Chereads / Katakan Saja / Chapter 3 - Kamu

Chapter 3 - Kamu

Pagi ini aku berangkat ke sekolah dengan terburu-buru. Alarmku tak berdering. Aku jadi kesiangan. Ku lajukan motorku dengan kencang. Gerbang sekolah hampir di tutup. Untung saja aku bisa menerobos masuk.

Ku berlari ke kelas. Sesampainya di kelas ternyata masih ramai dengan suara teman-teman yang sedang bergosip. Fiuh...

Ku berjalan menuju bangkuku yang berada di tengah. Aku merasa ada sepasang mata yang menatapku sedari tadi. Tentu saja mata itu milik Lulu. Dia memandangku seperti ada yang aneh dariku hari ini.

"Ada apa kamu liatin aku kayak gitu? Apa make up ku berantakan?" aku coba mencari kaca di dalam tas. Lulu hanya berdehem dan memalingkan wajahnya begitu saja. Ku tatap dia. Dia hanya fokus dengan novelnya.

"Ada apa sih Lu?" tanyaku kembali. Lulu menatapku sebentar. Lalu memalingkan wajahnya lagi.

"Kemarin kamu kemana sepulang sekolah?" tanya Lulu tiba-tiba. Tak biasanya dia menanyakan apa yang ku lakukan sepulang sekolah.

"Memangnya kenapa? Tumben kamu tanya kayak gitu. Ada apa?" Lulu menatapku.

"Jawab aja." jawabnya singkat. Dari raut wajahnya dia seperti mengetahui sesuatu.

"Kemaren aku ke rumahnya Luna. Soalnya dia mau nebeng." jawabku jujur. Tapi tak ku katakan semua. Lulu memicingkan mata dengan selidik.

"Trus? Abis itu?" tanyanya kembali. Apa dia tau kejadian kemarin? Aku sedikit gugup.

"Ya... Aku diminta untuk mampir sebentar." jawabku ragu.

"Lalu?" Lulu mengejar jawabanku. Dia selalu seperti ini saat aku lakuin hal yang belum pernah kulakuin.

"Jelas aja minum, makan camilan." jawabku dengan yakin. Jika tidak dia pasti lebih curiga.

"Kenapa sih, Lu? Kayak wartawan kurang informasi aja." selaku untuk menghentikan pertanyaannya.

"Ada yang kamu sembunyikan. Baiklah. Aku bukan sahabatmu memang." ketus dia dengan meninggalkan bangku. Fiks dia mulai marah karena aku tak menceritakan semua. Aku mengejarnya. Dia berjalan ke arah toilet. Aku mengikutinya masuk.

"Lulu.... Kamu kenapa sih?" Lulu hanya melirikku saja lalu fokus ke cermin. Sia hanya diam sambil cuci tangan.

"Huff.... Baiklah aku katakan. Tapi jangan disini dan jangan sekarang." Aku sudah tak tahan dengan diamnya Lulu. Dia menatapku lekat-lekat.

"dimana? Kapan?"

"ini kan jam pelajaran Lulu. Masa iya cerita sekarang?"

"Jam pelajarannya kosong. Gurunya keluar kota." jelas Lulu. Dia terlihat antusias dengan apa yang akan ku katakan.

"Baiklah. Tapi jangan disini. Kita ke atap saja." ajakku. Karena di atap jarang sekali ada orang. Kita pun pergi ke atap.

Lulu pov

Sesampainya di atap, Maya menutup pintu dan mengganjalnya dengan gagang sapu. Sebenarnya aku tahu apa yang dia lakukan di rumah Luna. Tapi aku mau tahu apa dia akan mengatakannya padaku. Karena jika tidak, berarti aku bukan benar-benar orang yang penting dihidupnya. Aku menggunya mengatakan apa yang harus dia katakan. Dia tak menatapku. mungkin dia mencoba untuk benar-benar mengatakannya.

"Jadi.... Aku... Itu.... " ucapnya dengan ragu. Aku masih diammenunggunya menyelesaikan kalimatnya.

"Ta-tapi kamu gak jauhin aku setelah ini kan?!" pintanya tiba-tiba.

"Tergantung dengan apa yang kamu katakan." ucapku dengam masih menatapnya lekat-lekat.

"Sebenarnya... Kemarin itu... Luna mmm.... Dia nembak aku..." kepala Maya semakin menunduk. Dia mengatakan yang sebenarnya. Kupikir dia akan berbohong. Aku langsung memeluknya. Dia terlihat terkejud.

"Jika kamu dalam masalah atau situasi tak mengenakkan, katakan padaku. Jangan kamu pendam sendiri. Aku masih sahabatmu. Yang mau menerimamu bagaimanapun kamu." ucapku sambil melepas pelukan. Dia terlihat sangat terkejut.

"Ka-kamu gak marah atau jijik sama aku?" tanyanya tak percaya dengan responku. Aku hanya menggeleng dengan senyumanku. Tiba-tiba tangisnya pecah seketika. Dia memelukku begitu erat. Mungkin semua ini sangat berat untuknya.

"Dan aku menerimanya, Lu." uncapnya sambil melepas pelukanku. Dia menunduk. Aku hanya diam untuk mendengarkannya.

"Tapi aku saat itu masih shock dan langsung aja jawab saat dia tanya. Aku gak tau harus bagaimana." air matanya mengalir. Sejak kapan dia jadi cengeng? Padahal selama ini dia terlihat selalu tegar. Bahkan banyak yang segan sama dia karena dia galak. Didepanku pun dia jarang bahkan hampir tidak pernah menunjukkan air matanya. Tapi hari ini... Sepertinya pertahannya sudah runtuh gara-gara Luna. Jujur saja, Luna terlalu berani mengatakan cintanya. Selama ini sebenarnya aku juga suka sama Maya. Tapi aku tau dia normal. Jadi aku tak mau membuatnya menjauhiku gara-gara aku menyukainya.

"Gak papa kok, May. Kamu gak usah nangis kayak gini. Sejak kapan kamu jadi cengeng?" hiburku dengan mengusap air matanya yang terjatuh. Dia menatapku dengan tatapan sayunya. Aku membalaa dengan senyuman termanisku agar dia berhenti menangis. Sejujurnya ungin sekali ku labrak Luna si biang masalah itu. Sebenarnya aku pernah pacaran dengannya. Tapi ternyata itu hanya untuk dekati Maya. Untung saja aku cepat mengetahui itu. Aku langsung putus dengan Luna. Dan jelas saja Maya gak pernah tau hubungan kita berdua. Karena memang hanya kurang dari sat minggu.

Maya menatapku masih dengan mata sayunya. Perlahan dia tersenyum padaku. Aku membalasenyum manisnya.

"Makasih ya, Lu. Kamu bener-bemer sahabat terbaikku. Aku gatau lagi kalau kamu pergi dariku. Entah kesiapa lagi aku bisa mengatakan semua kesedihanku." Ucap Maya denga tatapan penuh harapan kepadaku.

"Aku gak akan tinggalin kamu sendirian kok, May. Katakan saja semua padaku. Aku akan dengarkan. Bahkan jika kamu meminta saran akan ku bantu sebisaku. Jangan pernah berpikir kalau kamu sendirian. Ada aku disini buat kamu." aku meyakinkan Maya agar dia lebih tenang lagi. Aku gak bisa melihatnya seperti ini. Dia memelukku erat sekali lagi. Saat itu aku melihat bayangan Luna di balik pintu. Dia pergi. Ku harap setelah ini dia tak mengganggu Maya.

Author pov

Maya dan Lulu pergi ke kantin. Dikantin tak terlalu ramai seperti biasanya. Maya mencari tempat duduk sedangkan Lulu memesan makanan. Maya menuju tempat duduk di pinggir dinding kanan kantin. Dia memainkan hp nya sambil menunggu Lulu datang. Dilihatnya ada chat dari Luna.

📨

Luna :

Beib kamu dimana? Aku cariin kamu dari tadi.

Mata Maya membelalak membaca chat dari Luna. Dia masih belum siap jika dia berpacaran dengan seorang cewek. Maya masih terpaku oleh vhat itu. Saat masih fokus dengat chat itu Lulu datang dengan membawa beberapa makanan dan di ikuti ibu kantin di belakangnya.

"May? Kamu kenapa?" tanya Lulu sedikit panik yang melihat muka pucat Maya. Maya tersadari lamunannya. Dia membenarkan duduknya. Ibu kantin meletakkan mainuman yang di bawanya. Lulu pun duduk di depan Maya. Maya masih diam.

"Yuk makan dulu. Keburu dingin nanti baksonya." sela Maya mengalihkan pembicaraan. Lulu memicingkan menatap Maya penuh curiga. Maya yang menyadarinya. Hanya diam menundukkan kepala.

"Aku gajadi makan. Mau ke kelas aja." ucap Lulu seraya berdiri meninggalkan Maya. Maya menahannya.

"Masalah tadi kok. Jadi.... Ceritanya nanti aja. Sekarang kita makan dulu ya." bujuk Maya memohon. Lulu pun akhirnya mau mengikuti permintaan Maya. Mereka pun makan siang berdua. Dari kejauhan sepasang mata menatap dengan tajam. Seperti penuh kemarahan.

Usai makan mereka berdua pergi ke taman belakang. Saat melewati lobi, Luna menghampiri mereka berdua. Maya sedikit terkejut dengan kedatangan Luna.

"Kaka kok cuma baca pesanku doang sih? Jawab kek." rengek Luna. Lulu menatap Luna dengan penuh emosi. Tapi dia masih menahan diri unruk tidak meledakan emosinya. Maya yang ditanya hanya kebingungan.

"Buat apa balas chat gk penting kamu?" ketus Lulu yang sudah tak tahan melihat Maya kebingungan. Tapi Luna tak menghiraukan Lulu. Dia malah menyela diantara Maya dan Lulu lalu menggandeng lengan Maya. Maya terlihat risih.

"Luna. Jangan kayak gini! Nanti banyak yang liatin." ucap Maya dengan berbisik sambil melepaskan tangannya. Tapi Luna tak menghiraukan Maya. Lulu yang risih melihat pemandangan menjijikan ini langsung menarik kasar lengan Luna dan menjauhkannya dari Maya.

"apa-apaan lo?! Bisa-bisanya gak punya sopan santun sama kakak kelas?! Baru aja kenal kemaren belagu banget sih?!" omel Lulu dengan ketus. Maya menggandeng lengan Lulu menenangkannya.

"Apa sih?! Kok kakak pegang-pegang orang ini kayak gitu sedangkan aku ga boleh?!" Luna malah ngomel ke Maya dengan menarik tangan Maya. Lulu yang melihat itu, langsung menampar Luna dengan kasar. Maya, Luna, dan anak-anak lain yang ada disana dan yang lewat disana terkejut dengan perilaku Lulu. Luna memegangi pipinya yang terasa sakit itu dengan menatap tajam ke arah Lulu. Lulu yang ditatap hanya bermuka datar.

"Gak usah sok akrab lo sama sahabtku!" ketus Lulu masih dengan muka datarnya. Luna mendengus kesal.

"Asal kakak tau aku pacaran sama kak Maya." ceplos Luna. Mata Maya melotot tak menyangka. Lulu yang mendengarnya pun tak kalah terkejutnya. Anak-anak yang masih ingin melihat pertengkaran itu pun juga tak kalah terkejutnya. Seketika suara bisik-bisik dari anak-anak yang melihatpun terdengar jelas.

"Ih ternyata Maya lesbi." anak 1.

"iya ya kak Maya ternyata lesbi. Gak nyangka gue." anak 2.

"kak Maya yang dulu pas smp banyak di idolakan banyak cowok ternyata lesbi. Makanya sampai sekarang dia gak pernah terdengar kabar kalau pacaran. Ternyata pacaran sama cewek." anak 3.

"Jangan-jangan sebenarnya kak Maya sama kak Lulu pacaran dan Luna pelakornya." anak ke 4.

Lulu yang mendengar bisikan itu seketika kemarahannya memuncak. Dia tak pernah terima orang-orang mengatai Maya seperti itu.

"HEI! KALAU KALIAN GAK TAU APA-APA GAK USAH SOK TAU! MANUSIA DIDEPAN KALIAN INI YANG HALUNYA TINGKAT DEWA. DIA YANG LESBI. DIA SUKA SAMA MAYA TAPI MAYA GAK SUKA SAMA DIA." teriakan Lulu membuat semuanya terdiam. Lulu menatap Luna dengan penuh emosi. Lulu menarik kerah baju Luna. Sampai tubuh Luna hampir terangkat.

"Lo! Dasar cewek mesum!" cela Lulu dengan mendorong Luna dengan kasar.

"Lulu sudah!" Maya menarik tangan Lulu. Mereka pergi begitusaja meninggalkan Luna dengan kekesalannya. Terdengar kini bisikan teman-teman yang mengatai Luna. Luna langsung pergi dari sana.

"huuuu dasar mesum!" anak 2.

"hati-hati ada cewek mesum lewat!" teriak anak 4. Luna tak menghiraukan mereka semua. Dia sudah kebal dengan celaan seperti itu. Dia sadar dia melakukan satu kesalahan. Dia mencoba mengejar Lulu dan Maya.

Luna pov

Harusnya aku tak tersulut emosi dan membongkar semuanya. Pasti kak Maya bakalan marah sama aku. Aku gak mau membuatnya jadi sedih. Aduh dimana ya kak Maya?

Ku mencari ke arah taman. Kulihat Lulu memeluk kak Maya. Sepertinya kak Maya bener-bener sedih. Ini salahku. Dan ini malah jadi kesempatan buat Lulu bangs*t itu. Aku harus singkirin dia dari kak Maya.

Ku mendekati mereka. Ku berdiri tepat di depan mereka duduk.

"Kak May.... A-aku minta maaf. Aku gak bermaksud buat-" Lulu berdiri dan menyelaku.

"Apa lo belum puas bikin Maya nangis kayak gini?! Mulai sekarang gak usah ganggu-ganggu Maya lagi!" omel Lulu dengan muka datarnya. Aku hanya diam menatap kak Maya yang masih nangis sesenggukan. Tiba-tiba dia berdiri.

"Luna. Kamu sudah mengingkari janjimu. Jadi aku gak bisa lagi melanjutkan hubungan ini. Aku bukan penyuka sesama jenis, Lun. Aku normal. Yang masih suka dengan cowok. Jadi kumohon! Jangan paksa aku lagi." ucap kak Maya dengan suara parau. Ah... Ini salahku. Aku benar-benar bodoh. Tak seharusnya aku terpancing emosi seperti itu.

"Apa lo gak denger apa yang dikatakan Maya?! Mau apa lagi?! Sana pergi! Dan gak usah muncul dihadapan kita berdua!" bentak Lulu. Kalau saja manusia pengganggu ini gak ada, pasti hubunganku dengan kak Maya baik-baik saja. Aku yakin Lulu bangs*t ini pasti sebenarnya suka sama kak Maya. Ku sangat berharap posisi kita terbalik.

Aku meninggalkan mereka berdua tanpa sepatah kata pun. Aku tak mau melihat kak Maya semakin sakit hati. Tapi aku sangat berharap bisa bertukar posisi dengan Lulu.

Maya pov

Aku tak pernah menyangka Luna membocorkan hubungan kita. Apa dia tak malu dengan itu? Aku benar-benar tak habis pikir. Dan Lulu terlihat sangat marah tadi. Aku tak pernah melihat dia semarah ini.

Aku dan Lulu kembali ke kelas. Didalam kelas sangat ramai. Tapi ketika kita masuk, seketika semua hening. Hanya terdengar bisikan-bisikan. Mungkin kejadian tadi sudah sampai ke kelas.

"Ada apa ini tiba-tiba senyap?" tanya Lulu yang masih kesal. Teman-teman hanya berpura-pura tak mendengar.

Aku gak pedulikan semua. Aku langsung ambil tas lalu pergi. Lulu terlihat terkejut saat aku pergi. Dia mengejarku. Saat di lorong, dia berhasil menarik lenganku.

"kamu mau kemana?" tanya Lulu khawatir. Aku hanya menundukkan kepalaku. Aku sendiri tak tahu mau kemana. Mungkin aku akan pulang saja.

"May? Katakan kamu mau kemana?" tanya Lulu sekali lagi.

"Ntah." jawabku singkat dengan mengangkat bahu lalu meninggalkannya.

"TUNGGU!!" teriak Lulu. Membuatku berhenti. Dia balik ke kelas dn tak lama kemudian dia keluar kembali dengan membawa tasnya. Dia berlari menuju ke arahku.

"Aku akan ikut." ucap Lulu dengan yakin.

"Tapi kan masih ada jam pelajaran lain. Kamu harus tetep ikut, Lu." cegahku.

"Apa aku setega itu sahabatku sedang sedih dan aku biarkan pergi sendirian tak tentu arah?" jelasnya seraya menarikku pergi dari sana. Aku hanya diam dan mengikutinya saja.