Sabel berjalan mendahului Alka. Sesekali, ia menolehkan kepalanya ke belakang, untuk memastikan bahwa Alka tetap mengikuti di belakangnya.
Wajah pria itu bahkan masih terlihat sangat pucat. Salah satu tangannya bahkan darahnya belum juga berhenti mengalir. Sabel lantas bergidik ngeri melihat luka Alka akibat mencopot paksa selang infus tadi.
"Gak mau diobatin dulu? Pasti sakit kan?" tanya Sabel sembari menunjuk ke salah satu tangan Alka.
"Udah deh, tunjukin jalannya yang bener. Gak usah pedulikan gue!" ketus Alka. Mendengar hal itu, Sabel langsung mengerutkan bibirnya.
"Cih, gue kan menawarkan niat baik doang," keluh Sabel.
"Masih jauh gak?" tanya Alka.
"Iya, masih jauh banget!" seru Sabel.
"Bukannya lo punya kekuatan teleportasi, kenapa gak lo gunain aja?" cetus Alka. Detik itu juga, Sabel langsung membelalakkan matanya.
"Oh iya! Kenapa dari tadi, gue gak kepikiran ya! Ngapain capek-capek jalan kaki kalau teleportasi aja bisa!" sambut Sabel sembari menepuk dahinya.
"Kesannya kek, kenapa harus jalan kaki, kalau bisa pake pesawat!" decak Alka. Mendengar hal itu, Sabel langsung terkikik pelan.
"Ya maaf, namanya juga orang lupa. Eh tapi, lo gak mau jalan-jalan dulu gitu? Kapan lagi bisa jalan-jalan di hutan begini kan?" Sabel menaik-turunkan kedua alisnya. Namun, Alka malah memutar bola matanya jengah.
"Jalan-jalan bisa nanti aja. Lo gak khawatir apa kalau si Lian diapa-apain sama naga pelangi itu? Anak orang, anak dari dunia manusia, punya emak, punya keluarga, pasti keluarganya marah kalau Lian sampai kenapa-napa!" sahut Alka dengan penuh sewot.
"Hemm iya juga sih. Ya udah, kekuatan teleportasi lo bahkan lebih cepat dari gue. Mending pakai kekuatan lo aja deh!" suruh Sabel.
PLETAK!
Sebuah jitakan langsung mendarat di dahi Sabel. Alka sedikit menyesal harus mengajak Sabel dalam perjalanannya. Jika bukan karena untuk menolong Lian, Alka tidak akan mau menapaki perjalanan bersama dengan Sabel yang menyebalkan.
"Lo gak lihat gue lagi sakit gini? Teleportasi butuh banyak tenaga, kalau gue kerahin kekuatan gue, kalau gue pingsan, lo mau gotong gue hah?!" semprot Alka.
"Ya, gak maulah! Alka kan berat! Pesona gue bisa turun tahta kalau harus gotong-gotong elo, Alka!" keluh Sabel.
"Ya udah, pakai kekuatan lo. Lagian, lo kan udah makan banyak tadi. Olahraga dikit napa, Bel!" cibir Alka.
"Iya, iya! Gue nurut. Ih kenapa sih lo, suka banget maksa-maksa gue buat melakukan sesuatu? Emangnya gue siapa elo sih!" keluh Sabel.
"Oh, jadi lo mulai pamrih?" Alka menaikkan sebelah alisnya. Langsung saja, terdengar helaan napas berat dari Sabel.
"Baiklah, Pangeran Alka, Puteri Sabel akan melakukan apa yang Pangeran Alka inginkan," sahut Sabel sembari menundukkan tubuhnya.
"Anak pintar!" seru Alka sembari membelai pelan kepala Sabel.
Mendengar pujian yang keluar dari bibir Alka, membuat Sabel mendadak semangat untuk mengerahkan seluruh tenaganya. Sabel perlahan mulai memejamkan kedua matanya, sementara bibirnya kini sibuk merapal sebuah mantra untuk melakukan kegiatan teleportasi. Sebuah kegiatan untuk berpindah tempat dengan cepat.
Tak lupa, Sabel menggenggam tangan Alka. Jika tidak digenggam, Alka akan tetap berada di tempat itu. Masa iya, harus Sabel lagi yang bernegosiasi dengan naga menyebalkan seperti tadi.
"Siap?" tanya Sabel.
"Siap," sahut Alka sembari ikut memejamkan kedua matanya.
Hanya dalam hitungan detik, Alka dan Sabel telah berada di sebuah gua. Tepat di hadapannya, terdapat sebuah naga dengan banyak warna mendominasi tubuhnya. Untuk sejenak, Alka merasa takjub. Jadi, ini yang dimaksud oleh Sabel sebagai naga pelangi?
Tidak seperti tadi, Sabel kini berlindung di balik tubuh Alka. Tadi, ia sudah kelewat songong dengan naga itu. Jujur saja, Sabel masih takut, jika naga itu memang benar-benar ingin memakannya.
"Oh ada yang datang lagi ya," ucap naga itu, menyambut kedatangan Sabel dan Alka.
"Loh, Alka, kamu ngapain ke sini? Bukannya kamu harusnya masih di rumah sakit?" keluh Lian yang sedang terduduk di samping naga pelangi.
"Lepaskan Lian, dasar naga jelek!" pekik Alka sembari mengarahkan sebuah pedang putih dengan ujung lancip ke arah naga pelangi.
"Berani sekali kamu mengataiku jelek! Wajah pucatmu bahkan membuatmu terlihat seperti mayat hidup yang jauh lebih jelek dariku!" sarkas naga pelangi. Alka seketika menatap naga itu dengan sorot mata tidak suka.
"Apa katamu? Mayat hidup? Berani sekali mengataiku seperti itu!" geram Alka.
"Tidak, aku tidak akan memberikan teman bicaraku kepadamu!" sahut naga pelangi.
Alka seketika memejamkan matanya. Ia berusaha berpikir keras. Setelah menghabiskan beberapa menit untuk berpikir, akhirnya, Alka menemukan jalan keluarnya. Terbukti dari senyuman miring yang tercetak di wajahnya kini.
"Oh, butuh teman bicara ya? Sepertinya aku punya teman bicara yang cocok untukmu, naga," ucap Alka.
"Asalkan kau mau bertukar," imbuh Alka. Naga pelangi itu tampak mengembuskan napasnya.
"Bertukar? Bertukar dengan apa?" tanya naga pelangi itu.
"Ya dengan Lian lah! Memangnya mau bertukar dengan siapa lagi!" ketus Alka.
Sabel yang sedari tadi berada di balik tubuh Alka pun mulai menepuk bahu kiri Alka. Dari tatapannya, ia ragu, apakah Alka benar-benar telah menemukan solusi yang tepat, atau hanya solusi yang akan menjerembabkan mereka bertiga ke lubang yang salah.
"Alka, jangan main-main, gue gak mau mati sia-sia di gua menjijikkan ini!" keluh Sabel. Mendengar hal itu, Alka seketika menyunggingkan senyumnya.
"Tenang," sahut Alka.
Setelahnya, Alka mulai melemparkan pandangannya ke arah naga pelangi. Ia sedikit kaget, ketika melihat wajah naga pelangi yang sudah berada di dekat wajahnya.
"Tunjukkan tawaranmu!" perintah naga pelangi itu. Alka pun seketika menganggukkan kepalanya.
"Oke," sahut Alka menyetujui.
Alka seketika memejamkan kedua matanya, sementara bibirnya, mulai merapal sebuah mantra. Diam-diam, Sabel mulai mensejajarkan dirinya dengan Alka, membuat Sabel bisa menikmati wajah Alka dari dekat. Entah mengapa, wajah laki-laki di sampingnya terlihat sangat menarik perhatian Sabel.
Tanpa sadar, Alka mulai membuka matanya. Senyum di bibirnya, sukses membuat Sabel seketika terpaku. Begitu sukses menahan perhatian Sabel untuk tetap melihatnya.
"Bagaimana tawaranku? Menarik?" tanya Alka. Mendengar hal itu, Sabel sontak mengalihkan pandangannya ke arah naga pelangi.
Betapa terkejutnya Sabel, ketika melihat ada satu naga lagi yang berdampingan dengan naga pelangi. Sabel seketika mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Lo bawa naga dari bawah tanah ke sini?" tanya Sabel sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Iya, asumsi gue, naga pelangi sepertinya cowok dan naga yang dikurung di kerajaan gue sepertinya cewek, mungkin tawaran gue bisa berhasil," jawab Alka dengan penuh rasa tenang.
"Kalau naga pelanginya cewek gimana?" protes Sabel. Alka menghela napasnya.
"Ya udah, pake cara terakhir," balas Alka.
"Cara terakhir?" Sabel sontak menaikkan sebelah alisnya.
"Memberikan elo ke naga pelangi biar bisa menjadi santapannya," cetus Alka. Sabel langsung membulatkan matanya.
"Kok gue! Gue gak mau ya jadi makanannya si naga pelangi! Gue disuruh makan naga aja ogah, apalagi gue yang jadi makanannya naga, ya tambah ogahlah!" pekik Sabel dengan penuh rasa kesal. Mendengar hal itu, Alka lantas menghela napasnya.
"Ya udah, makanya elo berdoa supaya naga pelanginya cowok, biar strategi gue berhasil," desis Alka.