devan. Di perjalanan ia bertemu dengan Ara yang sedang duduk sambil menghitung kelopak bunga.

"Ketemu, enggak, ketemu, enggak, ketemu... jadi aku harus ketemu Devan?", kata Ara.

Tama duduk di samping Ara.

"Ra, udah lama ya kita gak main bareng. Btw, sorry ya si kacrut (Devan) gue pinjem dulu, soalnya gue butuh bantuan dia". Kata Tama.

"Perasaan gue kok gak enak ya, kenapa bulu gue pada merinding". Ara mulai merasa takut.

"Jangan takut ra, ini gue Tama sohib kan kita".

"Mamaaakkkkk... takutttt". Ara berlari meninggalkan Tama.

Tama merasa sedih karena ia tidak dapat berkomunikasi dengan sahabatnya, yang ada Ara malah jadi ketakutan karena Tama mendekatinya.

Tama melanjutkan perjalanannya kembali, dan sampailah ia di kosan Devan. Di sana, Devan sudah menunggu di depan pintu. Ia memakai jubah hitam dan kaca mata hitam.

"Bro, lu ngapain kaya gitu?", tanya Tama.

"Kan biar mirip malaikat pencabut nyawa bro".

"Yang bener aja bro malem - malem pakai kaca mata hitam, copot ah,, malu - maluin gue aja"

"Iya deh..", Devan melemparkan kaca mata hitamnya ke dalam kosan nya.

Mereka berdua memulai pencarian hantu pendendam. Seperti informasi yang diberikan oleh malaikat maut, bahwa kedatangan hantu pendendam ditandai dengan adanya hawa panas. Hantu pendendam menyukai tempat yang cukup gelap,biasanya ia bersembunyi dibalik benda - benda tertentu.

Tama dan Devan berjalan melewati jembatan. Di area jembatan itu hanya nampak sedikit cahaya, dan sepertinya area itu adalah area kesukaan hantu pendendam. Tama menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari keberadaaan hantu pendendam, sementara Devan sedang asyik memainkan handphone nya sambil bersandar di jembatan.

Hawa disekitar tubuh Devan mulai menjadi hangat, lalu Devan merasa panas hingga keringatnya berjatuhan. Tiba - tiba arwah seorang pria muncul dihadapan Devan dan hendak memeluknya agar bisa masuk ke tubuh Devan.

"Tam, Tama!!!! Tolongin!!!", teriak Devan.

Tama langsung mengarahkan tangannya ke arah arwah itu dan mengeluarkan sinar putih dari tangannya. Sinar dari tangan Tama berhasil mengenai lengan arwah itu. Lalu arwah itu melarikan diri.

"Hei tunggu!!" teriak Tama.

Tama dan Devan berusaha mengejar arwah pria pendendam itu. Namun sayangnya ia sudah menghilang dengan cepat.

Sementara itu Ara sedang berjalan sendirian. Ia sedang merasa kesepian karena sudah lama Devan tidak menghubunginya. Ara dan Devan memang tidak lebih dari teman, tetapi mereka sudah sangat akrab sehingga Ara merasa kehilangan Devan belakangan ini. Ara berjalan ke pinggir sungai dengan tatapan kosong.

Dari jauh Tama menyadari bahwa ada Ara di pinggir sungai.

"Eh bro, lu liat deh, itu Ara kan?", tanya Tama sambil memukul pundak Devan.

"Lah bener bro, itu si Ara. Ayo kita samperin!", ajak Tama.

Tama dan Devan berlari untuk menemui Ara yang sedang melamun dipinggir sungai. Tiba - tiba arwah pendendam itu merasuk dibadan Ara, sehingga Ara mengamuk secara tiba - tiba.

"Pergi Kalian!" teriak Ara yang sedang dirasuki hantu itu.

"Keluar kau dari tubuh temanku!!" teriak Tama.

"Jangan mendekat, jika mendekat aku akan melompat dengan tubuh wanita ini!" ancam si hantu pendendam.

Tama dan Devan menghentikan langkahnya. Mereka sangat khawatir dengan keselamatan Ara. Namun hantu pendendam itu malah mendekati pinggir sungai dan bersiap untuk melompat.

"ARAAAAAA!!!!" Teriak Tama dan Devan.

"Silahkan ucapkan selamat tinggal pada teman kalian, hahaha,, hahahahaha!"