"Jino bagaimana ini? Marlyna pasti akan marah dan menghajarku habis-habisan nanti. Entah apa yang harus aku lakukan sekarang, jika ibu menyuruhku untuk kembali pulang. Bagaimana dengan ayah?!"
Jino tersenyum tipis, kemudian mengusap pundak sang kakak dengan dengan penuh pengertian. Dia juga ingin sekali membujuk Marlyna agar tidak marah lagi kepada dirinya, namun percuma saja karena sekarang gadis itu tidak akan pernah mendengarkan ucapannya.
"Kakak jangan khawatir, jika ibu menyuruh pulang iya tinggal pulang saja. Untuk masalah ayah dan juga perusahaan aku bisa mengurusnya untuk sementara waktu, kita hanya perlu mengatur semua dengan baik. Dan yang terpenting sekarang adalah hubungan rumah tangga kakak dengan Marlyna, kau harus segera pulang dan menjelaskan semuanya dengan baik. Dan mungkin jika kakak akan kembali datang ke Amerika bisa mengajaknya. Karena ayah dan ibu juga pasti akan senang." ucap Jino.