Chereads / MI VOLAS VIN (I Want You) / Chapter 51 - A CRUEL MAN

Chapter 51 - A CRUEL MAN

(Alurnya mundur gaes)

Siang tadi ...

Leon bersandar malas pada kursi kerja, ia memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa aneh yang mengganjal dalam hatinya saat ini. Fokusnya hanya tertuju pada Jasmine. Benarkah membiarkan gadis itu pulang ke rumahnya adalah pilihan yang tepat?

Satu jam kemudian kegelisahannya terbukti ...

Jasmine meregang nyawa tepat di depannya. Darah terus mengalir dari selangkangan Jasmine. Tak mau berhenti. Wanita itu pendarahan hebat karena overdosis obat pencegah kehamilan.

Leonardo sendiri yang memergoki dan menggendong Jasmine ke rumah sakit. Telapak tangannya berlumuran darah. Berlumuran darah wanita yang ia cintai juga janin yang tengah ia kandung.

"Brengsek!!" Leonardo menendang tong sampah karena tak bisa sabar saat Alexiana menyuruhnya menunggu di lorong rumah sakit.

"Harusnya aku tidak menuruti keinginannya. Harusnya aku tak membiarkannya pulang ke rumah!! Brengsek!! Kenapa aku begitu bodoh?! Kenapa aku menjadi lemah?! Kenapa aku memberinya kesempatan untuk pergi dariku?" Leonardo tak henti-hentinya mengerutuki diri sendiri.

Sungguh cintanya pada Jasmine membuat Leonardo tak mampu membedakan mana yang baik dan buruk lagi. Sebenarnya Leonardo sungguh ingin memperlakukan Jasmine dengan lembut. Pria ini sungguh ingin belajar untuk menjadi pria yang baik, menjadi sandaran yang nyaman bagi Jasmine. Namun Jasmine tak pernah membuka apalagi memberikan hatinya. Jasmine tak pernah bisa menerima perlakuan manis Leonardo. Hal itu membuat si raja hutan ini marah. Sehingga ia malah menyiksa Jasmine, mengurungnya, dan sering memaksakan kehendaknya.

Leonardo menatap tangannya yang berlumuran darah. Ingin rasanya menghapus noda itu. Tapi tubuhnya enggan untuk beranjak, takut-takut saat ia mencuci tangan dokter keluar dan mengumumkan kondisi Jasmine.

Leonardo menjambak rambut dengan kasar, menunggu membuat hatinya semakin gusar dan kegelisahannya semakin tak terkendali. Beruntunglah, Alexiana keluar sesaat sebelum Leonardo akan menghancurkan sebuah mesin pembuat kopi otomatis.

"Kapan kau akan belajar mengendalikan sikap kasarmu itu, Leon?" Decak Alexiana sambil bergeleng kepala. Dokter muda itu keki dengan kelakuan adiknya yang terlalu beringasan saat marah dan gelisah.

"Bagaimana? Bagaimana dengan Jasmine?" tanya Leonardo, ia langsung mencekal lengan kakaknya.

"Masa kritisnya sudah lewat. Kau bisa tenang. Tapi ...," lirih Alexiana. Ia tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Jasmine keguguran bukan? Tak mungkin janin itu bertahan dalam pendarahan sehebat itu." Leonardo merosot lemas pada lantai rumah sakit. Bersandar pada dinding. Baru kali ini Leonardo merasakan kekecewaan yang begitu besar sampai membuatnya kehilangan daya dan kekuatan.

"Maafkan aku, Leon. Andai saja kau membawanya lebih cepat. Mungkin obat itu belum bereaksi sekuat ini." Alexiana membenarkan ucapan Leonardo. Jasmine memang telah keguguran. Jasmine sendiri yang membunuh calon anak mereka.

Leonardo mengubur wajahnya dalam lipatan tangan. Terisak pelan, ia sungguh mencintai Jasmine. Mencintai setiap bagian yang muncul dalam diri Jasmine termasuk calon anak mereka. Kenapa Jasmine tega membunuhnya? Kenapa Jasmine tega menyalurkan kekesalannya pada nyawa kecil yang tak berdaya itu? Sudah seberapa parahkan penolakan Jasmine, sudah seberapa putus asakah ia ingin pergi dari Leonardo sampai rela mengakhiri nyawanya dan juga nyawa anak mereka?

Alexiana mengelus pucuk kepala Leonardo. Ia mengecup dahi adiknya. Memeluk Leonardo agar tenang. Alexiana tahu perasaan Leonardo, pria ini tak pernah setulus itu mencintai seorang wanita. Baru Jasmine seorang. Dan Jasmine terang-terangan menolaknya, pasti harga dirinya yang besar itu sangat terluka.

"Jangan begini, Leon." Alexiana menepuk punggung Leonardo, ia takut Leonardo kembali mengeraskan hati.

"Apa aku seperti monster, Na?" Leonardo mengangkat wajahnya. Meminta cerminan diri kepada kakaknya.

"Dari dulu kita adalah monster, Leon. Tak hanya kau ... aku, Kak Lex, Ayah dan Ibu adalah monster. Justru di antara kita, kau lah yang paling berwujud manusia." Alexiana meyentil dahi Leonardo, membuat pria itu tersenyum sumbang. Yah, setidaknya sudah ada seulas senyuman yang terbit. Pikiran Leonardo tak lagi kacau.

Koridor rumah sakit menjadi bisu. Alexiana memberi waktu agar perasaan adiknya menjadi jauh lebih tenang. Leonardo dan Alexiana memilih duduk pada lantai dan bersandar di dinding. Koridor terlihat sepi karena memang ruangan itu khusus untuk keluarga Wijaya.

"Apa yang akan kau lakukan saat ini?" Alexiana memecah keheningan.

"Aku akan membuat perjanjian pernikahan dengannya dengan embel-embel kebebasan. Kau cukup mengatakan padanya kalau dia belum keguguran, Na. Setelah aku menikah dengannya, baru kau katakan bahwa kandungannya bermasalah dan harus digugurkan."

"Leon, kau yakin?" Alexiana menatap langit-langit, bukankah itu hal yang kejam. Baik untuk Jasmine, maupun bagi Leonardo sendiri. Keduanya akan terikat dalam satu hubungan bernama 'pernikahan'. Pernikahan yang tidak sehat hanya akan menyiksa keduanya bukan?

"Setelah ia keguguran, selamanya dia akan menjadi boneka milikku!! Dan aku tak akan pernah melepaskannya lagi." Mata Leonardo berkilat penuh amarah. "Aku ingin dia tahu betapa hancurnya hatiku karena perbuatannya!! Aku ingin dia juga merasakan sakit yang kualami saat ini, Na."

"Jangan terlalu kejam pada dirimu sendiri, Leon." Alexiana menghela panjang, tak banyak yang bisa ia nasehatkan. Leonardo sudah bertekat, dan itu berarti mutlak untuk di laksanakan. Wanita itu bangkit, meremas pelan pundak Leonardo sebelum meninggalkan adiknya.

Jadi begitulah, Leonardo membentuk perjanjian tidak langsung dengan Jasmine. Membual seakan-akan Jasmine masih mengandung anaknya. Menawarkan janji manis setelah Jasmine melahirkan dan juga uang kompensasi. Padahal Leonardo hanya ingin kembali memenjarakan Jasmine dalam ikatan yang disebut 'pernikahan'.

"Mi volas vin, Baby. Selamanya kau akan menjadi milikku. Mana mungkin aku melepaskanmu setelah kau membunuh anakku." Leonardo mengelus pipi mulus dan mengecup kening Jasmine sebelum meninggalkan ruang rawat inap keesokkan subuhnya.

Pria yang kejam, cinta memang menakutkan, batin Kato, ia berdiri tak jauh di belakang Leonardo. Bersiap untuk kembali mengawal Tuannya.

ooooOoooo

Please vote dengan power stone ya

💋💋💋💋