Suara Ily semakin serak dan belum ada tanda-tanda Leonardo akan mendengarkan renggekannya. Ily menyerah, ia duduk di samping Mav. Bersandar pada bahu kembarannya sembari mencibirkan bibir karena kesal.
Hah … saat kesal dan lelah memang hanya pundak Mav yang terbaik. Mav memang tidak banyak bersuara, jauh bertolak belakang dengan Ily yang cerewet. Namun justru karena itu lah Ily merasa nyaman. Mav benar-benar pendengar yang baik dan selalu mendukung yang Ily lakukan.
"Sudah capek berteriak?" tanya Mav, Ily mengangguk lemas.
Keduanya duduk di lantai bawah dan bersandar pada kasur. Mav memeluk tubuh mungil adiknya sembari meletakan belati milik pencuri itu di samping.
"Kau juga sudah capek melihat belati itu?" tanya Ily. Mav mengangguk. Keduanya menghela napas secara bersamaan.
