[NB: Novel ini tidak ada hubungannya dengan kebijakan politik sebuah negara, agama, SARA atau pribadi dan golongan kelompok tertentu. Hanya fiktif dan murni fiksi karangan author, mohon bijaksana dalam membaca dan menyikapi. Terima kasih.]
***
Eric melihat ke arah luar jendela, duduk dengan nyaman pada kursi roda, menikmati sun rise yang muncul dari kaki cakrawala. Dengan lembut sinar keemasan matahari menyentuh wajah tampannya. Wajah itu masih tirus, namun terlihat lebih berwarna.
Eric melihat deburan ombak, burung camar yang mencari makan di permukaan laut. Hamparan pasir putih yang tertempa cahaya matahari membuat Eric teringat dengan panasnya padang pasir kala itu. Tanpa sadar air mata keluar dari sudut mata Eric.
Masih tercetak jelas dalam benaknya. Saat sebuah ledakan terdengar memekakkan telinga. Saat sebuah keputusan membawanya pada sebuah kehilangan besar. Saat semuanya terjadi begitu capat dan tanpa mengenal ampunan.
.
.
.
[SEBELAS TAHUN LALU, MIDDLE EAST]