Chereads / Laboratory Doctor and Activist / Chapter 13 - Kak Adri

Chapter 13 - Kak Adri

Hari masih pagi, Januar memanfaatkannya untuk jogging sebentar sebelum berangkat ke kampus. Udara pagi yang sejuk khas kota Bandung itu tidak bisa dilewatkan bukan? Januar berlari mengelilingi komplek tempat kost nya. Komplek perumahan itu tidak mewah, biasa saja, namun cukup luas. Para warga yang tinggal disana juga sangat ramah, terbukti dari beberapa orang menyapa Januar terlebih dahulu saat mereka berpapasan di jalan. Mungkin karena Januar juga aktif bersosialisasi dan berkontribusi di lingkungan itu, para warga menaruh perhatian positif padanya.

"Eh Kang Januar, sarapan dulu sini Kang," ajak seorang ibu-ibu pemilik warung nasi.

"Iya Teh, hatur nuhun, di kostan ada yang masak hehe."

"Euleuh rajin pisan ya, padahal kost nya cowok semua."

"Iya Teh, kebetulan aja dia suka masak. Tipayun Teh."

"Mangga."

Kurang lebih begitulah hangatnya warga komplek. Tidak hanya Januar, teman-teman kost nya pun diperlakukan sama. Tidak ada tradisi senioritas antara pendatang dan pribumi di wilayah itu.

Sesampainya di gerbang depan kost, ponsel Januar berdering.

Mamah is calling ....

Januar tersenyum sebelum menggeserr tombol hijau di layar ponselnya itu

"Halo Mah," sapa Januar.

"Waalaikumsalam," sindir Ibu Januar.

"Hehe iya. Assalamualaikum Maah, gimana kabar?"

"Alhamdulillah baik. Bapak juga sehat. Kamu kumaha? Damang?"

"Alhamdulillah baik juga Mah. Oh ya belum ngabarin, Januar kepilih jadi Ketua BEM FT Mah, baru aja dua hari lalu pemungutan suaranya."

"Masya Allah, Alhamdulillah atuh. Selamat ya Jan, semoga amanah," ujar Ibunya heboh.

"Pak, ini anaknya udah jadi Ketua BEM FT cenah," lapor Ibu pada Bapaknya.

"Hah? Wah mantap Jan! Sebagai alumni, Bapak percaya dan bangga sama Kamu. Semoga kedepan BEM FT dan FT ITB semakin maju dibawah kepemimpinan Kamu. Semangat!" ujar sang Ayah penuh semangat.

Januar tersenyum lebar, hatinya menghangat mendengar perhatian kedua orangtuanya itu. Ketiganya lanjut bercerita hingga Januar pamit untuk bersiap-siap berangkat ke kampus.

Jam setengah tujuh pagi, Januar sudah siap dengan barang bawaannya untuk ke kampus pagi ini. Januar lebih bersemangat karena hari ini Ia akan bertemu dengan sembilan calon ketua departemen BEM yang sudah didiskusikannya bersama Gandhi kemarin siang.

"Weh ini Ketua BEM semangat bener kayaknya," sapa Jeffrey ketika keduanya bertemu di dapur. Anak kost yang disebut Januar memasak itu tak lain adalah dirinya.

"Semangat dong Jef, demi FT yang lebih baik. Asiikk, lebih baik gak tuh."

"Hahaha yaelah gak sekalian Lo orasi disini Bang."

"Ya enggak lah, disini Gue mau makan."

"Nih makan, udah Gue masakin nasi goreng."

"Mantap, anak Tekpang emang the best," ujar Januar sembari mengambil sendok, bersiap untuk sarapan.

Sementara itu, Jeffrey senyum-senyum sendiri melihat Januar setelah mendengar kalimat terakhirnya.

"Oh gitu ya Jan. Kalo Adri gimana Adri?"

Januar menghentikan aktivitasnya menyendok nasi goreng.

"Bentar, kok tiba-tiba Adri?"

"Yeuu, dikata Gue gak liat apa Lo berdua pas pemungutan suara? Bang Gandhi Lo tinggal sendiri pas sesi selametan, Lo malah asik banget ngobrol sama Adri, pake diktein nilai segala lagi, mencurigakan."

Januar melanjutkan aktivitas makannya, "Terus? Udah, gitu doang?"

"Ya Gue nanya, Adri gimana? The best gak?"

"Ya the best dong, kan Mapres utama."

"Ah udahlah, susah ngomong sama yang suka denial. Tunggu aja tuh gosipnya paling bentar lagi nyebar, fans Lo kan paparazzi."

"Iya termasuk Lo kan?"

"Sorry Gue fans nya Adri, bukan Lo."

"Kasian Adri punya fans macem Lo."

Ditengah tengah keributan itu, Jevan muncul. Ia sudah siap berangkat. Beda dengan Januar yang harus makan nasi di pagi hari, Jevan cukup meminun segelas susu UHT sebagai sarapan.

"Apanih daritadi ribut-ribut. Januar Adri kenapa?" tanya Jevan.

"Lo kenal Adri?" tanya Januar cepat.

"Kenal. Pernah ketemu di Surabaya, terus kemaren ngajak penelitian bareng."

"Ngapain di Surabaya?"

"Hiyaa Januar mulai panas kayaknya."

"Conference."

"Oh."

"Kenapa dah jadi bahas si Adri?"

"Ini Jev, ada yang lagi PDKT," ujar Jeffrey sembari menunjuk Januar.

"Sama siapa?"

"Sama Gue! Ya sama Adri atuh!"

"Yeu gak usah nge gas juga Lo Jepri! Beneran Jan?"

Januar sudah menandaskan sarapannya, "Sebenernya Gue gak suka istilah PDKT, kesannya childish banget. Tapi konteksnya mungkin sama ... I want to know her more, let it flow for now."

"Oh, I see. Good luck, Jan. Anaknya baik, smart, independent, logis."

Januar tertawa, "Gue gak salah menilai rupanya. Anyway kalian kapan running penelitian?"

"Baru mau ketemu siang ini, belum deal juga. Kok Lo tau kayaknya?"

"Iya dia cerita katanya mau hire anak SITH buat project terbaru dia sama Theo."

"Keren banget kalian, mapres semua," ujar Jeffrey.

"Biasa aja Jef. Jan, Gue nebeng kampus."

"Oke, Lo yang nyetir deh."

****

Setelah dzuhur dan istirahat, Adri sudah mengabsen praktikan untuk Praktikum Rekayasa Pangan, dimana Januar juga terdaftar disana. Adri terus mengurutkan nama sesuai abjad hingga Ia memanggil Januar.

"Darren Januar Winata."

"Hadir," ujar Januar menghampiri Adri. Tak lupa, sebuah senyum terulas disana.

Adri mendadak salah tingkah, Ia cepat-cepat memberi tanda ceklis di kolom absen Januar.

"Oke, jas lab nya tolong dikancing semua ya," ujarnya sedikit menegur.

"Oh, oke," ujar Januar. Ia sedikit malu, baru paham kalau laboratorium di Tekpang lebih ketat dari departemennya.

Praktikum kemudian berjalan seperti biasa, dimulai oleh Adri yang menjelaskan prosedur-prosedur yang akan mereka lakukan. Hari ini topik mereka adalah melanjutkan analisis minggu kemarin, mengukur kepekatan hasil reaksi enzimatis.

"Nanti kalau semua sudah selesai, baru ke ruang instrumen. Kita akan ukur dengan spektrofotomer bareng. Jadi nanti tolong PJ kelas atur gimana biar waktu mulai dan selesainya bisa bersamaan ya. Apa ada pertanyaan sampai sini?"

Hening

"Oke kalau gak ada, siapa PJ kelasnya?"

"Belva kak."

"Oke Belva, nanti Kamu atur ya, panggil Saya di ruang asprak lima belas menit menjelang selesai. Saya ada rapat mendadak dengan dosen koordinator abis ini. Kalian bisa kan kerja sendiri? Prosedurnya sama kayak kemarin dijelasin."

"Bisa kak."

"Oke good."

Adri kemudian pamit ke ruang asprak setelah menastikan seluruh kelompok dalam kelas siap bekerja. Ia sedikit mengkritik dosennya karena tiba-tiba mengadakan rapat. Tapi apa boleh buat, dosennya itu mungkin tidak ada waktu lain.

"Semangar Kak Adri rapatnya," ujar seseorang ketika Adri melepas jas lab nya didekat pintu masuk.

"Iya, semangat kerjanya ya," jawab Adri tanpa menoleh ke arah orang yang berbicara.

Selesai melepas jas labnya, Adri menoleh cepat, itu Januar. Adri mengerutkan keningnya, "Kak?" ujarnya pelan.

Tanpa berkomentar, Januar berlalu begitu saja sambil tersenyum penuh arti.