Chereads / Another World Chronicles Universe / Chapter 38 - Chapter 36. Perkumpulan dan Mulainya Tes

Chapter 38 - Chapter 36. Perkumpulan dan Mulainya Tes

Seperti yang diprediksi Jimmy Suherman, orang-orang yang menerima surat telah hadir kemari. Ada Aisyah, Fanesya, Florensia, Ivan, Miranti dan Rachel sedang mengacungkan secarik surat atau dalam bentuk digital.

Mereka telah berkumpul di aula sekolah sesuai isi yang tertera. Ketika masuk ke dalam, tidak ada apapun kecuali kursi berjumlah enam buah. Selain itu, lingkupnya cukup luas sehingga ada jarak supaya tidak saling berebutan. Jam dinding berukuran besar menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga menit. Namun entah kenapa, tensinya cukup memanas. Terutama Aisyah dan Florensia.

"Kalian berdua bisa tidak jangan tengkar di sekolah?" ucap Fanesya menengahi kedua pihak.

"Aku tidak terima hasilnya seri!"

"Aku juga! Masak kalah dengan orang sepertimu! Ini tidak adil."

"Dasar tidak tahu diri. Bilang aja kalau kau takut denganku!"

"Apa katamu, sialan?"

Keduanya menempelkan dahi mereka. Fanesya bergegas untuk melerainya.

"Kalian berdua hentikan!" teriak Fanesya mendorong Aisyah dan Florensia.

Di sisi lain, Ivan mencoba berbisik ke telinga Rachel yang masih mengantuk. Laki-laki itu memang pernah ketemu dengannya. Namun tidak disangka bisa bertemu dalam kondisi seperti ini.

"Ngantuknya."

"Kau mengenal mereka?"

"Kalau Aisyah aku tahu, karena kenalan satu SMP. Tapi tidak dengan Florensia," katanya berusaha menahan kantuk.

Tiba-tiba, Jimmy melancarkan enam buah pisau ke arah mereka. Semua orang kaget dengan serangan pisau. Aisyah dan Florensia dengan sigap menghindari serangan barusan. Fanesya yang memiliki [Eagle Vision] memiringkan kepalanya saja. Jari mengapit pada pisau oleh Miranti, berdecih kesal. Rachel terbelalak, menghindari dengan memiringkan tubuh ke samping. Ivan yang tidak memiliki apapun, terkena sayatan pada tangan kanan. Hal itu diluar dugaan Jimmy. Dia berdiri sambil menemui Ivan dan Rachel.

"Siapa namamu?" ucap Jimmy pada Ivan.

"Ivan Nurhadi Purnama … pak!"

Sebuah pukulan mendarat ke bagian perut Ivan. Dia terkena pukulan yang cukup keras hingga memuntahkan dahaknya dari dalam perut. Ivan meringis kesakitan. Kemudian, Jimmy berlari cepat untuk menyerang Rachel. Gadis berambut panjang terus menghindar. Tetapi, kecepatan dia kalah cepat. Jimmy terus menekan Rachel. Namun Miranti muncul sambil membawa pedang besi. Mengayunkan pedang dari samping kiri. Jimmy melihat lengan kiri. Menangkis serangan Miranti disertai menendang ke pipi kiri hingga tersungkur ke lantai. Aisyah dan Florensia berlari dari arah dua sisi berlawanan. Keduanya saling menyerang. Rachel berniat membantu kedua gadis itu. Sayangnya, tanggapan mereka berdecak kesal.

"Jangan mengganggu kami!" teriak mereka.

Namun Rachel tidak memedulikan hal itu. Dia mengambil ketapel, membidik ke Jimmy dengan batu kerikil. Lalu dilontarkan ke arahnya. Sayangnya, dia membaca pergerakan lontaran batu dengan mudah. Kemudian, dia memutar tubuhnya, menendang dari arah kanan ke pipi Rachel. Fanesya berlari sambil meninju berkali-kali.

"Selanjut—"

"Lambat!" jerit Florensia.

Tiba-tiba, ayunan pedang kayu disertai tebasan berkali-kali. Namun anehnya, Jimmy tidak terkena serangan tersebut. Aisyah melakukan lompatan salto ke belakang. Nyaris mengenai dagu Jimmy. Hingga Florensia mengarahkan perisai dari lengan kiri. Ketika melancarkan aksinya, Jimmy terpaksa menggunakan artefak yang dia dapatkan. Waktu seketika berhenti begitu saja. Lirikan mata dari keenam orang menatap tajam Jimmy. Sepuluh detik berselang, waktu kembali normal. Mereka pun bisa bergerak bebas.

"Kaget kah?"

"Barusan itu artefak, bukan?" ucap Florensia.

"Ya. Pemberian Dewi Cahaya," balas Jimmy mengelus artefak yang dikalungkan.

Jimmy menunjukkan artefak berupa Cintamani. Sebongkah batu kecil yang telah dikalungkan di lehernya. Batu ini bertuliskan mantra Om mani Padme Hum.

"Batu itu bukannya—"

"Aku berpikiran seperti itu, Florensia. Aku tebak, kau menggunakan kekuatan pemberhentian waktu karena batu itu, bukan?" tebak Miranti.

"Apa maksudnya?" tanya Ivan.

"Menurut legenda yang kudengar, batu itu sebenarnya bisa mengabulkan permintaan, keinginan dari setiap orang. Hanya saja, untuk mengabulkannya memang membutuhkan pengorbanan berupa memperpendek usia pengguna. Itu yang kutahu."

Perkataan Miranti membuat suasana jadi hening. Tidak ada yang memecah keheningan hingga kata-kata Ivan keluar dari mulutnya.

"Bukankah batu itu sangat sulit didapat? Kenapa bisa ada di tangan anda?"

"Aku juga ingin menanyakan demikian. Katakan padaku, Kapten. Kenapa kapten punya batu itu? Dan musuh kali ini siapa yang kita hadapi?" tuntut Miranti.

Jimmy tersenyum masam. Dia memasang flashdisk di laptop miliknya. Muncullah ribuan file secara acak. Terlihat tiga foto di bagian tengah. Termasuk pria yang pernah Aisyah dan Florensia lawan.

"Bukannya itu orang yang pernah kulawan?" ucap Aisyah.

"Kau mengenalnya?" tanya Miranti.

"Ya. Beberapa hari lalu sekolah kita diserang oleh dia."

Rachel, Ivan, Aisyah, Fanesya dan Florensia bersekolah di SMA Kartika Jaya walau beda kelas. Aisyah dan Florensia saling bergantian cerita. Hingga Miranti mengangguk-angguk paham.

"Baiklah. Aku mengerti situasinya. Tapi bukan berarti kalian berdua bisa menang lagi. Kita semua satu tim, maka—"

"Aku sampai lupa memberitahu kalian."

Tiba-tiba, Jimmy menekan tombol merah. Seketika, ruangan aula berubah menjadi medan area pertempuran. Langit dan sinar cahaya matahari mulai nampak. Sampai-sampai mereka tidak memedulikan di luar ruangan. Kemudian, suara jeritan intonasi tinggi mengganggu telinga mereka. Jimmy yang mengenakan penutup telinga, hanya berdiri sambil kedua tangan dilipat. Seekor monster berkaki dua menyerupai kangguru atau wyvern dengan kepala kambing, bersayap kelelawar dengan kuku terbelah. Ekor yang meruncing dan mengeluarkan aura hitam di sekujur tubuhnya.

"Tes pertama! Kalian akan berhadapan Jersey Devil dalam waktu sepuluh menit. Semoga beruntung!"