Chapter 15 - Jevan

Adri, Theo, dan Jevan sedang berkumpul di coffee shop dekat rektorat untuk membicarakan penelitian mereka kedepan. Pertemuan mereka harus diundur karena ternyata Jevan ada jam kuliah pengganti sampai pukul lima.

"Jadi gimana menurut Lo Jev? Bisa gak kalo gitu?" tanya Theo pada Jevan begitu Adri selesai menjelaskan konsep penelitian mereka yang akan menggunakan teknik rekayasa genetik.

Jevan mengangguk, "Bisa, dan ini pas banget sih sama penelitian yang mau Gue lakuin," ujarnya.

"Oh gitu? Lo udah pernah sebelumnya?"

"Iya Dri, ada mata kuliah pascasarjana yang Gue ambil semester ini, dari departemen Bioteknologi, tapi mereka spesialisasinya ada yang buat pangan,"

Adri membulatkan bibirnya, "Keren ya, Gue jadi pengen coba juga ngambil SKS di SITH, Gue suka biologi dari dulu soalnya, tapi masuknya di Tekpang."

"Good option Dri."

"Jadi kita harus R&D di lab SITH ya kayaknya di tahap kedua, tahap persiapan bahan baku dan fermentasi bisa di lab Tekpang?" tanya Theo memastikan.

"Yes," jawab Jevan.

"Oke, jadi kita deal ya Jev? Lo mau join kita?"

"Iya siap, semangat buat kita,"

"Yoii,"

"Sekarang bagi tugasnya aja Yo," saran Adri.

"Oke. Buat urusan administrasi biar Gue, sama Jevan juga berarti ya buat yang di SITH."

"Terus Dri, kalo Lo yang prepare bahan baku buat di lab Tekpang, dan Jevan di SITH gimana?"

"Boleh boleh," jawab Adri dan Jevan kompak.

"Oke terus ... secara umum, operasional lab Tekpang bakal sama Adri, dan lab SITH sama Jevan. Gue, di keduanya,"

"Oke boleh."

"Terus nanti Gue bakal list analisis yang kita lakuin setelah produk jadi, kalian pilih aja."

"Sip. Timeline gimana Yo? Udah ada?"

"Belum Jev, baru besok pagi ya Gue kirim, soalnya kan kita baru diskusi sampe sini."

"Okedeh ditunggu."

"Okesip. Itu aja ya Dri kayaknya yang mau kita bahas?"

Adri mengangguk, "Iya, Jevan ada tambahan gak?"

"Cukup kok sejauh ini."

"Oke, kalian mau balik abis ini?" tanya Theo.

"Enggak, Gue stay disini sampe malem kayaknya, mau masukin nilai, bikin laporan praktikum tadi pagi juga."

"Rajin banget Dri. Lo juga Yo?"

"Kagak, mau balik Gue, capek abis ngasprak, Lo?"

"Mau minum kopi dulu bentar, abis itu balik."

Setelah memastikan semuanya jelas, Theo pamit pulang duluan menyisakan Adri dan Jevan. Keduanya sedang menunggu pesanan mereka sembari mengobrol ringan. Tak perlu waktu lama untuk Adri akrab dengan Jevan, karena sepertinya Jevan orang yang sangat easy going.

"Lo aktif organisasi gak Dri?"

"Enggak, belum minat Gue," jawabnya.

"Oh gitu, Gue bingung ini mau ikut HIMA atau enggak tahun ini."

"Baru rekrutmen emang?"

"Iya, agak telat. Tekpang udah ya?"

"Udah, karena ketua sebelumnya ada exchange atau apa gitu ke luar negeri, jadi wakil satu maju jadi PLT dulu, tapi dia udah reorganisasi penuh sebenernya."

"Oh bisa gitu ya?"

"I don't know, mungkin karena mendesak kali."

"Kenapa Lo gak daftar HIMA Dri?"

Adri tampak sedikit berpikir, "Gue cuma merasa gak cocok kalau ada di lingkungan itu Jev."

"Gak cocoknya gimana?"

"Kayak merasa beda dunia aja gitu, beda kebiasaan, beda frekuensi, tapi kalo dikasih proker ya Gue yakin bisa jalanin, masalah lingkungan aja."

Jevan mengangguk paham, "Iya sih, walaupun Lo kompeten, kalo lingkungan gak cocok ya susah."

"Ya, begitulah. Kalo Lo? Kenapa ragu?"

"Masalah time management, Gue lagi ngejar fast track di semester depan, jadi ya Lo tau deh, itu bakalan sibuk banget, dan HIMA juga sibuk. Tapi di satu sisi, Gue gak punya pengalaman organisasi selama di kampus."

"I see. Tapi masa sih gak ada pengalaman organisasi?"

"Ada sih, tapi gak gede-gede banget, paling kayak volunteer, kepanitiaan gitu."

"Menurut Gue sih Jev, Lo cari pengalaman organisasi tapi gak terlalu mengikat kayak HIMA, misalkan kaya tadi, kepanitiaan. Itu kan kayak ikut terus lepas, gak sepanjang tahun."

"Gitu ya Dri, bisa sih, Gue juga ragu sama kapasitas fisik Gue kalo terlalu sibuk."

"Iya Jev, jaga kesehatan apalagi mau fast track."

"Lo tertarik gak sih ikut fast track?"

"Gue tertarik, tapi dari S2 ke S3."

"Kenapa gak S1 ke S2?"

"Gue mau kerja dulu di industri dua tahun, rasanya Gue nol banget kalo langsung lanjut S2."

"I see."

"Lo udah pernah kerja Jev?"

"Pernah, waktu itu Gue cuti satu semester buat magang sekaligus uji coba kerja di Jepang, Management Trainee gitu."

"Kok bisa sih? Setau Gue MT itu di set buat selama at least satu tahun."

"Bisa, kebetulan perusahaannya membebaskan gitu berapa lama kita mau stay di perusahaannya."

"Oh gitu."

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Seperti biasa, Adri memesan kopi hitam tanpa gula. Jevan didepannya tidak menyangka-nyangka mengetahui selera Adri yang cukup langka diantara semua teman perempuan yang pernah Ia temui.

"Lo suka banget kopi Dri?"

"Iya, kenapa emang?"

"Gak sih, Gue gak pernah ketemu temen cewe yang hobinya kopi, teh aja jarang."

"Gak tau deh, Gue suka aja. Lo juga suka banget itu sama vanilla latte?"

"Gak sih, Gue suka banyak hal, tapi kalo kopi pahit sih enggak, Januar yang suka."

Adri sedikit terkesiap ketika Jevan menyebut nama Januar, Ia seketika teringat pertemuan terakhirnya dengan Januar tadi sore.

"Eh iya katanya Lo temen kost nya Januar?"

"Iya, kok tau?"

"Januar yang bilang."

Jevan mengangguk, "Udah deket ya kalian sampe berbagi cerita? Tadi pagi Januar yang ke gap lagi ribut ama Jeffrey ngomongin Lo."

"Wah jadi Gue dighibahin gitu? Parah si Jeffrey."

"Kayak gak tau aja, dia kan kompor."

"Haha Gue gak akrab banget sebenernya sama dia, cuma kenal karena dia ketua HIMA."

"Nah ini, Gue heran Lo dikelilingi para aktivis tapi kenapa gak tertarik buat join organisasi?"

"Entah Jev, apa Gue belum bisa keluar dari zona nyaman, atau gimana gak ngerti."

"Interest orang kadang susah diubah sih Dri."

"Bener."

Januar kemudian memeriksa ponselnya. Menit selanjutnya, Ia teringat sesuatu.

"Eh ya, bukannya pelantikan BEM FT hari ini? Ini Gue nandain di kalender."

"Hah? Iya ya, Gue juga gak inget. Tapi tadi sore Gue masih ketemu Januar, gak ada tanda-tanda dia mau ada acara penting, malah katanya mau ketemu calon kadept BEM."

"Oh, diundur kayaknya sampe kebentuk semua."

"Berarti dia bakal oprec dulu gitu?"

"Kayaknya sih gitu, lagian nanggung juga gak sih kalau cuma ngelantik Ketua sama Wakil Ketuanya?"

"Iyasih, kerja dua kali."

"Lo dateng gak nih Januar pelantikan nanti?" goda Jevan sembari tersenyum-senyum.

"Gue bilangnya sih dateng."

"Asik banget si Januar dapet jabatan, dapet pacar pula," ujar Jevan sembari tertawa.

Adri sedikit tersedak mendengar kata 'pacar' terlontar dari Januar, "Hah? Pacar? Duh enggak deh Jev, gak banget."

Jevan mengerutkan dahinya heran, "Kok nggak banget? Bukannya iya?"

"Engga engga, gak sampe situ, we just ... like ... we close?"

"Oh gitu, satu suara dong ya sama Januar, tadi pagi juga dia bilang begitu."

"Oh ya?"

"Iya. Terus nanti mau ngasih apa gitu ke Januar di hari pelantikan?"

Adri memiringkan kepalanya, "Harus banget?"

"Ya ... why not kan?"

Adri tampak berpikir, "Januar sukanya apa sih Jev?"

"Banyak sukanya dia mah, general seleranya."

"Kalo orang baru dilantik biasanya dikasih apa ya?" ujar Adri dalam hati.