"Bu, Andra ingin menikah dengan Marlyna secepatnya."
Nyonya Dea tidak terlalu menggubris ucapan putra sulungnya itu dan fokus pada pekerjaan yang sedang dia kerjakan di depan laptop, wanita paruh baya ini menanggapinya dengan santai seolah tidak ada pembicaraan serius disini.
"Heh Andra, menikah itu sebuah komitmen yang sulit. Kau pikir bisa menjalaninya?!" tanya sang ibu kepada putranya.
Andra menatap dengan penuh ragu. "Ini bukan tentang bisa atau tidak bu, tadi Andra harus bisa bertanggung jawab dengan apa yang sudah Andra perbuat."
Mendengar ucapan itu nyonya Dea langsung membulatkan matanya, dia menatap ke arah Andra yang tengah menundukan kepalanya disana. Berbagai pikiran negatif pun terus berkeliling didalam kepala wanita paruh baya ini.
"Heh! apa maksud perkataanmu itu Andra?!" tanya sang ibu penuh curiga.
Kedua mata lelaki itu melirik kesana-kemari, memikirkan cara yang tepat agar sang ibu tidak marah atau pun mendapatkan serangan jantung mendadak.