Luapan di masa lalu menyeruak dalam kalbu
Angap saja kisah ini bener berakhir
Namun mengapa jejaknya masih terlihat amat dan sangat nyata?
Mengapa bayangannya masih muncul dalam bentuk siluet?
***
Aku masih tidak mengerti jawaban apa yang harus ku beri untuk menjawab pertanyaan dari Winner yang menusuk kalbu. Harus ku akui ada setitik resah yang menelusup dengan sangat cepat dan membuat hati ini terasa tidak tenang untuk alasan yang sulit ku jabarkan.
"Kamu masih suka Aldo?" Winner masih menanyakan hal yang sama.
"Aku rasa udah lama banget dan aku udah lupa." Kata ku. Sebenarnya aku tidak akan mungkin dapat melupakan Aldo walau waktu berjalan dan mulai menggerus kenangan yang ku miliki bersamanya namun bagaimanapu kenangan itu belum sepenuhnya hilang dan masih melekat di ingatan.
"Uhm…"
"Ada apa?"
Wajah Winner terlihat seolah ingin menyampaikan sesuatu padaku namun aku tak mengerti apa yang ingin disampaikannya.
"Kamu pernah ketemu Aldo sesudah lulus?" Winner menanyakan tentang Aldo lagi dan membuatku benar-benar bingung karena aku tak pernah berpikir sampai sejauh itu.
Tahun-tahun yang berlalu ku habiskan dengan kesibukan untuk mengejar mimpi. Aku sudah tak memiliki keinginan untuk bersama Aldo di kala itu. Aku hanya ingin supaya aku tidak dihina lagi. Aku mengerjakan segalanya, mulai dari berjualan, belajar dan bekerja di toko. Mungkin mama ku memang telah menikah lagi namun aku juga memiliki mimpi sendiri yang ingin ku raih dengan tangan ku sendiri.
"Aku gak pernah mikir sampai ke sana." Jawabku jujur. "Aku terlalu sibuk jadi gak ada waktu untuk mikir Aldo ataupun kamu." Tentu saja kali ini aku menatapnya sambil tersenyum. "Mikirin kamu cuma buat kepala ku sakit."
"Jadi kamu belum lihat Aldo?" Tanya Winner lagi.
Mengapa makin lama, Winner semakin menanyakan hal yang aneh pada ku? Apa yang ingin dikatakan Winner sebenarnya di balik pertanyaan-pertanyaan aneh yang diajukannya itu?
"Winner, kamu sebenarnya mau bilang apa sama aku?" Tanya ku langsung karena aku merasa Winner ingin mengatakan sesuatu yang penting padaku.
Tak lama setelah itu aku mendengar bunyi kecupan yang membuat ku terkejut. Jujur saja aku merasa agak risih saat melihat sepasang kekasih sedang bercumbu mesra. Selama ini aku hanya melihat adegan semacam itu di film-film barat namun kini aku melihatnya langsung.
Aku tidak dapat melihat wajah mereka dengan jelas di dalam remang namun aku dapat melihat gerak-gerik yang mereka lakukan sangat intim bahkan wajah ku menjadi merah dan panas melihat hal itu. Aku hanya tidak mengerti bagaimana ada orang yang begitu berani melakukan hal semacam itu di rumah orang lain.
Si wanita seolah terhipnotis dan tak menyadari di tempat ini masih ada aku dan Winner yang terkesiap. Sang pria mengecup dan mencumbu si wanita bak pria kelaparan yang butuh makanannya saat itu juga sedang si wanita seolah pasrah dengan menutup matanya sehingga keduanya tak menyadari kalau masih ada dua orang lain di dalam dunia mereka.
"Hei! Kalau mau mesum jangan di sini!" Teriakan Winner membuat keduanya terkejut. Aku juga terkejut karena Winner muncul bagai singa yang menunjukkan taring dengan wajah yang penuh intimidasi.
Aku juga terkejut mendengar suara Winner yang seperti itu karena aku belum pernah melihat Winner seperti ini sebelumnya bukan hanya itu! Winner juga berani mendekati keduanya tanpa rasa takut. Aku tentu saja berusaha menarik lengan kanan Winner karena tak ingin ada pertengkaran besar di sini namun karena kekuatan ku ini tak seberapa jadi akulah orang yang bergerak mengikuti Winner yang tengah mengamuk. Ah! Aku benar-benar bingung harus bagaimana.
"Winner!" Aku masih berusaha menahan Winner supaya dapat menahan dirinya dan aku masih berharap jika Winner dapat menahan dirinya malam ini. Asal tidak ada pertengkaran mala mini. Aku rasa itu sudah cukup.
Aku bisa memahami jika Winner mengamuk karena bagaimanapun tempat ini adalah rumahnya jadi wajar saja kalau ada orang yang melakukan hal semacam itu di rumahnya, Winner jadi mengamuk. Mungkin aku juga akan seperti itu jika berada di posisi Winner.
"Winner tenang…" Aku masih berusaha menariknya namun setiap kali aku menarik lengan Winner maka akan berakhir tubuhku lah yang mengikuti Winner.
"Hey! Apa-apan itu yang di sana!" Teriak Winner keras. Aku hanya berharap tidak ada pertengkaran yang terjadi karena jantung ku saat ini benar-benar berdebar sangat kencang.
Suara lantang Winner berhasil membuat pasangan itu berhenti. Si wanita kabur tak berapa lama setelah menarik resliting gaunnya yang terbuka dan memperlihatkan belahan dadanya yang ranum dan di sana terlihat bercak merah akibat cumbuan dan lumatan pria tadi. Lipstik wanita itu memudar karena bibir manisnya telah dilumat habis. Hanya rambut panjang lurusnya yang masih rapi.
Jujur saja, aku shock setelah melihat adegan panas itu karena ini baru pertama kalinya terjadi dalam hidup ku melihat hal yang semacam ini.
Ku lihat si pria tampak sedang mengancingkan kemeja atasnya dengan santai. Aku hanya dapat melihat punggungnya dipenuhi carutan luka jahit. Aku masih dapat melihat hal itu karena bantuan lampu taman. Aku rasa karena luka di punggungnya sangat besar sehingga gampang untuk terlihat.
"Heh! Di sini bukan tempat mesum, ya!" Winner berteriak lagi. Aku heran juga dengan Winner mengaapa teriakannya makin keras saja.
"Winner…tenang…" Kata ku berusaha untuk menenangkannya.
"Memangnya kamu bisa tenang?" Aku heran mengapa Winner bertanya balik pada ku.
Jika ku amati pria mesum itu, jujur saja aku merasa baru kali ini aku melihat ada orang semacam itu. Aku memang tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena suasana agak remang selain itu posisinya yang memunggungi ku dan Winner membuat ku hanya dapat melihat punggungnya apalagi tempat ini hanya diterangi oleh beberapa lampu dinding klasik dengan cahaya kuningnya yang buram.
"Kalo mau begituan jangan di rumah mama ku. Cari hotel sono!" Kata Winner kesal hingga Winner membalikkan tubuh pria mesum itu sehingga kami dapat melihat wajah si pria dengan jelas.
Namun seteelah aku melihat wajah pria mesum itu malah aku yang terperanjat kaget. Kaki ini rasanya sangat lemah hingga mau jatuh rasanya untung saja aku memegang lengan Winner sehingga aku masih dapat berpura-pura tegar walau sebenarnya ada badai dahsyat yang menerjang hati ku saat ini.
"Aku baru tahu kalau cewek mu cantik juga." Kata pria itu santai sambil berjalan mendekati kami. Semakin dekat pria itu semakin terperanjat aku dibuatnya. Selain karena senyumnya yang menggoda namun juga wajah tampannya yang tak asing bagiku.