"Ehm Aku rasa ... kami perlu waktu untuk lebih saling mengenal Ayah." Royan yang memberi jawaban itu kepada Ayahku. Karena aku tak kunjung membuka mulutku. Bingung!
"Kamu pasti setuju kita tunangan dulu kan Nez? terus nikahnya bisa enam bulan lagi atau satu tahun lagi, menurutku begitu lebih baik." dia memutuskan sendiri apa yang menurut dia maui.
"Ooh ya terserah yang menjalani saja kalau memang nak Royan maunya begitu tidak apa-apa, Inez pasti tidak keberatan, tunangan dulu sambil saling mengenal" sahut Ayahku sambil mengelus pundakku.
"Ayah dan Om, Eh ... Papa kenapa baru ketemu? dan tahu-tahu menjodohkan kami. Aku sebelumnya mohon maaf, tapi ini sulit untuk aku utarakan, juga sulit untuk aku terima, aku hanya ingin lebih terbuka di awal, sehingga kelak tak ada ganjalan lagi. Aku sebenarnya sudah punya pacar dia siap melamarku, tapi Ayah tiba-tiba saja melamarkan aku karena kalian, aku tidak ingin melukai Ayahku atau mencoreng nama baiknya, karena itu aku menuruti keputusan Ayah, tapi jujur saja aku sangat berat." Aku Memberanikan diri membuka mulutku, sambil menundukkan wajahku karena aku pun ketakutan menyampaikan ini, apalagi ada Ayahku. Biarlah sekalian semua tahu yang sebenarnya. Royan tiba-tiba menyentuh tanganku dan aku ingin menariknya tapi aku tidak enak ada Papa Mamanya disitu. Dia mengatakan kepadaku kalau mereka semua sudah tahu tentang keadaanku dan mereka akan menunggu aku perlahan-lahan membuka hati untuk Royan.
"Aku tidak terburu-buru, aku akan menunggumu, kita akan mulai saling mengenal dalam pernikahan nanti, aku akan membantumu menerimaku." Sahut Royan.
"Kami sudah tahu Nez, Ayahmu sudah cerita, Royan juga sudah cerita" Ucap Mama.
"Lalu apa kalian tidak marah?, kenapa masih mau dengan aku?"
"Karena semua punya kisahnya dan semua punya masa lalu, di luar juga banyak cinta monyet, hanya setelah menikah dengan siapa itulah cinta sebenarnya, kami mau Inez dan Royan menjadi Cinta yang sebenarnya, ini pengalaman kita sebagai orang tua."
Papa Royan, Pak Ronald mengatakan bahwa mereka bertiga memang kawan dan sahabat lama yang sangat dekat ketika masih sekolah dan dilanjut masa kuliah, menjawab pertanyaanku tadi, namun dengan berlalunya waktu Pak Ronald dan Ayahku yang mempunyai kesibukan masing-masing menyebabkan mereka tidak pernah bertemu lagi, Pak Ronald yang melanjutkan study ke Jerman jarang pulang ke Indonesia, sedang Ayah selesai kuliah langsung bekerja, dari situ sudah putus komunikasi, sampai tak disangka setelah puluhan tahun mereka dipertemukan di Bandara Jakarta ketika ayah akan berangkat ke luar negeri juga karena mendapat promosi dari atasan Ayah untuk pertukaran pegawai disana. Disitulah mereka berbicara sambil meminum kopi, saling melepas rindu. Keadaan Royan yang sangat terpuruk oleh cinta, menyebabkan Papanya bersemangat menjodohkannya, dengan anak sahabat lamanya. Tanpa pikir pajang apakah putrinya ini mau? seperti apa putra sahabat lamanya itu?. Ayahku menyetujui tanpa menyelidiki, sungguh Ayah yang aneh, kalau beruntung aku bisa bahagia, kalau tidak ya kebalikannya akan menimpaku. Ayahku sungguh berani ambil resiko untuk masa depan putrinya, sedang bodohnya, aku tak ada cara lain untuk menolaknya.
"Karena kalian belum saling kenal lebih dalam, karena itu Ayah ingin kamu segera menikah dengan nak Royan, agar kamu bisa mulai mengenal dia lebih dekat, kalau dia sudah jadi suamimu akan lebih mudah mengenalnya." Tambah Ayahku.
"Tidak apa-apa Ayah, kami masih butuh waktu, Inez harus menyelesaikan masalahnya dulu, aku akan menunggunya" pungkas Royan
dihadapan kami semua sok penyabar, apa iya lelaki macam dia penyabar? atau hanya untuk ambil simpati? Arman lah sosok penyabar yang tanpa embel-embel apa-apa, sungguh merugi Ayah melepasnya.
Kita bisa menentukan tanggal mereka bertunangan, satu bulan lagi bagaimana?." Tambah Ayahku. Lalu mereka semua mengangguk-angguk menyetujui.
Mereka semua sudah tahu aku sudah punya lelaki lain? tapi mereka masih minat memintaku? apa mereka tidak berpikiran kalau aku ini sudah berlaku apa saja dengan kekasihku itu? ataukah masih suci atau
tidak?. Aku memandang dengan rasa heran.
Atau mungkin segitu buruknya sisi yang lain dari anak lelaki mereka itu disamping sisi yang satunya yang terlihat tampan, berkelas, exellent dan kaya itu? sehingga, tak mau tahu asal ada gadis dari keluarga baik-baik yang mau menikah dengan anaknya dengan harapan mampu merubahnya. Jujur saja aku sangat takut, aku tak tahu apa-apa tentang Royan, kelakuannya, sifatnya, perangainya, ditambah Papanya bilang kenakalan remaja seperti Photo copy dirinya. Apa yang akan terjadi dengan aku kelak?. beribu tanya saling berkejaran di otakku. Aku tak akan mampu merubah seseorang, justru Arman yang banyak merubahku.
"Ehm ... semua mengesankan Riyanto, makan malam yang lezat ini, suasana kita dan perbincangan putra putri kita tadi, sangat menarik, kami pasti kangen untuk berkunjung lagi, tapi saat ini kami mau pamit dulu ya? next giliran kalian yang ke rumahku."
Semua masih tertawa girang dengan pertemuan ini, hanya aku yang bimbang.
kami saling bersalaman dan menyampaikan salam perpisahan, Mama Micellin cipika cipiki dengan aku dan ibuku, seperti orang bingung yang hanya menurut dan mengikut saja. Royan pun menyalami aku "Aku pamit dulu ya Nez?, kamu jangan sedih, kamu tidak akan salah bila memilihku, lihat saja nanti" Ucapan dia itu selalu bernada PD. Tidak pernah tidak! entah itu kesombongan atau kelebihan dia aku lagi-lagi meneteskan air mata sambil memeluk ibuku, kami semua berdiri karena mengantar kepulangan mereka sampai halaman rumah, Royan masuk ke mobil dan Papa Mamanya masuk ke mobil lainnya.
mungkin mereka tadi sama-sama dari tempat kerja langsung ke rumah, sehingga membawa mobil sendiri-sendiri. Aku lalu berbisik pada Ibuku "Bu, aku mau ke warung Bu Titik mau beli pembalut ya" pamitku kepada Ibu, dan beliau mengangguk pelan sambil mengelus wajahku. Aku segera memacu motorku kuat-kuat sebagai ekspresi dari kecamuk dalam bathinku dan kekesalan yang terjadi ini tadi, air mata semakin kencang searah dengan semakin kencangnya gas motor yang aku pegang itu. Aku pergi menuju Ladang tercintaku sejenak untuk menyejukkan hati yang terlalu luka lagi, hamparan Ladang tebuku yang jadi saksi banyak kisah dan lika-liku setiap moment yang melilitku.
"Aaaaaaaaaaarrrrghhhhhh ....!!!!!." Aku teriak sekuat tenaga membuang beriak tangisanku sekencangnya. diiringi air yang juga mili dari hidungku. Satu Bulan lagi aku akan bertunangan dengan Royan? bagaimana dengan Arman?, secepat ini waktu berlalu tiba-tiba sudah mau tunangan, akan semakin dekat pula aku dengan Pernikahan paksa_ku ini. Aku tak bisa membayangkannya. jauh dari Arman saja aku sangat pilu, apalagi berpisah darinya?
Aku jatuhkan tubuhku bertumpu di kedua lututku, tak ada kata tak ada suara lagi yang aku keluarkan. Hanya tangisku, hanya lunglaiku saat ini, mataku entah terasa berkunang-kunang dan kepala ini terasa berat.
Tanpa aku sadari aku sudah terhuyung dan terkulai di rerumputan yang aku pijak.