Abbas berjalan terlebih dahulu meninggalkan Angga yang berjalan di belakangnya. Langkah kaki Angga saat itu berjalan mengikuti langkah kaki Abbas yang berjalan beberapa langkah di depannya. Namun, ketika sebuah angin yang cukup kuat menghempas tubuh Angga saat itu, membuat Angga yang merasakan hempasannya pun segera menoleh dengan kaget ke arah Abbas yang masih berjalan hendak masuk ke dalam gedung itu.
Terdiam untuk beberapa detik, karena kebingungan dengan apa yang baru saja dirasakan olehnya tadi, namun kemudian Angga kembali melangkahkan kakinya untuk menghampiri Abbas yang kini tengah mengambil kembali dua cangkir coffee yang sempat ia letakkan di samping pintu.
SYUH!!!
Angin itu kembali datang dan menerpa tubuh Angga dengan cukup kuat, sehingga tubuh Angga sedikit limbung ke belakang karenanya, dan untuk yang kedua kalinya, Angga menoleh menatap Abbas yang kini membuka pintu itu untuk masuk ke dalam kantor mereka, seolah tidak terjadi apa pun di sekitar mereka, dan seolah angin yang berembus seperti itu adalah hal yang normal.
"Hah??"
Hanya kata itu yang hinggap di kepala Angga saat ini, 'Apakah tubuhku akhir-akhir ini sedang lemas sehingga angin sekecil itu pun membuatku sempat limbung dan terbawa?' tanya Angga kepada dirinya sendiri di dalam hati.
Merasa bahwa itu mungkin saja terjadi, membuat Angga kini menggelengkan kepala dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk mengolah tubuhnya lagi di Gym agar kejadian yang memalukan seperti saat ini tidak terjadi untuk yang ke dua kalinya.
Angga kembali berjalan untuk masuk ke dalam kantor dan menyusul Abbas. Namun, baru saja ia kembali melangkah, angin yang kencang lagi-lagi menerpa dirinya.
Syut!!
"!!"
Angga terkejut bukan main. Kali ini, angin yang datang sangatlah kencang sehingga mampu membawa jas yang tengah di genggam oleh Angga untuk terbang jauh dari sana.
Syuhh~
Wooog!!
Kali ini, angin kembali datang lebih kencang lagi hingga tubuh Angga benar-benar limbung, hingga ia nyaris terjatuh dan terbawa oleh angin kencang tersebut.
"Hei!!!"
Protes Angga kepada dirinya sendiri, ia berusaha untuk melawan angin yang tengah menerpa tubuhnya terus menerus. Kedua pandangan Angga bahkan masih bisa menatap Abbas yang berjalan semakin masuk ke dalam, melangkah dengan santainya ketika ia memasuki kantor mereka, namun anehnya Abbas tidak menyadari bahwa Angga tengah berada di dalam situasi yang bahaya dan merasa kesulitan saat ini.
Angin yang berembus terus menerus menyerang Angga, hal itu membuat Angga menolehkan pandangannya ke arah sekitar untuk mencari sesuatu agar ia bisa menopang tubuhnya yang kini terseret-seret oleh angin yang dirasa olehnya hendak membawa dirinya saat ini. Karena Angga tidak mau dirinya juga terbawa oleh angin kencang seperti jas yang ia genggam beberapa saat yang lalu, membuat dirinya berusaha untuk bertahan dan tetap melawan hembusan angin tersebut.
"Abbas!! hei!! Wait!!"
Panggil Angga cukup kencang kepada Abbas. Namun, Abbas tetap berjalan menjauhi tempat tersebut, seolah angin kencang itu menelan semua suara panggilan dan teriakan Angga kepadanya.
SYUHH!!
Terpaan angin itu semakin kencang, dan Angga tidak dapat menemukan sesuatu untuk ia genggam di sekitarannya. Yang pada akhirnya angin kencang itu benar-benar membuat tubuh Angga terangkat dari pijakannya di atap gedung kantor itu. Angin yang berembus tersebut mengangkat tubuh Angga semakin ke atas dan membawanya dengan cepat menjauhi kantor tersebut.
"hh … hhh …. S*it!! ini tidak nyata … ini tidak nyata, please … aku masih hidup sekarang, aku tidak akan mati …. aku tidak akan mati!!" gumam Angga kepada dirinya sendiri, ia bahkan tidak berani untuk melihat ke arah bawah, karena ia merasa takut ketika tubuhnya terasa seperti terbang di bawa oleh angin kencang yang ia rasakan saat ini. Itulah sebabnya kenapa ia lebih memilih untuk memejamkan matanya dan bergumam bahwa hal yang tengah ia alami saat ini adalah tidak nyata. Ia berdoa agar ini semua yang ia rasakan saat ini hanyalah halusinasi dirinya, Angga meyakinkan dirinya sendiri bahwa hal yang dirasakan olehnya saat ini merupakan sebuah efek dari kurangnya Angga dalam beristirahat dan tidur akhir-akhir ini, stress juga bisa memacu hal ini terjadi.
Entah berapa lama angin kencang tersebut membawa Angga saat itu, ia hanya merasa bahwa tubuhnya tengah melayang-layang di udara seperti sebuah kertas yang terbawa oleh kencangnya angin, ia hanya mampu mendengar suara gemuruh angin yang tidak pernah berhenti menerpa indra pendengarannya.
Woog!
Woog!
Syuhh!
Suara angin itu begitu kencang hingga terdengar seperti suara baling-baling pesawat helikopter yang tengah berputar dengan kecepatan yang penuh di sekitar sana. Tidak tahu berapa lama ia mendengarkan suara tersebut dan merasakan tubuhnya terombang-ambing. Namun, ketika suara itu dan perasan terombang-ambing sudah tidak lagi di rasakan olehnya, Angga pun memberanikan diri untuk membuka mata dan mendapati dirinya terhempas dan akhirnya persekian detik ia terjatuh ke atas rumput yang cukup lebat.
"Ught!!" ringis Angga ketika merasakan sakit di kedua lutut dan sikut tangannya.
Diedarkannya pandangan Angga untuk menelusuri wilayah tersebut, lokasi di mana tempat dirinya terjatuh. Namun, ia sama sekali tidak mengenali lokasi yang ia pijaki saat ini, mengetahui bahwa ia tidak tahu di mana ia berada saat ini, membuat Angga merasa bingung, ia bahkan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, "Di mana aku?"
Angga beranjak dari tempatnya berpijak, dan kedua pandangnya kini menoleh menatap Jas miliknya yang terlebih dahulu sudah tergeletak tidak jauh dari tempatnya terjatuh. Dengan pandangan yang masih mengarah ke sekitar, ia berjalan dengan perlahan dan meraih jas miliknya untuk kemudian kembali ia kenakan.
Tak ada satu hal pun yang ia dapati selain dari semak yang menjulang tinggi, di samping kanan dan kiri. Menyisakan dirinya yang kini berdiri di antara dua jalur yang terbentang luas di depan dan di belakang, membentuk sebuah lorong dengan semak yang sukar untuk di intip karena lebat bukan main serta tingginya yang tidak bisa di capai oleh pandangan manusia. Pikiran Angga pun buntu, ketika mendapati dan menyadari bahwa ia berada di dalam sebuah labirin yang tidak ia kenali.
Tempat itu memiliki lebar sekitar empat hingga lima meter ke kanan dan ke kiri, dan Angga tidak mengetahui seberapa panjangnya jalan yang membentang di hadapan dan di belakangnya, mengingat dirinya tidak mendapati ujung maupun tikungan dari jalan yang tengah dilihat oleh dirinya saat ini.
Hal itu pun membuat Angga akhirnya memutuskan untuk berjalan ke arah depan dan menghintari labirin yang tengah ia pijaki saat ini. Pandangan Angga menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat dengan seksama bentuk dari labirin tersebut.
"Apakah ada labirin di Indonesia yang sebesar ini?" tanya Angga bergumam kepada dirinya sendiri.
Angga berusaha untuk berpikir, ia mencari-cari dan mengingat-ingat mengenai lokasi labirin di Indonesia. Apakah ia pernah pergi ke sebuah labirin yang seperti ini?? apakah ada sebuah labirin raksasa yang sengaja di bangun di kota Jakarta?
Pemikiran-pemikiran itu pun tidak mampu di jawab oleh Angga sendiri, setelah ia menyadari bahwa di Indonesia tidak mungkin ada labirin yang sebesar dan setinggi ini. Angga bersumpah kepada dirinya sendiri, ia tidak pernah masuk ke dalam labirin yang tingginya melebihi dari tinggi rumah yang memiliki ketinggian hingga empat lantai.
Ditambah lagi, suasana sepi yang dirasakan oleh Angga, membuat dirinya semakin penasaran dengan lokasi yang tengah dipijaki oleh dirinya sekarang. kedua pupil mata dari Angga kini menoleh ke kanan lalu ke kiri, pendengaran Angga hanya mampu menangkap suara deruan napas darinya dan kedua langkah kaki dirinya yang menginjak rerumputan dari taman labirin itu.
Suasana sesunyi itu lah yang menjadi sebuah tanda tanya yang pada akhirnya timbul di dalam benak Angga, ia menjadi menerka-nerka mengenai kesendiriannya di dalam labirin itu. Apakah hanya dirinya yang ada di dalam labirin itu? Ataukah labirin ini merupakan sebuah imajinasi darinya yang kini tidak sadarkan diri?? itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam benak Angga yang kala itu tengah menelusuri labirin tersebut.
"AAAA!!!"
Suara Jeritan histeris dari seorang wanita pun terdengar dari arah utara sana, membuat langkah yang dilakukan oleh Angga pun terhenti dan dirinya segera menoleh menatap arah belakang, detak jantung dari Angga menjadi semakin cepat dari yang semula, dan napasnya pun menderu tidak karuan setelah mendengar suara jeritan dari seorang wanita, yang dirasa tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.