Chereads / Tale of The Sad Ghost / Chapter 12 - Kerja Sambilan

Chapter 12 - Kerja Sambilan

"Ya Tuhan, selamatkanlah keluargaku, jauhkan mereka dari gangguan hantu pendendam", kata Devan.

"Van, lo bukannya atheis, kok lu berdoa?" tanya Tama.

"Eh iya juga ya, terus yang ngabulin doa gue siapa dong?"

Disaat yang menghawatirkan seperti ini, masih saja Devan dan Tama ribut soal siapa yang akan mengabulkan doa Devan. Keributan itu membuat malaikat maut menjadi pusing.

"Aduh, berisik sekali kalian! Mau kuambil nyawa kalian?" tanya malaikat maut.

"Eh jangan om, saya masih bujangan. Ini si Tama aja ambil gak apa - apa kan dia udah mati".

"Sial", kata Tama.

Namun terlintas sebuah ide cemerlang di pikiran Tama. Ia mengatakan pada malaikat maut bahwa ia akan membantunya menangkap hantu pendendam, tetapi dengan syarat malaikat maut harus memberinya hadiah untuk bisa menjelma sebagai manusia kapanpun sehingga Tama tidak harus menunggu bulan purnama tiba untuk bertemu dengan Nadia.

"Ok deal!" Malaikat maut mengajak Tama bersalaman.

"Horeee punya kerja sambilan", kata Tama.

"Tam, lu gak salah deal - dealan sama malaikat maut?", tanya Devan.

"Tenang bro, the power of love akan menumpas kejahatan!" jawab Tama.

Melihat Tama yang begitu semangat, mungkin menyentuh hati malaikat maut. Ia menasihati Tama untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Nadia, karena cepat atau lambat Nadia pasti akan tau bahwa Tama telah meninggal dunia. Dan pada saat waktunya tiba, Nadia akan sangat terpukul dan menyesali hidupnya karena telah mencintai sesuatu yang salah.

Tama mengatakan bahwa ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama Nadia lebih lama. Tama akan segera mengakhirinya ketika Nadia menemukan pria yang sudah ditakdirkan untuknya.

"Cup.. cup.. bro, yu kita pulang dulu, besok main lagi", ajak Devan.

Tama dan Devan berpamitan pada malaikat maut. Mereka berdua berjalan meninggalkan malaikat maut, namun malaikat maut menarik mereka berdua dengan kekuatan supranaturalnya, sehingga Tama dan Devan kembali di hadapan malaikat maut.

"Gue kata juga ape, jangan sebarangan sama malaikat maut", bisik Devan.

Terlihat cahaya berwarna putih keluar dari tangan malaikat maut. Malaikat maut mengarahkan cahaya itu ke tubuh Tama, ternyata malaikat maut sedang mentransfer tenaga supranaturalnya kepada Tama.

"Pergunakan kekuatan itu dengan bijak, tangkaplah hantu pendendam itu", perintah malaikat maut.

"Baik aku akan melakukannya dengan penuh semangat", kata Tama.

****

Malam itu Kirana duduk dipinggir kolamnya dan memandangi langit sambil meneguk secangkir teh hangat. Nampaknya malam itu cerah bertabur dengan bintang, membuka kenangannya dimasa lalu saat ia sedang bersama dengan Jendral John Willem.

Kirana mengingat hari pertama ketika ia bertemu dengan jendral. Hari itu jendral berlari ke tepi danau dalam keadaan terluka. Ia juga di kejar oleh pasukan istana. Pandangan jendral menjadi kabur, ia pun terjatuh lalu pingsan. Kirana yang pada saat itu sedang mengambil beberapa hasil kebunnya merasa iba dengan jendral yang sedang terluka. Ia menyembunyikan jendral dibalik sebuah pohon.

Jendral tersadar dan terkejut melihat seekor ular dihadapannya. Saat jendral hendak berteriak, Kirana berubah menjadi manusia lalu menutup mulut Jendral dengan kedua tangannya. Pasukan dari istana sempat curiga dengan suara rumput yang bergoyang. Namun setelah memeriksa rumput disekitar, mereka tidak dapat menemukan jendral. Akhirnya pasukan pun kembali ke istana.

Hari itu adalah hari dimana Putri Kirana dan Jendral John Willem berkenalan.

"Terima kasih nona telah membantu saya, nama saya John Willem"

"Sama - sama, aku Kirana Amrita"

Mulai hari itu Kirana dan Jendral bersepakat untuk menjadi teman.

****

Kirana tersadar dari lamunannya, kemudian ia menoleh kebelakang dan ternyata ada Tama yang sedang menggenggam minuman soda dalam kaleng.

"Kupikir kau akan terlambat", kata Kirana.

"Putri tidak perlu khawatir, saya pasti tidak akan ingkar janji", kata Tama meyakinkan Kirana.

Kemudian Kirana bertanya apakah Tama menyesal telah membuat kontrak dengannya, lalu Tama menjawab jika ia tidak pernah menyesal, justru ia merasa beruntung mendapat kesempatan ini. Berkat Kirana, ia bisa menyatakan cintanya pada wanita yang paling ia inginkan sejak dulu. Tama berkata bahwa ia hanya perlu beradaptasi untuk bisa melayani Kirana dengan baik.

"Kau adalah salah satu orang yang beruntung masih bisa melihat orang yang kamu sayangi saat ini", kata Kirana.

"Putri juga beruntung karena memiliki Denok dan Limbur yang setia pada putri.. Dan tentunyaa.. punya saya yang tampan ini juga", goda Tama sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Huuuuuu, ayahku lebih tampan dari kamu!"

Kirana bercerita bahwa ibundanya telah meninggal sejak ia masih kecil, sehingga ia dibesarkan oleh ayah dan ibu tirinya. Karena ayahnya yang terlalu menyayangi mendiang ibunya, Kirana menjadi anak yang selalu dimanjakan. Meskipun tahta kerajaan akan diturunkan ke adik laki - laki nya, Ayah Kirana tetap memperlakukan Kirana secara istimewa. Semua keinginannya selalu dituruti oleh ayahnya, meskipun kemauan Kirana terkadang terlalu berlebihan dan merugikan rakyat di masa itu.

Tama merasa bahwa saat ini Kirana hidup dalam penyesalan selama ratusan tahun. Tama mencoba menghibur Kirana dengan memasang muka jelek, dan akhirnya Kirana bisa tertawa dengan lepas. Kirana terlihat sangat cantik sekali ketika sedang tertawa. Selama ini Tama hanya melihatnya dengan wajah galak dan selalu cemberut.

Setelah mereka berdua selesai berbincang - bincang, Kirana mengajak Tama untuk pergi ke ruang kerjanya dan menyelesaikan analisa keuangan malam itu juga. Tama pun bergegas dan akhirnya ia dapat menyelesaikan analisa keuangan hingga jam 4 pagi. Sementara itu Kirana tertidur di meja kerjanya. Tama menggendong Kirana untuk mengantarkannya ke kamar.

Tama menyelimuti Kirana dan kemudian memandangi wajahnya. Lalu Tama berkata dalam hati: "Ternyata dibalik sikap kasarnya, wanita ini sedang kesepian, hidupnya pun dipenuhi dengan penyesalan, semoga aku bisa cepat menemukan reinkarnasi Jendral John Willem".

Tama meninggalkan Kirana dan kembali ke kamarnya. Tidak disangka dari kejauhan ada Denok dan Limbur yang sedang mengintip Tama keluar dari kamar Kirana.

"Waduh, jangan - jangan mereka bobok bareng", kata Denok.

"Husssh, gak boleh sembarangan kamu", kata Limbur.

Tama telah sampai di kamarnya. Ia merebahkan badannya di atas kasur. Sejenak ia melamun dan baru menyadari bahwa meskipun dia adalah arwah tetapi ia masih menjalani hidup seperti manusia yang tidur dimalam hari dan mulai bekerja saat matahari terbit. Hal itu membuatnya merasa mendapatkan anugerah meski harus tinggal di Villa sebagai pelayan siluman ular.

Malam terus berlalu hingga pagipun tiba. Tama masih tertidur meski matahari mulai tinggi. Denok melapor pada Kirana bahwa Tama masih tertidur pulas. Lalu Kirana meminta Denok untuk membiarkan Tama tidur, karena semalam Tama dan Kirana lembur untuk mengerjakan laporan keuangan.

"Oh gitu, saya pikir gusti putri semalem bobok sama mas Tama".

"Hmmm... mau pilih di lilit atau digit? bisa ku mematikan loh"

"Ampun gusti putri.. ampun.. kalau gitu Denok permisi dulu deh"

"Ya, jangan lari"

GUBRAKKK...

Suara Denok terjatuh karena berlari.

"Sudah ku bilang jangan lari", kata Kirana.

Kirana memeriksa analisa keuangan yang dikerjakan oleh Tama, tetapi ia belum paham akan hasil analisa tersebut. Ia bergegas pergi ke kamar Tama sambil membawa laptopnya. Sesampainya di kamar Tama, ia langsung menendang pintu kamar Tama hingga Tama terbangun.

"Apaan tuh?", kata Tama sambil melihat pintu kamarnya terbuka.