Chereads / Another World Chronicles Universe / Chapter 18 - Chapter 17. Battle is Far From Over [Revised]

Chapter 18 - Chapter 17. Battle is Far From Over [Revised]

Sementara itu, Fan dan Orc murni saling bergantian untuk menyerang. Gadis bermata merah menggeram, saat mengetahui Alexis telah dimakan oleh monster berwujud kuda. Sebuah ayunan gada besi berputar dari arah berlawanan. Fan merunduk mengincar mata kakinya. Tetapi luka yang didapatnya mengalami regenerasi cepat.

"Kau tidak akan bisa membunuhku!"

"Kita lihat saja nanti monster!" teriak Fan berlari secara zig-zag.

Tubuh monster berwujud kuda terbelah seperti sobekan kertas dalam frekuensi besar, terbagi menjadi dua. Menghampiri Fan yang sibuk melawan Orc murni. Rahang gigi makhluk bertubuh besar dan hijau mengayunkan dari atas. Dentuman besar disertai menggetarkan permukaan tanah. Sebuah cairan mengental berwarna hitam, bersatu hingga jadi satu bagian utuh. Termasuk Marc dan Ronald yang terkejut dengan makhluk berwujud kuda itu. Kedua prajurit New Germany tidak akan menyia-nyiakan kesempatan di depan mata. Marc menarik pelatuk MKb 42(H) disertai suara dentuman keras dari meriam mini Goliath Tracked Mine. Berkali-kali ledakan terus mengenai bagian kepala monster berwujud kuda. Masker gas Ronald telah terpasang, memutar regulatornya. Melelehkan cairan kental hitam. Sebuah tabung gas berukuran raksasa, ditenteng Ronald. Menodongkan ujung senjatanya dan menarik pelatuk. Sebuah kobaran api membara lurus ke depan. Monster itu menjerit melengking, tidak sanggup menerima suhu paling panas sekalipun. Suara ringkikan kuda menggema. Hiro dan Allen membiarkan Marc dan Ronald mengambil alih.

Kedua gadis otherworlder, Rina dan Yumi diserang oleh monster berwujud kuda dan para serigala. Gadis berambut panjang memerintahkan sekumpulan [Rabbit Horn] dan monster [Undead Knight] untuk menyerang mereka. Satu persatu para serigala berhasil dibasmi.

Sebuah kepalan kedua tangan Yumi digenggam keras. Menyisakan dua monster berwujud kuda. Kaki kanan maju ke depan. Sedangkan kaki kiri di belakang. Lengan kiri berada di posisi belakang, menekuk dari depan. Telapak tangan kanan dibentang kecuali jempol ditekuk. Terlihat Yumi sedang memasang kuda-kuda. Berlari kencang sambil memutar sendi pada pergelangan tangan kiri. Monster berwujud kuda menerjang gadis berambut ponytail. Berteriak keras menyebutkan skill miliknya berupa [Asura's Fist]. Memancarkan energi yang cukup besar.

Kepalan tangan kiri berapi-api. Memancarkan aura Dewa Ashura berwajah ketiga. Pancaran sinar cahaya berkilauan. Sampai kumpulan serigala tidak dapat melihat apapun. Pukulan Yumi memadukan antara api dan cahaya, membakar habis hutan yang ada di sekitar. Beberapa dari serigala berhasil ditumpas. Yumi masih belum bisa bernapas lega. Monster berwujud kuda yang tersisa menghampirinya. Tetapi, gerak cepat dilakukan Rina. Saat gadis berambut panjang mengakhiri pertarungan, muncullah seorang wanita berambut pirang yang mengangkat rambut panjangnya. Dia merapalkan sebuah mantra, di mana rambutnya berubah wujud menjadi senjata pecut berwarna emas. Membalikkan badannya, mengarahkan pandangan ke monster berwujud kuda. Kemudian, wanita berambut pirang memecutnya. Keluarlah partikel-partikel energi sihir dari tubuh mereka. Buih-buih menggelembung. Menghancurkan satu persatu anggota geraknya. Bibirnya menggumamkan sesuatu. Monster itu mulai mengamuk, bersiap untuk menghabisi mereka.

Wanita berambut pirang diserang secara bertubi-tubi oleh puluhan tentakel sekitarnya. Rambut emasnya mencari cara untuk menyerang balik. Tanpa menyentuh tentakel dari monster itu. Hingga menggeliat kesana kemari, Rapunzel merengut. Menyimpulkan bahwa monster yang dihadapi.

"Tentakelpferd."

"Maaf apa?" tanya Rina.

"Nama monsternya Tentakelpferd. Tidak salah lagi. Monster itu berasal dari cairan hitam yang terbentuk supaya memiliki rupa hewan yang ada di dunia ini. Kelemahannya terletak pada elemen api jika terkena kobaran api terlalu membesar. Mengakibatkan cairan tersebut akan meleleh seiring berjalannya waktu," jelas Rapunzel.

Namun, wanita berambut pirang bernama Rapunzel masih sekedar menyimpulkan. Memerlukan rencana yang sudah matang.

Sementara itu, tembakan dari sebuah pistol revolver milik Allen. Suara lantang tembakan berbunyi lantang dan melesat cepat. Pria tua berambut putih menyarungkan pistol revolver. Mengganti ke senapan berupa Marlin Model 55 Hunter. Mengarahkan bidikan senapan jarak dekat ke salah satu badan monster Tentakelpferd. Dua buah bayangan dari dua arah berbeda. Seorang gadis bertudung merah dan seekor serigala yang bisa berdiri. Serta mengenakan topeng misterius tanpa bibir. Hanya menyisakan bagian mata yang sipit. Terbuat dari keramik yang sudah dilapisi energi sihir semacam [Barrier]. Sedangkan serigala itu berkulit tebal coklat. Bekas luka silang di bagian mata samping kanan. Gadis bertudung merah menggenggam dua bilah pisau dengan gagang hitam. Berbeda dengan serigala mengandalkan cakarnya. Keduanya memasang mode bertarung.

"Wolf, bantu gadis bermata merah itu."

Tanpa mengatakan apapun, Wolf memutuskan untuk bantu Fan. Suara Wolf melolong menggema area sekitar. Makhluk berbulu tebal coklat memanggil sejenisnya. Membalasnya dengan suara serupa. Membuat Fan terkejut mendengarnya. Kemudian, gadis bermata merah menghampiri Wolf.

"Apa yang dia lakukan?" tanya Fan.

"Tidak perlu khawatir. Rekanku Wolf akan membantumu mengalahkan monster Tentakelpferd."

Fan menaruh racun di ujung anak panahnya. Kemudian ditarik ke belakang. Melepaskan anak panah kepada Tentakelpferd. Yumi melompat sambil melakukan sebuah tendangan mematikan. Sepakan kaki kanan diayunkan cepat. Tebasan angin nan cepat dan melesat bagaikan sebutir peluru yang ditembak. Seketika, tubuh monster Tentakelpferd hancur terbelah. Ditambah tembakan Fan nyaris mengenai pipi samping kiri Yumi. Beruntung, tidak terkena racun yang dilontarkan. Serigala yang tersisa, tertancap anak panah dari Fan. Tersungkur ke tanah dalam keadaan meregang nyawa. Hembusan napas dari mulut Fan, menyisakan Orc murni yang baru saja menjadikan Tentakelpferd sebagai tamengnya.

"Sekarang tinggal kau saja yang masih hidup brengsek!"

Sementara itu, Hiro menebas sekaligus mengayunkan pedang scimitarnya. Api menjalar membakar beberapa monster Tentakelpferd. Tangan kirinya digenggam erat, menebasnya secara diagonal serong kanan ke serong kiri pojok. Menggunakan skill milik Hiro.

"[Fire Slash]!"

Sebuah simbol naga hitam atau Grandark, membuat Hiro dengan leluasa mengayunkan pedang layaknya seperti atraksi sirkus. Ayunan kiri ke kanan sampai menusuk dalam kecepatan tinggi . Berkali-kali pada tiap tentakel milik monster Tentakelpferd. Kemudian, Hiro melihat ada celah di samping kiri. Allen, Marc dan Ronald melihatnya sama persis dengan penglihatan pemuda berambut coklat. Mereka menyerangnya secara bersamaan. Ronald memutar pemutarnya. Api menjalar di sekitar Tentakelpferd. Melelehkan tubuhnya termasuk tentakel di sekitar tubuhnya. Suara tembakan Marc dan Allen silih berganti. Menembaki kepala serigala. Kepulan asap di bagian senapan shotgun milik Allen dan rifle dari Marc. Keempat laki-laki bergegas untuk menolong para wanita dan Alexis sebelum terlambat.

~o0o~

"[Reinforce Armor] [Reinforce Armor] [Reinforce Armor]."

Sebuah rapalan sihir berupa [Reinforce Armor] terus digumamkan oleh bibir Rapunzel. Wanita berambut pirang memperkuat rambut panjangnya. Mengikat sekumpulan serigala yang hendak menyerang Yumi dan Fan. Menggeliat hingga melilitkan tiap leher mereka. Cekikan semakin diperkuat. Para serigala mulai kehabisan napas. berusaha mempertajam kukunya untuk menggali tanah. Sayangnya, cara itu tidak efektif. Satu persatu, serigala itu ditumpas oleh Rapunzel. Saat itulah, kesempatan untuk menyerang balik telah tiba. Yumi melepaskan pukulan besar. Tarikan otot ke belakang, mengeluarkan energi sihir yang tercampur dengan pemberian Dewa Asura. Amukan dahsyat menghancurkan sekelilingnya. Para serigala beserta Tentakelpferd berhasil ditumpas. Red Riding Hood, Rapunzel dan Wolf berguling ke arah berlawanan serta berdiri tegap. Memasang kuda-kuda menyerang.

Sementara Rina sendiri membatalkan sihir pemanggilan berupa segerombolan [Rabbit Horn] dan [Undead Knight]. Lalu menggantinya berupa [Lizard Warrior] bersenjatakan pedang raksasa. Kedua telapak tangan menggenggam gagang pedangnya. Hentakan kaki dan ekor menebal. Mengayunkan pedang vertikal. Meratakan tanah hingga hancur berkeping-keping. Serta kobaran api yang meletus dari tanah. Ternyata menyemburkan lahar panas. Sekumpulan serigala yang mendengar suara ledakan dan semburan lahar panas, tidak bisa berkutik karena tusukan dari tanduk seekor kelinci. Akhirnya, mereka menjadi korban serangan dari [Lizard Warrior]. Menyisakan tulang belulang yang meleleh di depan mata gadis berambut panjang.

Red Riding Hood sehabis membasmi sekumpulan serigala, membuang cipratan darah dari pisau belati ke tanah. Ceceran darah mengenai rerumputan dan daun yang berguguran. Rapunzel membuang napas panjang, bersiap untuk membantu Fan. Sedangkan Wolf menajamkan kukunya. Menaringkan rahang gigi taringnya. Air liur berjatuhan di tanah. Menerjang Orc murni dari arah kanan. Sebuah gada besi diayunkan oleh makhluk berkulit hijau. Tetapi gigitannya mengenai lengan sebelah kanan. Keluarlah darah hijau mengental. Menahan rasa sakit yang dialami oleh Orc murni. Di depan mata, Fan melompat sambil memutarkan anggota tubuhnya bagaikan angin topan.

"Minggir!" jerit Fan.

Namun Wolf menolaknya. Nyaris mengenai bagian wajah serigala berbulu coklat. Kaki kanan mendorong Orc murni. Fan berlari cepat, menyenggol bahu bagian depan. Kedua telapak tangan menggenggam erat gagang pisau belatinya. Jeritan melengking dari kerongkongan Fan. Membalaskan kematian Alexis yang dibunuh oleh monster bernama Tentakelpferd. Akan tetapi, ayunan gada Orc murni menangkis serangannya. Kaki kanan bergerak dari samping, menopangnya untuk melompat setinggi-tingginya. Saat melompat, lengan kanan ditarik beserta elemen angin pada mata pisau belatinya. Telapak tangan sebelah kiri mengganti posisi memegang pisau. Bagian ujung gagang dipegang seolah-olah benda lancip ada di depan mata Orc murni. Lengan kiri makhluk berkulit hijau berusaha mencengkram Fan. Pergerakannya terlalu lincah. Menebas betis kanan bagian depan. Lalu memutar anggota tubuhnya, menyabet ke punggung Orc murni. Jeritan histeris dari makhluk berkulit hijau. Tangan kiri mencoba menangkap Fan. Cengkraman tangannya membuat gadis bermata merah mundur. Mencari pijakan baru. Setelah itu, dia berlari kembali. Mendorong kedua kakinya ke depan. Sampai-sampai, Orc murni kedorong olehnya. Rambut Rapunzel mencengkram lehernya melalui rambut pirangnya. Sedangkan Red Riding Hood memutarkan gagang pisaunya. Melemparkan dua buah pisau ke Orc murni. Mengakibatkan benda tajam terpental begitu saja. Orc murni mulai serius untuk melindungi tubuhnya dari serangan berbagai macam. Makhluk itu berencana menggunakan skill [Healing] untuk menyembuhkan diri. Akan tetapi, Wolf tidak memberikannya kesempatan.

"Terima ini!"

Sebuah gigitan dari samping Wolf, membuat Orc murni merasakan kesakitan. Makhluk itu mencoba menggoyangkan tubuh serigala berkulit coklat. Ditambah cekikan dari Rapunzel di bagian lehernya. Membuat Orc murni tidak bisa leluasa untuk bergerak. Saat itulah, Fan bergerak dari bawah. Mencengkram dua pisau belatinya. Menebas sekuat tenaga di bagian dada bidangnya. Kedua bola matanya terperanjat kaget. Tidak percaya dirinya dikalahkan oleh gadis berambut dan mata merah.

"Benar-benar luar biasa …"

Kalimat itulah yang tergambar jelas dalam pikiran Orc murni sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Tubuhnya tersungkur ke tanah. Darah hijau berceceran di tanah. Rambut pirang Rapunzel melemas. Sengaja tidak mencekik terlalu dalam karena tahu bahwa serangan terakhir diberikan kepada Fan. Walau demikian, gadis bermata merah merasa bahwa dia memerlukan siasat untuk mengakhiri hidup Orc murni. Dari belakang, pasukan yang tersisa lari terbirit-birit. Meninggalkan mayat Orc murni sambil berteriak kencang.

Yumi berlari menghampiri bala bantuan yang bermunculan. Disusul Rina yang telah menghabisi lima puluh ekor serigala di sekelilingnya. Langkah derapan kaki dari para laki-laki, bertemu dengan ketiga orang tidak dikenal. Saat mendekatinya, Fan berusaha mengejarnya. Tetapi aksinya dicegah oleh Rapunzel.

"Lepaskan aku brengsek!"

"Atau apa? Kau ingin membunuh mereka yang kabur?" ucap Rapunzel melotot tajam pada Fan.

Ekspresi Fan membuang muka dan berdecak lidah. Kepalan kedua telapak tangan mengeras. Dia tidak mampu berbuat apa-apa. Hiro melirik ketiga orang bersama Fan, Rina dan Yumi. Wajah mereka nampak tidak begitu asing di mata pemuda berambut coklat.

"Ada apa Hiro-san?" tanya Yumi.

"Kalian pasti Red Riding Hood, Wolf dan Rapunzel bukan?" tebak Hiro.

"Bagaimana kau mengenal kami?" tanya Rapunzel menaruh curiga pada laki-laki tersebut.

"Tentu saja. Kalian itu karakter yang dibuat oleh Jacob dan Wilhelm Grimm. Apalagi pakaian yang dikenakan sangat mirip persis," ujar Hiro.

"Kau mengenal tuan kami?" ekspresi Wolf tiba-tiba berbinar-binar, seakan menemukan orang yang dapat mengenal betul mereka.

Respon yang dibalas dari Hiro berupa anggukan. Dia menebak, mereka adalah pendongeng dari Jerman. Saat Hiro menatap balik pada kedua prajurit New Germany, baik Marc maupun Ronald hanya mengangguk pelan. Tetapi Hiro kebingungan harus berkata apa Fan. Di depan matanya, ceceran darah merah dan sobekan kain begitu jelas. Ronald dan Marc menoleh Fan, tidak mengatakan apapun pasca kejadian terbunuhnya Alexis. Rapunzel dan Red Riding Hood hanya terdiam melihat situasi tersebut. Bagi mereka, kedatangan mereka sudah terlambat. Telah menewaskan seorang pria sekaligus kenalan Fan.

Rina kemudian menghampiri Hiro dan Allen. Gadis berambut panjang berbisik ke telinga mereka selagi menjelaskan situasinya. Dibantu oleh Yumi apabila sahabatnya tidak mengetahui kronologinya.

"Begitu ceritanya Allen-san," gumam Yumi mengenai kondisi Alexis.

"Terdengar kisah menyedihkan. Aku tidak tahu harus komentar apa mengenai hal ini," ucap Allen berbela sungkawa.

Marc dan Ronald duduk bersila. Mengonsumsi minuman botol air dalam keadaan penuh. Sampai menyisakan separuh bagian. Ronald berencana untuk membuka gas mask, tetapi dia memilih menurunkan Flamethrowernya. Sedangkan Marc membuka topi tentara New Germany.

Kedelapan orang menundukkan kepala. Yumi memejamkan kedua matanya. Masing-masing dari mereka mengambil sekuntum bunga di area sekitar. Menaruhnya dekat dengan ceceran darah lantaran jasad Alexis telah dimakan. Marc dan Ronald memberikan penghormatan terakhir melalui salute, membengkok lengan kanan ke atas. Bagi Hiro dan lainnya, pose itu tidak asing. Allen akhirnya angkat bicara.

"Salute Hitler kah?"

"Salute Hitler?" tanya Hiro mengerutkan kening.

"Mungkin yang dimaksud Allen-san adalah Sieg Hel Salute."

Yumi berjalan pelan sambil menatap cairan darah yang mulai mengering. Menggenggam erat sarung tangan yang dikenakan. Mata gadis berambut ponytail berkaca-kaca. Mengusap air matanya, membiarkan Rina memeluk dari belakang.

"Tidak perlu menahan diri, Yumi. Lakukan saja apa yang menurutmu sesuai."

Rina melepaskan pelukan, memberikan penghormatan terakhir untuk Alexis. Yumi tidak kuasa menahan air mata yang membendung keluar. Dalam lubuk hatinya, gadis berambut ponytail tidak dapat berbuat apa-apa saat Alexis terbunuh di depan mata Fan. Sulit membayangkan orang yang dia sayangi, telah pergi untuk selamanya.

Yumi teringat pada hewan peliharaannya yang meninggal karena penyakit yang dialaminya. Ironisnya, dia tidak mampu berbuat apa-apa kecuali berdoa. Sejak itulah, Yumi tidak mampu menahan amarah dan kesedihan yang sudah bercampur menjadi satu selama beberapa hari. Rina hapal betul tindakannya. Sedangkan Fan memilih menjauh dari kerumunan. Membiarkan dia untuk mengucapkan salam perpisahan pada Alexis.