Haikal berjalan tergesa-gesa menuju ruangannya. Disela jalan cepat itu, masih sempat Ia mengancingkan lengan kemeja yang masih terbuka. Haikal khawatir Restu menunggu terlalu lama. Sedikit bersyukur karena jalanan Jakarta bisa diajak kerja sama, tidak sampai setengah jam Ia sudah sampai dari apartemennya.
Sampai di depan pintu, Haikal menghela nafasnya dulu. Lelah juga berjalan cepat dari basement, tapi jangan sampai Restu melihatnya acak-acakan.
Membuka pintu, sudah terlihat Restu duduk di kursi kerjanya. "Pagi, Pak. Maaf agak terlambat hari ini," ujarnya.
Restu mengangguk, "Gak masalah. Tapi tumben Kamu terlambat?"
Haikal duduk di sofa ruangannya, membuat Restu ikut pindah ke tempat yang sama. Jalan pria lewat paruh baya yang dibantu tongkat itu tampak mengkhawatirkan, maka gesit Haikal membantunya.
"Hahh. Makasih Haikal." Restu duduk.
Haikal tersenyum simpul, "Tumben Bapak kesini. Ada hal penting pasti," ujarnya.