Chereads / Katakan Saja / Chapter 2 - Maaf Buatmu Jatuh Cinta

Chapter 2 - Maaf Buatmu Jatuh Cinta

BRAK!!!...

aku menabrak kakak kelasku. Dan perlu kalian tahu, aku berada si atasnya. Ku tatap wajahnya lekat-lekat. Aku sangat mengenal wajah itu. Dia kakak kelasku sewaktu SMP. Dia adalah idolaku waktu itu.

Kak May terlihat sama terkejutnya denganku. Saat aku tersadar dari lamunanku, aku cepat-cepat bangkit dan membereskan diri. Aku meminta maaf padanya karena menabraknya dan... Astaga aku menumpahkan minumanku dibajunya. Aku cepat-cepat membersihkannya dengan tisu yang ku taruh di saku.

Kak May pun berdiri. Dia melihat bajunya yang basah kuyup. Lalu memandangku dengan mukanya yang datar.

"Tunggu dulu. Kamu bukannya adek kelasku sewaktu SMP?" tanyanya sambil melototiku. Aku yang merasa senang bercampur bersalah hanya menunduk meminta maaf padanya. Sungguh. Ini pertemuan yang sangat tak sengaja. Dan lebih tepatnya sangat buruk.

"I-iya kak. Aku bener-bener minta maaf kak." kataku dengan gugup. Dia hanya menggelengkan kepala dengan muka datarnya lalu pergi begitu saja diikuti dengan satu temannya. Tentu saja aku tau siapa temannya itu.

Sungguh aku bingung dan takut setengah mati. Karena dengan begini aku tidak bisa mendekatinya. Aku sangat khawatir padanya yang sudah basah kuyup seperti itu.

Author pov

Maya pergi ke kamar mandi. Dia membersihkan bajunya yang penuh dengan noda hijau. Lulu hanya menatap khawatir.

"Aduh gimana ya ini? Ini harus ganti deh. Tapi aku gak bawa baju ganti. Kalau saja ada kelas olahraga aku bakalan pake baju olahraga." keluh Maya.

"Ih harusnya kamu mintai sia tanggung jawab lah. Kan dia yang nabrak kamu seenaknya. Udah gitu tumpahin minuman lagi." omel Lulu.

Tak lama kemudian, pintu toilet terbuka. Ternyata Luna yang masuk. Luna terkejut melihat ada Maya di toilet. Dia menatap Maya dengan perasaan bersalah. Lulu mendekati Luna.

"Lo yang tumpahin minuman ke baju sahabat ku kan. Sekarang juga cariin baju ganti buat dia! Enak aja lo yang bersalah malah gak tanggung jawab!" omel Lulu pada Luna. Maya meminta Lulu tak memarahi Luna karena masih anak baru. Tapi Lulu bersikeras agar Luna mencarikan baju ganti untuknya.

"Ka-kalau begitu bagaimana pakai baju olahragaku? Bisa kan kak?" ucap Luna gugup. Maya sempat menolak tapi Lulu malah sebaliknya. Dia meminta Luna mengambil bajunya.

"Lu, kamu ini ya, tau dia anak baru masih aja dimarahin." tegur Maya.

"Dia kan udah tau kita di SMP. Harusnya gak masalah dong kalo aku kek gini. Apa lagi dia salah. Dan tumben-tumbenan kamu baik kek gini?" Lulu tak biasa melihat sahabatnya ini baik pada adek kelas. Ini momen sangat langka. Lulu memicingkan matanya menatap Maya penuh selidik. Tapi yang di tatap malah memasang muka datar.

Tak lama kemudian, Luna datang dengan membawa baju olahraga miliknya. Maya berterima kasih pada Luna karena meminjamkan baju untuknya. Maya pun mengganti bajunya.

"Terima kasih ya, Lun udah pinjemin bajunya." ucap Maya sembari keluar dari toilet.

"Iya kak sama-sama." jawab Luna.

"kan ini emang harus dia lakukan. Dia yang salah kok." ketua Lulu. Maya melototi Lulu yang sedari tadi salahin Luna. Luna yang melihatnya pun tertegun. Dia merasa di perlakukan manis oleh sang idola.

Ding dong ding dong...

Bel masuk berbunyi. Mereka kembali ke kelas masing-masing. Luna menuju kelasnya dengan hati berbunga-bunga karena dapat menatap, ngobrol, dan meminjamkan baju pada idolanya. Baginya ini hari yang sangat membahagiakan untuknya.

.

.

.

Jam sekolah pun berakhir. Para siswi pun keluar dari gesung sekokah. Ada yang beberapa tetap tinggal untuk mengikuti kegiatan ekskul. Termasuk Lulu. Dia mengkuti ekskul teater. Dia sangat menggemari dunia akting. Berbeda dengan Maya. Dia lebih memilih tak mengikuti ekskul apapun. Karena dia pikir kegiatan itu akan membuyarkan belajarnya. Apa lagi ini sudah kelas 3.

Saat berada di parkiran sekolah, dia beraimpangan dengan guru tampannya. Tapi dia sudah tak tertaruk pada wajah tampan itu. Dia melanjutkan jalannya menuju motor butut miliknya. Sebenarnya itu peninggalan mamanya.

Saat sudah menaiki motornya dan mau menjalankannya, tiba-tiba motornya di tarik orang dari belakang. Maya menoleh ke belakang dan dilihatnya Luna. Dia mengurungkan niatnya untuk berbicara dengan Luna.

"Luna? Ada apa?" tanyanya dengan muka bodohnya.

"I-itu... Anu kak..." Luna menjawab dengan terbata-bata.

"Oh baju kamu ini? Mungkin besok lusa aku kembalikan. Kan perlu aku cuci juga." jawab Maya yang menyadari maksud Luna.

"Aaa... Iya kak. A-aku juga mau bilang sesuatu..." Luna menggantung ucapannya.

"Mau bilang apa Lun?"

"I-itu... Apa boleh aku mmm... Pulang bareng kakak?" tanya Luna dengan muka memerah. Sungguh dia sangat malu untuk mengatakannya. Entah kenapa. Maya terdiam.

"Tapi tapi kalau gak boleh gapapa kok kak" ucap Luna dengan cepat. Dia langsung pergi begitu saja. Tapi Maya mencegahnya. Dia mengiyakan tawaran Luna dengan tersenyum. Senyuman pun merekah dibibir Luna. Mereka pun pulang bersama.

Saat di perjalanan, Maya menghentikan motornya di parkiran market. Dia mau membeli makanan untuk makan siang. Tapi Luna mencegahnya dan memintanya untuk makan di rumah Luna. Awalnya Maya menolak. Tapi akhirnya dia mau dengan bujukan Luna. Dan mereka pun pergi ke rumah Luna.

Sesampainya di rumah Luna, mereka langsung makan siang berdua. Ya. Hanya berdua. Luna anak tunggal. Papa mamanya sangat sibuk dan jarang dirumah. Luna hanya dengan pembantu dan satpam rumah.

Selesai makan Maya mencuci piring mereka. Luna memintanya agar tak melakukan itu. Tapi Maya tetapencucinya.

Melihat Maya yang sedang cuci piring, membuat Luna mendekatinya. Luna memeluk Maya dari belakang. Tentu saja Maya terkejut dibuatnya.

"Kak. Kan aku udah bilang gausah dicuci. Kan ada bibi." ucap Luna di dekat telinga Maya. Membuat Maya merinding. Dia mematikan keran air lalu menyingkirkan tangan Luna dari perutnya. Dan dia membalikkan badannya. Tapi Luna malah mendekatkan wajahnya ke Maya.

"Luna apa yang-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, Luna menyela.

"Kak. Sebenarnya dari dulu aku sangat mengidolakan kakak. Aku sangat ingin sekali disamping kakak. Bersama kakak. Merangkul kakak. Bahkan jika mau, memiliki kak Maya." ucap Luna tanpa basa-basi. Dia sudah tak bisa menahan perasaannya lagi. Maya yang mendengarnya sangat terkejut dan matanya membulat.

"Kamu ini apa-apaan sih? Kamu sakit ya? Atau ini gara-gara tadi? Aku udah ma-" tanpa basa-basi Luna melumat bibir manis Maya. Mata maya semakin membulat dibuatnya.

Maya mencoba melepaskan ciumannya. Tapi Luna menarik tengkuk Maya dengan kuat. Maya pun pasrah. Wajahnya mulai merah. Tangan Luna mulai meraba perut Maya. Maya yang menyadari hal itu langsung mendorong Luna sekuat mungkin. Dia berhasil membuat jarak dengan Luna. Luna menatap Maya datar.

"Maaf kak. Aku memang salah melakukan ini padamu. Tapi, aku sudah tak tahan lagi memendam perasaanku ini lebih lama lagi." Luna menghela napas panjang. Lalu menarik tangan Maya.

"Ku mohon beri aku kesempatan untuk jadi pacar kakak." Maya terdiam tak berkutik. Semua terjadi sangat singkat. Luna menembaknya dengan tiba-tiba tanpa ada tanda sedikit pun.

"Kak, beri aku kesempatan. Kumohon." Ucap Luna dengan wajah memelas. Maya masih terdiam. Tak dapat mempercayai apa yang telah terjadi.

"Lu-Luna... Tapi ini kan sangat salah." jawab Maya gugup.

"Tapi kita kan bisa mencobanya kak. Ku mohon. Aku janji akan merahasiakan hubungan kita ini. Pliiiisss...." mohon Luna. Tanpa sadar Maya mengiyakan permintaan Luna. Sontak saja Luna loncat kegirangan. Akhirnya cinta pertamanya terbalas.

"Tapi... Bagaimana bisa kamu suka padaku?" tanya Maya yang masih setengah sadar dari kebingungannya. Luna menjelaskan bahwa pas pertama kali masuk SMP, dia melihat Maya yang sebagai OSIS  mendisiplinkan siswa/i yang masuk ke sekolah. Dan disitu pula dia sangat mengagumi sosok Maya.

Maya pov

Aku pulang dari rumah Luna masih dengan kebingunganku. Aku baru saja di tembak adek kelasku sendiri dan aku pun malah mengiyakannya begitu saja. Entah kenapa aku tak bisa menolaknya saat menatap matanya yang penuh dengan harapan.

Sesampainya di rumah, aku memarkirkan motorku di garasi, lalu aku masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, sepi. Aku menatap foto mamaku dan aku. Memberinya salam.

Ku letakkan tasku di samping meja belajar. Ku baringkan tubuhku dengan kasar diatas kasur. Ku menghela napas panjang. Hari pertamaku naik kelas 3 sangatlah penuh kejutan. Aku tak pernah mengira ada seorang cewek, dibawahku dua tahun, dengan beraninya menembakku begitu saja. Memang kami saling tahu karna pernah satu SMP. Tapi kami baru kenal hari ini. Dan hari ini juga dia seakan menusukku dengan panah cintanya. Aku benar-benar tak habis pikir sama kelakuan bocah itu.

Ku menatap foto keluarga. Foto keluarga yang masih utuh tentu saja. Ada ayah, mama, nenek, aku dan juga kakak. Disitu aku masih berumur 2 tahun. Dan satu tahun kemudian, mama meninggal terkena serangan jantung gara-gara kakak yang hamil diluar nikah. Lalu tak lama kemudian di susul oleh nenek yang sakit karena memang sudah tua. Dan tinggallah ayah yang sejak semua itu terjadi sangat jarang pulang. Tapi beliau masih memberiku uang jajan dan keperluan lainnya.

Lalu kakakku? Dia tiba-tiba menghilang setahun yang lalu. Aku sudah mencarinya tapi tak pernah berhasih menemukannya. Ayah pun mencari tapi juga tak menemukannya. Akhirnya kami berhenti mencarinya. Ya. Sekarang aku tinggal sendirian.

Aku bangun dan menuju kamar mandi. Ku lepas bajuku satu persatu. Ku masuk ke bathup. Sangat hangat. Sangat menenangkan. Seakan semua masalah dan kenangan pahitku melele disini. Mungkin aku akan lama berendam.