Chereads / Tale of The Sad Ghost / Chapter 16 - Belajar Merelakan dari Devan

Chapter 16 - Belajar Merelakan dari Devan

Malam itu Devan berlari sekuat tenaga untuk mengejar ibu kandungnya yang sedang dirasuki oleh hantu pendendam. Ia berlari bersama ingatan masa kecil di benaknya ketika ia melambaikan tangannya di jendela untuk mengucapkan selamat tinggal kepada ibu kandungnya. Hari itu adalah hari terakhir ia melihat wajah ibunya. Kini ibunya sudah menua.

Devan sudah berada dihadapan Tama, Kirana, dan Malaikat maut yang sedang menggenggam tangan arwah Liem Soetjipto dan tangan arwah ibu kandungnya.

"Ibu, kau, kau sudah meninggal?" kata Devan yang terkejut melihat arwah ibunya yang telah keluar dari jasadnya.

"Senang melihatmu tumbuh dengan baik nak, ibu merindukanmu".

"Om malaikat maut, boleh kah saya berbicara sebentar pada ibuku?"

"Silahkan, aku akan membawa Liem terlebih dahulu dan akan kembali mengambil ibumu setelah upacara kematiannya dilaksanakan"

Malaikat maut melepaskan ibu kandung Devan dan memintanya untuk segera mendekati Devan. Tidak lama kemudian malaikat maut pergi membawa arwah Liem Soetjipto.

Devan hendak memeluk arwah ibunya namun tidak bisa karena arwah ibunya menembus di badannya. Kirana menarik tangan Tama untuk memberi waktu pada Devan dan ibunya.

"Ibu, mengapa kau meninggalkanku?"

"20 tahun lalu, sangat sulit bagi ibu nak"

Akhirnya, ibu kandung Devan menceritakan apa yang terjadi di masa lalu, saat Ibunya meninggalkan Devan.

*20 TAHUN YANG LALU*

Pernikahan ayah dan ibu kandung Devan diwarnai dengan banyak masalah. Dimulai dari ketua suku kampung garuda yang melarang pernikahan diluar suku tersebut. Peraturan adat di kampung itu, jika ada seorang warga yang menikah dengan suku lain, dia harus keluar dari kampung itu.

Karena begitu cintanya ibu kandung Devan kepada ayahnya, ibu kandung Devan lebih memilih keluar dari kampung itu dan meninggalkan seluruh keluarganya. Sehari setelah pernikahan mereka, kakek Devan mengalami kecelakaan pada saat hendak kembali ke kampung, dan akhirnya meninggal dunia. Nenek Devan mengalami shock berat sehingga mengalami serangan jantung. Beberapa hari setelah kematian kakek Devan, nenek nya juga meninggal dunia.

Ibu Kandung Devan sudah tidak memiliki siapa - siapa karena ia adalah anak tunggal. Saat peringatan kematian kakek dan nenek Devan, ibu Devan datang ke kampung sendiri tanpa ditemani ayahnya. Disana Ibu kandung Devan menemui kepala suku untuk meminta maaf karena sudah melanggar peraturan adat. Namun kepala suku mengatakan bahwa ia telah meramalkan semuanya.

"Jika suatu hari kau ingin kembali, Kampung ini selalu terbuka untukmu. Rumah orang tua mu akan tetap ada disini", kata kepala suku.

"Terima kasih pak kepala, saya permisi dulu"

Setahun kemudian, Devan lahir dengan penuh cinta dari ayah ibunya, keluarga kecil ini sangatlah harmonis. Namun sayangnya keharmonisan itu mulai pudar ketika ayah Devan mengenal wanita lain. Ayah Devan berselingkuh dengan wanita yang sekarang menjadi ibu tirinya.

Ibu kandung Devan menolak untuk dipoligami, akhirnya ia mengalah dan memutuskan keluar dari rumah. Karena Ibu kandung Devan tidak memiliki pekerjaan tetap, maka hak asuh jatuh ketangan ayah Devan. Dan ibu kandung Devan pun harus merelakan anak semata wayangnya.

Setelah proses perceraian telah selesai, ibu kandung Devan kembali ke Kampung Garuda hingga akhir hayatnya.

****

Setelah Devan mendengar cerita dari arwah ibu kandungnya, ia tidak dapat membendung air matanya.

"Aku tidak menyangka ayah dan mama berdosa kepada ibu", kata Devan.

"Tidak apa - apa nak. Melihatmu tumbuh dengan baik, sudah cukup menghapus dendam ibu kepada ayah dan mama mu"

"Hiks.. hiks.. tapi Devan baru ketemu ibu"

"Sudah waktunya nak, tolong bawa jasad ibu ke rumah ibu, dan beri tahu kepala suku untuk melaksanakan upacaranya"

Melihat kisah haru antara Ibu dan anak yang terpisah puluhan tahun, membuat Tama ikut bersedih. Ia mendekati jasad Ibu kandung Devan dan berniat untuk membantu membawanya.

"Bro, biar gue aja, gue mau antar ibu sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya", kata Devan yang menghentikan Tama, saat Tama hendak membawa jasad ibu kandung Devan.

Devan membawa jasad ibu kandungnya ke rumah bilik bambu milik ibunya. Sementara itu Kirana dan Tama pergi ke rumah kepala suku untuk mengabarkan kematian ibu kandung Devan. Kepala suku segera memukul gong pertanda seseorang di kampung telah meninggal.

Tidak lama setelah gong dibunyikan, seluruh warga keluar dari rumahnya. Kampung Garuda yang sebelumnya terlihat sangat sepi kini menjadi ramai dengan para penduduk yang membawa obor. Beberapa warga mempersiapkan kayu bakar untuk membakar jasad ibu kandung Devan, dan warga lainnya sibuk mempersiapkan upacara kematian ibu kandung Devan.

"Jadi, Ibu kandung Devan menyimpan luka dan dendam terhadap ayahnya, makanya ia jadi target hantu pendendam", kata Tama.

"Benar, para hantu pendendam yang kesepian hanya akan mencari korban manusia yang memiliki dendam yang sama dengannya", tegas Kirana.

"Tetapi setidaknya hari ini kita telah mengambil Dendam keduanya, sehingga mereka bisa ke alam baka dengan tenang", kata Tama.

"Ya.. kali ini kau hebat", puji Kirana sambil menampilkan senyuman manis.

Tama mendadak salah tingkah karena dipuji oleh Kirana. Ia pun berkata dalam hati : "Duh kok gue jadi deg - degan, putri senyumnya manis juga". Tama lupa bahwa Kirana bisa mendengar isi hatinya. Kirana yang mendengar suara hati Tama, dengan spontan menggebuk punggung Tama.

BUKK

"Aduh.. sakit"

"Dasar arwah playboy!"

"Loh kok playboy? aku kan sadboy"

Kepala suku memulai upacara kematian ibu kandung Devan. Jasad Ibu kandung Devan telah diletakkan di atas potongan kayu besar. Kepala suku memulai memanjatkan doa. Lalu seseorang mulai menaruh api di kayu itu. Tangis haru menyelimuti upacara kematian Ibu kandung Devan. Devan berdiri meratapi jasad ibu kandungnya yang telah dibakar meskipun arwah ibunya berada disampingnya dan mencoba menenangkannya.

Setelah upacara selesai dan para penduduk kembali ke rumahnya, malaikat maut datang untuk menjemput arwah ibu kandung Devan. Tama dan Kirana ikut menemui malaikat maut. Tama hendak menyerahkan kekuatan yang telah dipinjamkan oleh malaikat maut.

"Tidak perlu kau kembalikan, silahkan gunakan untuk kebaikan. Mulai besok kau bisa berubah menjadi manusia kembali, tetapi hanya di malam hari", kata malaikat maut.

"Terima kasih banyak om, jika perlu bantuan saya lagi silahkan dikontak saja", kata Tama.

Hari mulai pagi, dan hari ini adalah hari senin dimana hari pertama Devan bekerja di production house. Tama menyarankan Devan untuk beristirahat, dan Kirana akan membantu menyamar sebagai Devan untuk menggantikannya ke kantor, namun Devan tetap bersemangat. Ia mengatakan bahwa ia akan pergi ke kantor. Dan akhirnya merekapun kembali ke tempat masing - masing. Kirana dan Tama kembali ke Villa, dan Devan kembali ke kosannya untuk bersiap - siap pergi ke kantor.

Melihat Devan yang dengan mudah merelakan ibunya, Tama jadi berfikir apakah dia harus mulai merelakan Nadia juga? Tetapi, untuk apa dia tetap disini jika bukan karena Nadia.

"Aku akan menemui Nadia nanti malam dan membuat keputusan", kata Tama.