Ayunan pedang terus dilancarkan oleh Florensia. Dia menyerang Argon dengan sekuat tenaga. Laki-laki itu berusaha menangkis serangan oleh Grand Master. Sayangnya tidak berhasil. Tangkisan pedang olehnya, menjatuhkan pedang kayu samping kiri. Sedangkan ujung pedang kayu yang digenggam Florensia, diarahkan ke leher Argon.
"Pertarungan berakhir. Pemenangnya … Grand Master Florensia Sihombing!"
"Menang apanya? Ini masih belum ada apa-apanya!" bentak Florensia.
"Apa anda belum puas melawan saya?"
"Ya! Kau lebih lemah dari Aisyah. Tapi aku yakin, kau punya potensi lebih untuk melampauiku ke depan!" balas Florensia
Mereka berdua saling memandang. Bingung harus bereaksi seperti apa terhadap ucapan Florensia.
Semenjak sparring match antara Aisyah dengan Florensia, keduanya mendapatkan pujian dari kalangan orang dewasa. Termasuk kepolisian sekalipun. Akibatnya, mereka antusias untuk belajar bela diri lebih dalam lagi. Belum termasuk video viralnya mereka. Jadinya, mereka berdua disuruh menghadap atasan. Hal itu dirasa mengganggu bagi Florensia, yang notabene seorang siswi sekaligus Grand Master.
"Florensia, kenapa dia yang terpilih jadi penerusnya?" tanya Hugo.
"Seperti yang kau tahu, Hugo. Kemampuan pedangnya lebih bagus dibandingkan diriku. Karena aku jarang berlatih, ayunan pedangku jadi tumpul," akunya dengan napas terengah-engah.
Kedua tangan Florensia berlumuran kotoran dan abu. Kemudian dia menggosok-gosok kedua tangannya. Menaruh pedang kayu pada Argon.
Malam hari yang panjang dan sinar separuh bulan. Bintang-bintang bersinar di langit, memperlihatkan keindahan yang tiada tara. Hembusan angin cukup kencang, menusuk permukaan kulit Florensia yang hanya mengenakan baju setelan olahraga.
"Kita ke dalam aula dulu. Untuk berdoa sebelum tidur," ucap Florensia.
Meski tidak wajib, setidaknya dia ingin tidur dengan tenang dan melakukan kegiatan seperti biasanya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pintu aula terbuka. Mereka bertiga berjalan melewati kursi panjang. Di depannya, terdapat salib berukuran besar. Kemudian, mereka bertiga berlutut sambil merapalkan doa. Florensia menaruh jimat kalung salib pada pergelangan tangan kanan.
"Ya Bapa Suci yang terberkati, penolong bagi mereka yang memohon kepadamu, lindungilah aku.Jagalah aku dari segala cobaan dalam hidupku, bangkitkanlah dalam hatiku rasa sesal dan tobat sejati untuk menyesali segala dosa yang telah kuperbuat, serta untuk memuji dan memuliakan Allah sepanjang hidupku," ucapnya.
"Engkau yang berkenan di hati Allah, ingatlah aku di hadapan yang Mahakuasa, agar aku yang telah dibebaskan-Nya dari dosa, dibuat-Nya bertahan dalam kebajikan dan tak dibiarkan berpaling dari-Nya, sehingga aku diterima-Nya dalam paduan suara orang – orang yang terpilih, bersama dengan engkau dan para kudus yang menyertaimu dalam berkat abadi."
"Ya Allah yang kekal dan kuasa, demi segala kebajikan dan teladan dari Santo Benediktus dan saudarinya perawan Skolastika serta semua pertapa suci, pulihkanlah aku dalam Roh-Mu yang kudus. Berikan aku kekuatan dalam perjuangan melawan segala godaan iblis, ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup dan kehati-hatian dalam menghadapi setiap bahaya. Tambahkanlah dalam diriku cinta akan kemurnian, kerinduan akan semangat kemiskinan, semangat ketaatan dan iman yang sederhana untuk hidup secara kristiani."
"Dalam penghiburan-Mu dan dalam kasih sesamaku, semoga aku melayani-Mu dengan penuh sukacita, dan semoga aku meraih kejayaan bersama para kudusMu dalam rumah surgawi, demi Kristus Tuhan kami. Amin."
Setelah Florensia membacakan doanya, dia pun pergi. Argon dan Hugo masih melanjutkan doanya. Gadis itu menaruh kembali kalung salib. Pergi meninggalkan ruangan sambil berjalan menuju pintu keluar.
Ketika berada di luar, serasa ada sesuatu yang mengintainya. Florensia memegang sebilah pisau di paha kiri. Langsung mengeluarkan pisau tersebut ke belakang. Ternyata sepucuk surat terjatuh. Florensia menoleh sekitarnya. Tidak ada siapapun yang ada di sekitar gereja. Kemudian, dia membaca isi surat tersebut.
"Besok jam sepuluh pagi temui di aula sekolah. Jangan sampai terlambat."
"Aula sekolah? Bukankah sekolah diliburkan ya?" gumam Florensia.
Florensia menganggap surat yang diberikan padanya hanya sebatas iseng. Namun jika diperhatikan seksama, surat tersebut memiliki stampel Templar. Ekspresinya mengeras, meremas isi beserta pucuk surat.
"Siapa yang mengirimkan surat ini dan maunya apa?"
Tiap orang yang terpilih akan dikirimkan oleh pembawa pesan. Rachel yang sedang tidur, menerima surat di meja belajarnya. Ivan yang baru sampai di ruangan pribadinya, mendapati surat misterius.
"Surat? Apa ini untukku?" tanya Ivan pada dirinya.
Gadis itu menyobek pucuk surat dan terdapat sebuah flashdisk ukuran delapan gigabyte. Dia menancapkannya ke laptop, membuka satu-satunya file. Ivan terkejut bukan kepalang. Muncul nama dirinya dan orang-orang yang dia kenal. Termasuk Aisyah Marwadhani sekalipun. Waktu dan tempat juga ditentukan.
"Tidak mungkin!"
Sementara itu, Fanesya menerima email dari alamat misterius. Kebetulan, dia sedang menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya. Dia mengklik inbox email dan isinya sama persis milik Florensia.
"Jam sepuluh?"
Begitu juga dengan Miranti dan Aisyah. Mereka mendapatkan surat persis yang diterima Florensia. Setelah pembawa pesan memberikan suratnya, dia langsung pergi meninggalkan Jimmy di ruang pribadinya. Tidak luput juga dia memberikan satu milyar pada atasan sebagai uang tutup mulut. Meski cara ini salah, setidaknya mereka tidak akan tinggal diam jika bertujuan untuk menutup kasus ini. Tinggal menunggu waktu esok saat pertemuan berlangsung.