ARMAN POV
Aku sebenarnya sangat merasa keberatan dengan kehadiran Ayu juga Bapaknya. Aku tahu sekarang ini Inez sangat mencemaskanku atau bahkan sedang menangisiku. Dia sangat gampang menangis bila hatinya sedang sedih. Apalagi terkoyak karena aku. Aku tak tahu apa yang akan di lakukan Ayu juga Bapaknya itu dirumah kontrakanku ini? Keruwetan hati dan didalam situasi kondisi ini, sebenarnya aku sangat berharap Inez menelfon aku duluan, agar mereka tahu bahwa aku sudah memiliki kekasih. Aku memang sampai di rumah kontrakan sesuai jam seperti biasanya tadi, karena dari kantor memang langsung pulang. Saat masuk ke halaman dan memarkir motorku. Aku sangat terkejut melihat Ayu yang sedang menjemur pakaian-pakaian yang tak asing bagiku.
"Eh ... Warna-warnanya sangat tidak asing bagiku baju-baju itu," pikirku. Artinya Ayu mencuci semua pakaian kotorku?
"Aduh mati aku! Celana dalam kotorku juga ada disana beberapa lagi? Ngapain anak itu pakai cuci baju segala?" gumamku dalam hati.
Tanpa aba-aba Ayu menebar senyum manis dihadapanku dan menyapaku, sedangkan aku di hadapkan tanya dan serba kebingungan karena sungguh memalukan.
"Ayu, sedang apa kamu?" tanyaku.
"Aku mencuci pakaian Mas Arman," Jawabnya Renyah.
"Ayu tidak usah sampai seperti itu, jangan repot-repot. Harusnya istirahat saja habis perjalanan jauh kan?" tuturku sambil segera masuk ke dalam rumah itu.
"Ayu sudah istirahat, Mas. Bangun-bangun aku ke kamar mandi ada baju Mas Arman kotor bertumpuk, daripada Ayu enggak ngapa-ngapain mencuci sebentar, kan tidak masalah? Aku tanya Ayahku dibolehkan, Mas. Anggap saja sebagai rasa terima kasih kami sudah diberi tumpangan inap untuk beberapa hari ke depan," papar gadis itu.
Aku tak pernah tahu apa yang dilakukan gadis ini. Mula-mula memang hanya sekedar ucapan terima kasih atau ada unsur yang lain? Masih belum nampak sementara ini. Memang sudah memandang aneh sih? Sebab Aku merasa sangat sangat malu! Inez sebagai pacarku saja tidak pernah mencucikan celana dalamku? Haduuuh, di tumpukan baju kotorku ada beberapa celana dalamku. Sungguh batinku tidak tenang dan merasa sangat malu pastinya. Di Ruang Televisi nampak Ayah Ayu sedang membaca koran,
"Assalamu'alaikum Pak," sapaku kepada beliau.
"Wa'alaikumusaalam," jawab Ayah Ayu itu.
"Kau sudah pulang Arman? Tadi Ayu juga memasak untuk kita makan malam. Segeralah mandi dan ayo kita makan sama-sama," kata Ayah.
Aku merasa makin bingung, tadi dicucikan baju, sekarang dimasakin juga. Bagaimana ini? Aku jadi serba tidak enak. Sekarang yang aku fikirkan akan membalas apa jika Inez menanyakan kepadaku yang terjadi dirumahku saat ada Ayu, lewat Handphone atau besok saat bertemu di kantor aku harus cerita apa kepadanya? Kalau Ayu sampai sebiasa ini di tempatku. Dia pasti menangis mendengarkan ini dan marah kepadaku, namun aku pun tak bisa berbuat apa-apa karena aku tak tahu apa-apa?
Aku baru pulang kerja dan tahu-tahu disuguhi pemandangan seperti ini. Aku masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan diri dan bergegas membersihkan diri karena lelah seharian. Fikiranku terus melayang-layang memikirkan Inez, gadis yang aku cintai, sedang apa dan apakah dia juga memikirkan aku karena ada Ayu disini?
"Ah habis ini aku akan segera mengabari dia agar dia tenang," bisikku dalam hatiku sendiri.
Seusai mandi, Aku biasa hanya memakai handuk saja menuju kamar untuk berganti baju, namun kali ini aku tahu karena ada tamu orang lain di tempatku, aku membawa sekalian baju ganti saat masuk kamar mandi tadi, jadi aku juga berganti baju disitu.
Aku sudah selesai mandi dan bersiap menuju ruang tamu menemui Ayah Ayu. Humm tepat, disana Ayu juga sudah selesai menjemur baju-bajuku tadi, sungguh aku lagi-lagi merasa malu masih kefikiran celana-celana dalam tadi yang dicucikan gadis itu.
"Harusnya tidak usah repot Ayu, kalian kan tamuku? Sampai nyuci dan masak. Arman yang merasa tak enak ini," ungkapku.
"Mas Arman tidak usah merasa begitu. Ayu kan sudah bilang tadi tidak ada maksud lain Mas, tidak apa-apa kok. Aku siapkan makanannya ya? Kita makan bersama," pamit Ayu yang segera menuju dapur untuk menghidangkan masakannya dan dibawa ke ruang tamu.
Masakan yang terlihat masih ada kepulan asap itu memang terasa menggoda, ditambah aku yang pulang dari kerja sudah sangat lapar, biasanya aku ke warung Benny untuk membeli nasi bungkus, tapi aku ingat dirumah ada dua tamu, sehingga aku tak bisa tiba-tiba membelikan makanan tanpa menanyakan apa yang mereka ingin makan, daripada salah menu, tadi rencanaku akan mengajak Ayah si Ayu untuk mencari makan agar milih sendiri. Eh ... ternyata Ayu malah masak. Memang tak jauh dari kontrakanku itu ada warung sayur untuk dijadikan tempat belanja orang-orang yang ada di gang situ, terutama aku yang kadang juga masak sendiri, jadi aku juga sering belanja disitu.
[Aku memberi kabar dulu agar kamu tenang. Aku sudah di kontrakan, dirumah tiba-tiba dia sudah masak dengan Ayahnya, jadi aku diajak makan bersama, Nez]. Pesanku ke Hand Phone Inez.
Sayangnya chatku tak ada tanda dibaca, tapi terkirim, mungkin karena situasi yang tidak memungkinkan disana.
"Nah ... sudah siap. Ayo kita makan bersama. Ayu masak sebisanya ya mas? Nanti berikan masukan kurang apa?" ucap Ayu sambil tersenyum juga sambil meletakkan panci dan beberapa piring untuk tempat kami makan malam. Humm yang dilakukan adalah makan sore.
"Ini semur ayam paling enak, Arman. Ini kesukaanku, resep dari ibunya. Kau harus makan banyak saat ini karena tadi Ayu masak banyak, biar besok tinggal menghangatkan jadi kamu ke kantor bisa sarapan dulu, kamu juga bisa bawa bekal," ucap Ayah Ayu. Aku hanya tersenyum dan mengangguk lalu memakan masakan dari Ayu.
Semur pedas yang berbahan Ayam kampung dengan bumbu kecap dan beberapa bumbu lainnya terlihat sangat kental dan sedap bau masakannya. Harum lengkuas juga menusuk hidung, dari tampilannya memang sudah menggoda, jujur saja aku juga suka ayam dan perut ini memang sudah keroncongan. Aku sendok makanan yang sudah ada di piring itu, baru saja masuk sesuap, Ayu sudah menanyakan respon dari aku.
"Gimana, Mas? Enak apa tidak?"
"Iya, enak kok."
"Makasi ya, Mas kalau Masnya suka."
"Oiya, kapan kita mulai melihat-lihat jalanan Surabaya Mas untuk cek lokasi tempat kerjaku?" tanyanya.
"Habis isyak ini nanti bisa kok kita cari tempat kerjamu,"
"Ah ya, terima kasih ya Mas."
Aku mengangguk tetap sambil memakan santap malam ini.
[Habis isyak ini Ayu minta diantar cek lokasi ke tempat kerjanya, Nez. Aku kabari dulu biar kamu tahu dari aku. Kalau nanti aku membonceng dia]
Aneh ... Chat pertama masih belum dibaca masih centang abu. Begitu pula selang berapa lama dengan chat kedua. Sama saja, hanya centang abu-abu.
Sebenarnya Aku merasa sedikit mencemaskannya, tidak biasanya Inez lama membalas chatku. Bathinku, malah biasanya super cepat. Apalagi tadi sepulang kerja dia sudah mengatakan akan menunggu kabarku dan apa yang Ayu lakukan? Harusnya dia yang chat duluan menanyaiku, tapi ini ... Ah aku membuang jauh rasa khawatirku. Mungkin saja Hand Phone_nya mati karena pulang dari kerja tadi lupa menge-cass-nya. Aku bantah sendiri kecemasanku kepadanya dalam hati.