Hari sudah pagi, Refan terbangun dari tidurnya karna guncangan yang di berikan seseorang.
"Refan bangun ih udah siang, lo gak mau sekolah apa?" Ucap orang itu yang tak lain adalah Reisya yang sudah rapi dengan seragamnya.
Bukannya bangun, Refan justru menarik tangan Reisya hingga Reisya jatuh di atas tubuhnya.
"Astaga Refan!" Tukas Reisya terkejut.
"Berisik! Gw masih mau tidur, ntar lagi aja ke sekolahnya." Jawab Refan malas.
Refan sebenarnya sudah bangun, ia hanya sedang mengerjai Reisya aja.
"Refan lepasin gw ih" berontak Reisya di atas tubuh Refan.
Refan yang awalnya hanya ingin menggoda Reisya, kini malah dia yang tergoda karna pergerakan Reisya di atas tubuhnya. Apalagi bagian menonjol dari tubuh Reisya begitu menggesek dada Refan, membuat Refan menjadi sesak dan berbalik tergoda.
"Cih, jangan terlalu banyak bergerak. Lo membangunkan sesuatu di bawah sana." Kecam Refan dengan geramannya.
Reisya mengerjap, mencoba memahami maksud perkataan Refan. Namun tiba-tiba, sesuatu di bawah sana terasa naik dan menusuk bagian inti Reisya. Saat itulah, Reisya baru menyadari maksud perkataan Refan. Tanpa berpikir lagi Reisya langsung berusaha bangkit, karna posisinya saat ini berada dalam bahaya.
"Dasar mesum!" tuduh Reisya pada Refan.
Merasa Reisya tidak bisa di ajak kerja sama, akhirnya Refan langsung bangun dan membalik posisinya. Kini Reisya berada di bawah Refan, dan menatap Refan dengan tatapan tidak mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini.
"Kau benar-benar menggoda ku nona, jadi jangan salahkan aku jika aku menyentuhmu." Bisik Refan pada Reisya tepat si samping telinga.
Reisya bergidik ngeri mendengar bisikan Refan, lalu ia pun merasakan geli pada ceruk lehernya. Refan menghirup aroma tubuh Reisya yang wangi, ia pun menghembuskan nafasnya disana membuat bulu kuduk Reisya semakin berdiri. Lalu setelah itu Refan mencium leher Reisya, dengan seringai di bibirnya Refan menggigit kecil leher Reisya hingga meninggalkan jejak ruam kemerahan.
Merasa puas dengan hasil karyanya itu, Refan langsung bangun dan berlari ke kamar mandi sebelum Reisya mengamuk padanya karna baru menyadari apa yang ia lakukan. Dan benar saja, sesaat setelah Refan berlari ke kamar mandi barulah Reisya sadar apa yang sudah Refan lakukan padanya itu.
"Astaga, Refaaaaaann!!!!!" Teriak Reisya menggema ke seluruh kamar Refan.
Beruntung kamar Refan kedap suara, sehingga tidak ada yang mendengar suara membahana Reisya itu. Sedangkan Refan malah terkekeh, mendengar amarah Reisya dari dalam kamar mandi.
'itulah kalau kau bermain-main denganku, ah tapi aku juga harus menidurkan kembali bagian bawahku yang bangun karnanya.' batin Refan berkata.
Walaupun Refan senang karna sudah mengerjai Reisya, namun tetap saja ia harus menuntaskan hasratnya yang sudah bangkit karna Reisya tadi. Beruntung Refan masih bisa menjaga nafsunya, sehingga Reisya bisa selamat dari terkamannya. Sedangkan Reisya masih menatap tajam pintu kamar mandi itu, lalu ia bangkit dari ranjang dan melangkah menuju kaca panjang di lemari untuk melihat seberapa terlihatnya tanda itu.
Beruntung tanda itu tidak terlihat jelas karna tertutup rambut Reisya yang panjang, tapi tetap saja jika di lihat dari dekat pasti akan nampak jelas. Reisya benar-benar kesal pada Refan, bisa-bisanya pria itu mengerjainya sejauh ini.
"Dasar Refan sialan! Awas aja lo, gw bales nanti." Tukas Reisya kesal.
Tanpa menunggu lagi Reisya langsung keluar dari kamar Refan dengan wajah kesalnya, lalu ia turun ke ruang makan dengan senyum yang paksakan.
"Pagi sayang" sapa Monalisa pada Reisya.
"Pagi bu" balas Reisya seadanya.
"Muka lo kenapa dek? Kok gak mood gitu kayaknya" tanya Miko heran.
"Gak apa-apa kak, lagi kurang semangat aja." Balas Reisya sedikit ketus.
Monalisa dan Miko saling melirik, merasa aneh dengan perubahan sikap Reisya yang tidak biasa. Apa mungkin jika ia masih bertengkar dengan Refan?
"Ada apa sayang? Kamu masih bertengkar dengan Refan ya?" Tanya Monalisa lagi.
"Tidak apa kok bu, oh iya ayah dimana bu, kok tidak ikut sarapan?" Jawab Reisya seadanya, lalu ia alihkan saat menyadari ketidakhadiran Rudy di meja makan itu.
"Ayah sudah berangkat sejak pagi sayang, ada meeting penting katanya." Jawab Monalisa.
Reisya mengangguk paham, lalu mereka pun menyantap sarapan dengan tenang dan damai. Sampai akhirnya Refan datang, dan bergabung dengan mereka. Suasana berubah mencekam, dan sangat hening. Lagi-lagi Monalisa dan Miko saling melirik, dalam tatapan mereka seakan mempertanyakan apa yang sedang terjadi dengan dua orang itu. Refan dan Reisya sama-sama diam, tidak seperti biasanya yang banyak bicara.
"Ayo sayang, sarapan yang banyak yah." Titah Monalisa pada Refan.
"Siap bu, aku kan harus menaklukan sesuatu yang sulit hari ini jadi ya butuh energi yang banyak. Aku akan makan banyak, itu harus." Jawab Refan sambil melirik Reisya.
Mendengar perkataan Refan membuat Reisya semakin kesal, ia tau jika Refan dengan menyindirnya. Lalu Reisya pun berdiri dan berpamitan lebih dulu pada Monalisa dan Miko, ia benar-benar kesal berhadapan dengan Refan yang selalu saja mengerjai dirinya.
"Bu, kak, aku duluan yah. Ada tugas yang belum aku kerjakan, aku duluan dah" pamit Reisya dan langsung melangkah keluar mansion.
Refan menatap kepergian Reisya dengan datar, jujur saja ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya karna sudah mempermainkan Reisya. Gadis itu pasti kesal karna perbuatannya tadi, dan kini Reisya sudah mulai mengabaikan dirinya lagi. Tapi bagaimana lagi, salah Reisya juga yang membangunkan sesuatu dalam dirinya. Masih untung Refan tidak menyerangnya, memang wanita itu maunya benar terus.
Monalisa yang penasaran dengan sikap Refan dan Reisya yang terlihat berbeda itu mulai menegur Refan, ia ingin tau dan meminta Refan untuk mengatakan semuanya.
"Ada apa sih antara kamu dan Reisya? Kalian masih bertengkar karna hal semalam?" Tanya Monalisa dengan rasa penasarannya.
"Tau lo, biasanya lengket banget kayak perangko. Kok sekarang malah diem-dieman sih? Cemburu si cemburu, tapi jangan kelewatan juga kali." Sambung Miko heran.
"Bukan karna itu, aku dan Reisya sudah baikan kok semalam. Tapi Reisya marah lagi karna aku jahili tadi, biasalah namanya juga wanita. Baperan, maunya benar terus padahal dia yang salah." Jawab Refan apa adanya.
Monalisa hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Refan yang sangat santai itu, seakan-akan tidak ada rasa bersalah dalam dirinya.
"Tidak begitu juga ya, kamu nya saja kalo jahil gak mikir-mikir jadi marah kan Reisya nya. Cepat minta maaf padanya, atau dia akan lebih marah padamu nanti." Omel Monalisa pada Refan.
"Iya bu iya, nanti aku minta maaf kok sama Reisya. Selalu saja cowok yang mengalah, nasib emang." Balas Refan pasrah.