Chereads / LOVE IN DIAMOND SALES / Chapter 24 - 24. Jodoh yang Berubah

Chapter 24 - 24. Jodoh yang Berubah

ISSABELLE POV:

Aku menatap nanar sebuah buku yang berada di hadapanku. Sebuah buku dengan kertas yang mulai menguning. Sebuah buku tua yang sangat dikeramatkan.

Semua kerajaan di dunia sihir, memiliki satu buku dengan tampilan yang sama. Mereka biasa menyebutnya dengan buku takdir. Buku yang menunjukkan di masa depan, kita akan dijodohkan dengan siapa.

Bukan hal asing lagi kan, jika beberapa kerajaan saling menjodohkan putra-putrinya. Namun, di dunia sihir ini, orangtua tidak boleh sembarangan menjodohkan anaknya, sebab, sejak lahir, anak-anak berjiwa murni yang hidup dalam silsilah kerajaan telah memiliki jodohnya masing-masing. Nama jodoh itu tidak bisa diubah, kecuali, orang yang saling dijodohkan itu melakukan sebuah kesalahan yang bisa membuatnya gagal berjodoh.

Awalnya, aku dijodohkan dengan seorang laki-laki berjiwa tidak murni. Namun, dia tewas di pertempuran karena melawan perintah. Ya, ia diperintahkan untuk tetap bersembunyi di kediamannya tepat saat perang itu berlangsung. Sebab, seorang rakyat rendahan, tidak boleh ikut berperang. Namun, ia dengan keras kepala mengikuti perang itu. Laki-laki yang harusnya menjadi jodohku itu akhirnya tewas ketika ia berusaha melindungi nyawa ayahku.

Walaupun begitu, pengorbanan laki-laki malang itu pada akhirnya sia-sia. Seorang panglima perang yang bekerja sama dengan kerajaanku dan Tante Mega, secara tiba-tiba, berkhianat dan membelot ke tim musuh. Dia menewaskan ayahku. Membuatku sangat marah kepada pengkhianat itu!

"Issabelle dan Alka Caldre Snowden."

Aku langsung mengerjapkan mataku berkali-kali. Bukannya ini nama salah satu anaknya Tante Mega? Kenapa dia bisa-bisanya berjodoh denganku? Bahkan, namanya tertulis dalam buku takdir di kerajaanku.

Aku membalikkan halaman buku itu, kemudian terlukis wajahku dan wajah Alka yang saling bersebelahan. Perlahan tapi pasti, aku menutup mulut menggunakan kedua tanganku.

"Ada apa ini? Harusnya, Alka sudah memiliki jodoh karena dia juga pangeran berjiwa murni! Ini aneh! Apa ini?!" pekikku.

Tanpa pikir panjang, aku segera beranjak ke sebuah tempayan besar yang berisi banyak air. Kukerahkan segala kekuatanku ke air di dalam tempayan itu, untuk mencari tahu, sebenarnya siapa jodoh Alka yang sebenarnya.

Mataku sukses membelalak lebar ketika wajah seorang gadis terlukis di atas air yang tenang. Di pojok kanan paling atas, tertulis nama Berlian Anastasia.

"Ada apa dengan gadis ini? Apa dia telah membuat kesalahan sehingga dia tidak bisa berjodoh dengan Alka?"

Aku seketika menaikkan sebelah alisku. Senyum gadis itu dan tatapan polosnya, membuatku yakin, jika gadis itu tidak akan nekad melakukan hal-hal yang melanggar aturan dunia sihir.

"Apa jangan-jangan, gadis itu sudah mati dan bernasib sama seperti jodohku?" pikirku.

Saat tengah asyik mengamati wajah gadis itu, secara tiba-tiba, kepalaku terasa sedikit pusing. Aku perlahan memejamkan mataku. Sepertinya Tante Mega sedang mengajukan telepati denganku.

"Sabel, Alka sedang sakit dan keselamatannya dalam bahaya. Nah, Tante mengutus kamu untuk membantu gadis bernama Lian untuk mencari berlian warna pelangi, untuk merebut jiwa murni Alka yang sedang ada di dalam tubuh Alva. Bentar, Tante akan munculkan wajah Lian kepadamu melalui media air," cetus Tante Mega.

"Baik, Tante, aku sudah ada di dekat air," sahutku.

Perlahan, aku mulai membuka mataku. Dengan cepat, aku mulai menghapus wajah jodoh Alka, karena akan kupergunakan untuk melihat foto yang dikirimkan oleh Tante Mega melalui telepati.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat wajah yang sama dengan wajah yang kulihat beberapa saat lalu. Bukankah itu wanita yang tadi? Karena penasaran, aku kembali menutup mataku, berusaha menghubungi Tante Mega lagi.

"Maaf, Tante, bukankah namanya Berlian Anastasia?" tanyaku kepada Tante Mega.

"Iya, nama panggilannya Lian. Dia biasa dipanggil Lian," balas Tante Mega.

Aku seketika menganggukkan kepalaku. Ternyata namanya Lian. Eh tunggu, berarti, gadis itu belum tewas. Namun, mengapa dia tiba-tiba dihapuskan dari buku takdir kerajaan Alka?

"Baik, Tante, aku akan bantu Lian," sahutku.

ISSABELLE POV OFF.

Lian yang tengah duduk di samping Sabel perlahan menepuk bahu Sabel. Lian merasa bingung ketika Sabel tiba-tiba saja melamun setelah meminum air langsung dari sumber mata air.

"Lo gak papa? Lagi ada banyak pikiran ya?" tanya Lian.

Sabel perlahan menggelengkan kepalanya. Ia pun segera menangkupkan kedua tangannya untuk mengambil air, kemudian meneguknya dengan cepat.

"Gue cuma penasaran satu hal sih. Apa lo pernah melanggar peraturan dunia sihir?" tanya Sabel tiba-tiba. Mendengar hal itu, tentu saja, Lian terlihat sangat terkejut.

"Melanggar peraturan? Seingat gue enggak tuh. Gue berusaha selalu taat peraturan," sahut Lian. Sabel seketika menganggukkan kepalanya.

"Gue rasa, elo juga bukan orang yang nekad buat melanggar peraturan sih," sahut Sabel.

"Emang peraturan yang gak boleh dilanggar di dunia ini apa aja, Bel?" tanya Lian.

Sabel sontak menurunkan tangannya, kemudian bergerak mengusapkan kedua tangannya pada gaun warna kuning emasnya.

"Peraturan yang gak boleh dilanggar, emm meminum air di sumber mata air," sahut Sabel dengan raut wajah yang dibuat seserius mungkin. Detik itu juga, Lian membelalakkan kedua matanya.

"Ah, seriusan lo, Bel? Aduh, mati, gimana nih, gue udah keburu minum!" pekik Lian panik. Ia pun segera memuntahkan air yang sudah sempat diminumnya barusan.

"Hahaha, gak, gue bercanda. Peraturannya sih banyak, ya kali, gue harus nyebutin satu-satu sih. Bisa berbusa mulut gue!" keluh Sabel. Langsung saja, Lian menabok lengan Sabel.

"Ish, bikin gue panik aja sih lo, Bel!" keluh Lian.

"Hahaha polos banget sih lo. Kalau minum di sumber mata airnya langsung itu dilarang, ngapain juga gue ngajak lo ke sini. Sama aja bunuh diri dong gue," kelakar Sabel. Lian pun sontak ikut terkekeh pelan.

"Iya juga sih," sahut Lian.

"Lo masih haus gak? Atau kita bawa aja sumber mata airnya, biar kalau haus bisa langsung minum lagi?" tawar Sabel. Mendengar hal itu, Lian seketika menghela napasnya.

"Gimana cara bawanya, Sabel?!" keluh Lian. Langsung saja, Sabel mengendikkan kedua bahunya.

"Entah. Gue kan cuma basa-basi doang hehehe," sahut Sabel.

"Ya deh, eh lanjutin perjalanan yuk! Kasihan Alka, kalau nunggu obatnya lama-lama!" ajak Lian sembari bangkit dari duduknya. Tak lupa, Lian juga mengulurkan tangannya ke arah Sabel untuk membantunya berdiri.

"Cieee perhatian banget sih lo sama Alka. Lo naksir ya sama Alka?" ceplos Sabel sembari bergegas bangkit dari duduknya.

"Ya gitu deh. Lo mau tahu gak, kenapa gue mau bantuin buat cari obat buat Alka?" tawar Lian. Mendengar hal itu, tiba-tiba saja, Sabel menjadi sangat tertarik untuk mendengarnya.

"Boleh, kenapa emangnya? Ada alasan khusus?" tanya Sabel.

"Dulu gue pernah di-bully sama cewek satu sekolah gegara nembak cowok. Terus, tiba-tiba saja, gue denger suara Alka. Dia memotivasi gue, kalau gue sebenernya punya kelebihan. Kelebihan yang gak dimiliki oleh manusia biasa yang dengan gampangnya membully gue itu," cetus Lian.

"A-Alka bilang gitu ke elo?" Sabel seketika membelalakkan kedua matanya.

"Iya, setelah itu, gue pulang. Seperti ucapan Alka, gue mendesak Oma buat bilang kelebihan gue itu apa. Dan lo tahu, Oma gue ngenalin gue apa?" Lian tampak tersenyum lebar.

"Apa?" tanya Sabel.

"Oma bilang, dunia sihir adalah kelebihan gue. Gue memiliki kekuatan sihir yang tidak dimiliki manusia biasa. Mulai sejak itu, Oma menyiapkan gue sebuah ruangan untuk menguasai sihir dan membuat ramuan yang dimasukkan ke dalam berlian dan menjualnya," jelas Lian.

Sabel seketika membulatkan kedua matanya dengan kedua tangan menepuk bahu Lian. Bibirnya terlihat gemetaran.

"Pelanggaran berat!" lirih Sabel. Lian pun seketika mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?" tanya Lian bingung.

Perlahan, Sabel mulai bisa menguasai dirinya. Sabel lantas menggelengkan kepalanya pelan, kemudian mengulas sebuah senyuman manis ke arah Lian.

"Lupain aja yang gue omongin tadi. Kita harus cepat cari obat buat Alka," sahut Sabel sembari menarik tangan Lian.