Dokter sedang melakukan operasi untuk pembersihan rahim hanny, kuret. Sementara rafael harus menerima kemarahan sang mama. Mama rafael menarik anak sulungnya itu untuk bicara berdua, menjelaskan semuanya secara detail.
"Kamu keterlalun, raf." mama rafael menangis dan duduk dikursi yang ada didepan ruang operasi.
"Kamu keterlaluan, kenapa kamu gak bilang dari awal. Kalau iya kan mama bisa jagain hanny. Gak akan kejadian seperti ini."
Sama halnya dengan mamanya, rafael juga menangis, dia tak bisa menahan air matanya. Bisma hanya melihat keduanya dengan bingung dan heran. Taehyung baru kali ini melihat mama dan kakaknya menangis seperti sangat hancur. Pasti mereka sangat menginginkan bayi dikandungan hanny.
Papa rafael juga datang setelah meeting. Bisma sudah menceritakan semuanya secara singkat, hanya tau rafael punya seorang istri yang hamil anaknya dan sekarang keguguran.
"Ma, sabar ma.." kata papa rafael yang datang dan memeluk istrinya.
"Ceritain ke mama, semuanya. Siapa hanny? Istri kamu? Dan kamu gak pernah bilang ke mama kamu sudah menikah, bahkan hanny hamil anak kamu." mamanya kesal, dia memukul bahu kokoh rafael yang bergetar karena menangis.
Rafael tak tau kenapa? Tapi rasanya sangat sakit. Dia benar-benar harus menangis.
"Rafael, jelaskan ke mama. Kalau tidak, kamu bukan anak mama lagi. Pergi dari rumah. Anak mama sama papa cuma bisma." kata mama rafael terpaksa.
Bisma yang mendengarnya terkejut, baru kali ini mamanya sangat marah pada sang kakak sampai tak mau menganggapnya anak?
Rafael tak punya pilihan, dia terpaksa berbohong. Rafael pun menjelaskan semuanya.
"Hanny pacar rafael ma, rafael belum menikah dengan hanny. Rafael tak sengaja melakukannya. Rafael kira mama akan marah dan kecewa sama rafael kalau rafael jujur." katanya masih dengan wajah tertunduk lesu, sedih. Dia sudah kehilangan anak yang dia nantikan.
Dokter keluar dari ruang operasi. Bibik dan mina yang ada disana hanya diam sejak tadi, mereka juga tak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Semua orang langsung mendekati dokter dan bertanya bagaimana keadaan hanny.
"Nona hanny baik-baik saja, setelah beberapa hari dia akan pulih." kata sang dokter.
Mereka sedikit lega, walau sedih karena kehilangan bayinya hanny. Dokter pamit pergi ke ruangannya. Rafael menemui dokter ke ruangannya, untungnya dia sudah meminta dokter untuk merahasiakan program penanaman benih itu.
"Dok, apa hanny masih bisa hamil lagi?" tanya rafael yang kini sudah berada di ruangan dokter.
"Masih bisa, tapi saya sarankan untuk melakukannya dengan cara alami. Karena memang biasanya kalau menggunakan program penanaman benih ini lebih rentan. Nona hanny dalam keadaan baik kok, dia bisa melakukannya secara alami."
Rafael keluar dari ruangan dokter. Dia bingung dengan maksud dokter, bukan bingung dalam arti sebenarnya. Tapi secara alami? Berarti rafael harus berbuat dengan hanny. Ahgg.. Rafael hanya ingin anak, bukan wanita. Termasuk hanny. Rafael terus meyakinkan dirinya kalau dia tidak mencintainya, jadi tak mungkin menyatukan miliknya dan milik hanny.
Arghh...
Rafael berteriak kesal sendiri. Tadinya dia ingin ke ruangan hanny, tapi dia mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya dan juga menjernihkan otaknya. Tak boleh dengan cara alami, tapi bagaimana?
***
Hanny sudah sadar, dia juga sudah dipindahkan ke ruang rawat. Tapi hanny tak berhenti menangis. Bibik dan mina sudah mencoba menghiburnya. Tapi hanny hanya diam dan terus meneteskan air matanya.
"Bibik, bayinya? Bayi hanny gak bisa diselamatkan?" tanya hanny meraba perutnya. Rasanya perutnya masih sakit.
Hanny tau, tapi dia seperti tak mau mempercayai itu. Sebelum pingsan dokter menggeleng, artinya bayinya tak bisa diselamatkan.
"Bibik, bayi hanny.... Hiks.." hanny menangis menatap binik yang seperti sosok ibu baginya.
"Nona, nona masih punya kesempatan lain lagi. Biarkan anak nona tenang disurga sana, yaa?" bibik membelai kepala hanny dengan lembut.
Sampai mama rafael mendekati hanny, menggantikan bibik dan berdiri disamping hanny.
"Maafin mama, karena mama gak bisa jagain kamu sama cucu mama."
Hanny terdiam, mama rafael tau bayinya itu anak rafael. Tapi semuanya terlambat, bayinya juga sudah hilang. Hanny hanya diam dan memalinhkan muka, tapi air matanya terus mengalir. Mama rafael memeluk hanny dan mengecup kening hanny.
"Maafin mama yang gak bisa jaga kamu dengan baik."
Hanny diam. Ini yang selama bertahun-tahun hanny rindukan. Andai saja rafael membiarkan dekat dengan mamanya rafael ini tak akan terjadi. Karena rafael memaksanya pindah, hanny yang kesal jadi sakit perut. Hanny benci mengingat kejadian itu. Dia tak mau melihat rafael.
"Bukan salah mama, mama gak harus minta maaf ke hanny."
Mama rafael senang hanny mau merespon ucapannya. Mama rafael ingin menyuapi makanan agar hanny cepat pulih, tapi hanny menggeleng, dia sama sekali tak selera makan.
"Makan, sedikitt ya? Biar cepet sembuh, nanti pulang ke rumah mama. Tinggal sama mama, mau?"
Bukannya menjawab hanny malah menangis. Mama hanny langsung mengusap air matanya dan memeluknya.
"Nanti mama hukum rafael, mama marahi dan pukul dia sampai dia kapok kalo perlu."
Kenapa tidak sejak kemarin, andai iya. Hanny akan bahagia dan tidak tertekan. Pasti bayinya akan baik-baik saja.
"Mama, hanny ibu yang buruk ya membuat anak hanny gak betah didalam perut hanny, menyakitinya sampai dia pergi." hanny kembali menangis dalam pelukan mama rafael.
Bisma ada diluar dengan papanya. Mereka ada didekat pintu masuk. Sementara rafael sendiri baru akan masuk, dia tak sengaja mendengar semua itu dan rafael ingat kata-kata dokter.
Hal yang membuat hanny kehilangan bayinya, pertama karena dia demam. Demam karena rafael, dan ketika itu badan hanny jadi lemah. Ditambah hanny mungkin merasa tertekan, ibu hamil muda harus dalam keadaan bahagia selalu.
Rafael ingat bagaimana dia memarahi, melarangnya dekat dengan mamanya dan sekarang rafael melihatnya sendiri, hanny mungkin juga butuh perhatian ketika dia hamil, kemarin? Rafael menyesal. Tapi penyesalannya juga tak ada gunanya sekarang.
"Hanny ibu yang baik. Papanya yang gak baik yang gak bertanggung jawab dan gak bisa jagain hanny dengan baik, makannya hanny kehilangan bayi hanny.." kata mama rafael melirik rafael yang masuk.
"Hanny cepet sembuh ya, pindah ke rumah mama. Mama kenalin papa sama adiknya rafael."
Hanny tersenyum diperkenalkan papanya rafael dan bisma yang juga menerima hanny dengan baik.
"Kamu boleh panggil papa juga." kata papa rafael pada hanny. Dia mendekati hanny, berdiri disamping istrinya untuk menghibur hanny.
"Berarti bisma, boleh panggil kakak ya ma?" tanya bisma melirik hanny dan tersenyum dengan senyum khasnya. Menunjukan deretan gigu putihnya dengan mulutnya yang cantik membentuk hati.
"Boleh hanny?" tanya mama rafael pada hanny.
"Boleh, mama.."
Mereka meninggalkan hanny untuk istirahat. Bibik pulang dengan mina. Mama dan papanya rafael juga pulang, bisma juga harus pulang tinggal rafael yang menginap disana. Rafael tak henti memandang hanny daru kejauhan. Hanny kehausan, dia tak sengaja bangun dan melihat rafael. Hanny berusaha duduk dan mengambil air dengan susah.
"Mau minum?" tanya rafael pada hanny.
Hanny malah melengos. Rafael mengambilkannya dan memberikannya pada hanny.
"Saya bilang ke mama kamu pacar saya. Saya gak sengaja ngelakuin sampai kamu hamil. Kamu jangan bilang macan-masam sama mama dan keluarga saya, ya. Kamu juga masih berhutang pada saya, kalau sudah sembuh kita coba lagi. Sama mau kamu segera hamil. Kamu harus bayar hutang kamu, ingat!"
Hanny kesal mendengar ucapan rafael. Dia langsung kembali tidur.