Chereads / Labirin (Dimensi Misteri) / Chapter 17 - Menjenguk

Chapter 17 - Menjenguk

Siang hari itu, Shuta, Eiji dan Jiro tengah terduduk di dalam kantin sekolah yang ruangannya cukup luas, mereka tengah menyantap makanan yang baru saja mereka beli dari sana.

"Eh??" tanya Jiro kepada Shuta, membuat Eiji yang duduk di samping Shuta pun hanya menoleh menatapnya tanpa berucap lebih lanjut lagi.

"Ya … mereka akan menjenguk kak Yama hari ini sepulang sekolah dan aku juga akan ikut untuk menjenguknya karena dia adalah seniorku di klub baseball, jadi bagaimana menurut kalian?? apakah kalian juga akan ikut??" tanya Shuta kepada Eiji dan juga Jiro.

Mendengar tawaran tersebut membuat Jiro menganggukkan kepalanya dan menyetujui ajakan dari Shuta, namun tidak dengan Eiji yang kini nampak berpikir, dan kediaman Eiji pun di sadari oleh Shuta yang membuatnya merasa bahwa ia harus membujuknya lagi dan lagi melebihi ketika ia membujuk Jiro untuk pergi bersama dengannya.

"Ayolah Eiji! Apakah kau akan membiarkan aku pulang sendirian di malam hari?!" tanya Shuta kepada Eiji yang kini menghelakan napasnya mendengar ucapan itu.

"Aku tahu kau bisa pulang sendirian tanpa adanya aku, Shuta! Kita sudah kelas dua SMP, lagi pula itu adalah kakak seniormu" jelas Eiji kepadanya yang kini menghembuskan napasnya dengan cukup kencang.

"Oh, Ayolah Eiji!! jika kau tidak ikut dengan kami, maka aku akan menyebarkan rahasia terbesarmu ketika SD! Itu adalah hal yang ku yakini sangat memalukan untukmu!" ancam Shuta kepada Eiji yang kini menoleh menatapnya dengan sangat tajam, ia cukup terkejut dengan ancaman yang dilontarkan oleh Shuta saat itu.

"Shuta!! apakah kau akan setega itu kepadaku?! temanmu sendiri?!!" tanya Eiji separuh berteriak kepadanya yang kini terlihat melipat kedua tangannya di depan dada dan menganggukkan kepalanya dengan pasti.

Sedangkan Jiro menoleh ke arah mereka berdua secara bergantian seraya bertanya, "Apa?? rahasia Apa??! ayo katakan kepadaku!" ucapnya meminta kepada Shuta yang kini menyeringai.

Tidak …. Eiji tidak ingin semua orang mengetahui mengenai kejadian masa SD yang dianggap oleh dirinya adalah sebuah aib yang besar yang sangat memalukannya. Menyadari bahwa temannya yang satu itu tidak main-main dengan ancaman tersebut, pada akhirnya Eiji pun mau tidak mau harus mengikuti apa yang diinginkan oleh sahabat yang ia rasa cukup menyebalkan itu. "Oke! Aku akan ikut!" jawab Eiji kepada Shuta yang kini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya dan kemudian merangkul bahu Eiji dengan senang.

"Nah! Begitu dong" ucap Shuta kepada Eiji yang kini memilih untuk menghelakan napasnya merasa cukup kesal.

Sore itu Eiji, Shuta, Jiro dan juga para senior dari klub Baseball memutuskan untuk pergi menggunakan train menuju ke Yamagata City Hospital Saiseikan. Eiji sempat berpikir mengenai kondisi dari kakak kelasnya yang satu itu, ia dengan jelas mendengar ucapan Shuta mengenai Senior Yama di hari kemarin. Bukankah ia hanya tertidur selama lima jam, tapi kenapa harus sampai di bawa ke rumah sakit? Itulah pertanyaan yang hinggap di dalam kepala Eiji saat itu.

"Apakah tidak akan menjadi sebuah masalah, jika sebanyak ini yang menjenguknya, Shuta-chan?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Jiro saat itu, membuat Eiji menolehkan pandangannya kepada Shuta yang kini menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan tersebut.

"Tidak masalah, karena kondisi Senior Yama sudah membaik dari yang sebelumnya dan bahkan orang tuanya meminta kami teman-temannya untuk selalu datang dan menemaninya di sini, agar ia merasa nyaman dan kembali bisa bersosialisasi dengan banyak orang tanpa merasa ketakutan" jelas Shuta kepada Jiro panjang lebar, yang membuat Jiro pun menganggukkan kepalanya dan berucap,

"Oh! Seperti bagian dari terapinya ya?" tanya Jiro kembali kepada Shuta yang kini menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menanggapi pertanyaan tersebut.

Mendengar hal itu, membuat Eiji pun mengerti dengan ucapan yang dilontarkan oleh Shuta, waktu jenguk ini mungkin sengaja digunakan agar senior Yama tidak merasa kesepian di ruang rawatnya, dan itu juga bisa dijadikan sebagai bagian terapinya, jika memang trauma yang dialami oleh Senior Yama bersangkutan dengan banyak orang.

Di sini lah mereka saat ini, sebuah ruangan rawat yang cukup besar yang mampu menampung sekitar sepuluh penjenguk dalam sekaligus. Senior Yama adalah anak yang berasal dari keluarga kaya raya di antara yang lainnya, itu sebabnya kenapa ruangan di dalam rumah sakit saja sudah memperlihatkan perbedaannya.

"Terima kasih, karena kalian menjengukku … aku sudah menjadi lebih baik dari yang sebelumnya berkat kalian semua." ucap Yama kepada mereka yang kini mengelak ucapan tersebut dan berucap bahwa itu semua karena usaha dari Yama yang berjuang, yang pada akhirnya mereka pun berbincang mengenai banyak hal, yang membuat Yama merasa semakin senang dan banyak tertawa karenanya.

"Kudengar … sebelumnya, kamu mengalami halusinasi yang hebat ya? Tapi syukurlah karena kamu sudah baik-baik saja saat ini" ucap Salah satu Senior kepada Yama, dan ucapan itu membuat Yama terlihat tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh temannya yang satu itu.

"Eum … bisakah kita tidak membicarakan dan membahas hal ini lagi, Satoshi-kun?!" sebuah ucapan yang terlontar dari senior Yuki pun membuat mereka yang ada di dalam ruangan itu pun menjadi tertegun setelah merasakan suasana yang berubah menjadi sedikit lebih tegang dari awal mereka berkunjung.

Eiji merasa bahwa ia mengenal dengan baik Senior Yuki, gadis itu adalah ketua osis tahun lalu yang terkenal dengan kehebatan dan kepintarannya dalam memimpin, dan kabarnya juga Yuki berteman baik bersama dengan senior Yama, dan pertemanan itu persis seperti hubungan Eiji dan juga Shuta. Mereka kenal sejak kecil, dan tentu karenanya senior Yuki akan selalu membela dan menemani senior Yama. Pertemanan mereka tidak boleh diragukan.

"M … maaf …" ucap Satoshi kepada Yama yang kini menggelengkan kepalanya menatap Satoshi yang kini menundukkan kepalanya dengan cukup serius. Seolah dirinya sebenarnya tidak menerima permintaan maaf tersebut, namun ia terlalu baik untuk bersikap kejam.

"Yang harus kau ketahui bahwa aku tidak berhalusinasi, namun pihak dokter tidak mau mendengarkan ceritaku … dan aku juga tidak mau kalian mengatakan bahwa aku berhalusinasi atau bermimpi selama ini, aku tidak seperti apa yang mereka katakan … dan kalian harus mengetahui hal itu!" ucap Yama dengan nada tingginya, dan hal itu cukup mengejutkan bagi mereka semua yang mendengarnya, yang dengan cepat segera menganggukkan kepalanya untuk mengiakan ucapan Yama agar membuatnya kembali tenang.

Hal itu juga membuat Eiji merasa cukup terkejut, Eiji merasa bahwa Yama terlihat sangat yakin dengan apa yang diucapkan olehnya, yang pada akhirnya membuat Eiji pun merasa penasaran dan memutuskan untuk bertanya, "Apa yang sebenarnya telah anda alami selama anda tertidur?? anda bisa menceritakan semuanya kepada kami, kami akan berusaha untuk menerima dan memahaminya."

Ucapan yang terlontar dari mulut Eiji saat itu pun membuat Yama segera menoleh menatapnya, "Siapa kau?" tanya Yama, karena dirinya baru mengetahui ada anak yang berparas seperti Eiji di klub baseballnya.

"Ah! Dia adalah temanku! Aku membawanya karena aku tidak bisa pulang sendirian, hahahah … " jawab Shuta menerangkan siapa Eiji dan kenapa dia bisa berada di dalam ruangan ini bersama dengan yang lainnya, tidak lupa Shuta berucap seraya tertawa dengan tawanya yang garing.

"Nama saya Arata Eiji, Salam kenal Kak Yama" ucap Eiji kepada Yama dengan sopan, membuat Yama menganggukkan kepalanya.

"Jika kau benar ingin mendengarkannya, maka aku akan menceritakan semuanya dan sebenar-benarnya" jelas Yama kepada Eiji, dan juga mereka yang ada di dalam ruangan itu.

Ruangan pun menjadi sunyi, mereka berusaha untuk mendengarkan kisah yang akan diceritakan oleh Yama, kisah mengenai 'perjalanan spiritualnya' yang menyeramkan yang kemudian mengurungnya dengan waktu yang sangat lama hingga akhirnya ia bisa kembali dengan selamat dan tersadar seperti saat ini.