-Moirai Valentine-
--Kata orang ganteng itu relatif dan jelek itu realita, tapi bagi Maura seorang Erlangga adalah makhluk aneh perpaduan keduanya, tampang ganteng dan sifat jelek—
--Ruangan kelas, 09.50 Pm, suasana menegangkan. Pertemuan antara makhluk langka beruang kutub dan jelmaan barongsai—
Kesal.. kesal.. dan kesal..
Tiga kata yang menjadi kesatuan huruf yang cukup untuk menggambarkan kondisi Maura Magen saat ini. Satu jam setengah ia menghabiskan untuk berpura-pura tidur hanya untuk mengecoh teman sekamarnya sampai ia bisa menyusup keluar asrama dengan aman.
Tujuannya hanya satu, yaitu merebut file yang berisi surat yang di kirimkan oleh Erlangga.
Tapi dia malah terjebak dengan si pembuat keributan di dalam kelas itu, entah ini kesialan atau keberuntungan.
"Jadi, kenapa kau ke sini juga?" tanya Erlang setelah cukup berdaham mencairkan suasana.
"Lo sendiri kenapa ke sini? Mau nyari hantu?" bukan menjawab Maura justru balik bertanya.
Sudah menjadi rahasia umum bagi seluruh siswa, termakan cerita mistis yang entah berasal dari siapa, bahwa tempat ini berhantu kala malam hari.
Padahal jelas itu hanya berita hoaks yang dibesar-besarkan supaya siswa-siswa yang penakut tidak menginjakkan kakinya di sekolah setidaknya di malam hari, di mana orang bisa menyusup ke ruangan guru untuk menukar hasil ujian mereka, kampret!
Entah berapa kali dia dan Luna merencanakan hal itu, mengingat otaknya masih di bawah rata-rata.
Salah satu alis Erlang terangkat. Gadis di depannya ini memang penuh kejutan. Buru-buru mau cari hantu, dia saja ketakutan dari tadi, sialan!
Erlang menghela napas panjang. Ekor matanya menyusuri gadis di depannya, walaupun hanya terlihat samar-samar.
Rambut panjang yang dibiarkan terurai dengan piyama tidur berbentuk gaun lengan panjang dengan renda berwarna putih gading. Jika dilihat sekilas gadis itu lebih mirip kuntilanak dari pada manusia, pantas saja ia langsung berteriak tadi.
"Lo pikir hantu bisa ditangkap apa," ucap Erlang.
'Maura Oktavia Magen.'
Erlang mencoba mengingat tiga suku nama itu. walaupun dia akui jika dirinya tidak terlalu banyak mengetahui tentang Maura, tapi sekilas dia mengakui keberanian gadis itu menyusup ke sini juga.
'Itu artinya dia kalah dong, sialan!!' gerutu Erlang dalam hati.
"Ya siapa tau kan."
"Cari buku, soalnya ketinggalan tadi siang. Besok kami ada ujian," ucap Erlang seraya menjelaskan sambil mengangkat buku yang ada di tangannya. "Lo sendiri ngapain malam-malam ke sini, nyari hantu juga?"
Gerr…
"Sorry ya, para kaum dedemit sejenis setan dan hantu gak berani dekat-dekat sama gua, kan kita tidak pernah berteman. Kau tau pepatah dilarang berdekatan dengan orang asing."
Erlang tersenyum kecut seraya menahan diri untuk tidak menganga. Nih cewe stress atau dia nya yang tidak mengerti.
"Aku cari file yang ditinggalkan temanku." Maura mendekat, "Boleh pinjam sentarnya? Gua kelupaan bawa soalnya," lanjut Maura.
"Ngapain cari file malam-malam? Kan bisa besok."
Erlang tidak habis pikir kemana lagi jalan pikiran cewe aneh di depannya itu. jika dirinya kan sudah jelas besok mereka ujian otomatis harus diambil malam ini, nah ini cewe apa besok ujian juga sampai memerlukan file itu segera?
"Ck!! Ini semua gara-gara Lo ya."
"Lah salah gua apa?" Erlang bahkan baru datang, jadi di mana letak kesalahannya.
Maura menghela napas. Ia melihat Erlang yang sedang memasang raut waspada sekaligus bingung.
"Itu file berisi copy-an surat yang lo kirimkan ke aku. Teman-teman kelas ku berencana untuk menyebarluaskannya besok. Nah makanya kau ambil start dulan."
"Surat yang mana?"
"Lo hilang ingatan ya, jelas surat valentine, dodol!!"
"Ahh surat itu?" Erlang mengangguk saat dia sudah mengingat semuanya.
Bukan surat sebenarnya, hanya kumpulan kata-kata nista yang dia buat dadakan dan dikutip dari berbagai jenis buku secara tidak rela. Jika bukan karna kalah taruhan mana sudi dia melakukan itu, dan sial benar nasibnya karna itu juga surat cinta pertama yang dia tulis seumur hidup.
Kampret!!
"Kreatif juga kelas lo, dan itu tandanya ada kemajuan buat kelas F untuk mengabadikan moment bersejarah," jawab Erlang santai.
Maura mendenggus kesal, sepertinya si berung kutub di depannya ini tidak memahami apa maksudnya tadi.
"Kreatif embahmu!! Mereka mau menyebarluaskan suratnya ke seluruh sekolah wahai tuan Erlangga Lorenzo!!"
Erlang terdiam beberapa saat, otaknya tampak berpikir sejenak. Jika beritanya menyebar itu artinya seluruh siswa akan tau. Jika seluruh siswa sudah tau maka tidak menutup kemungkinan Sella juga tau. Dengan kata lain maka dia akan tamat.
Erlang mengelingkan kepalanya dengan cepat, cukup kebodohannya kalah taruhan dengan Bintang. Untuk yang satu ini biarlah dia sembunyikan.
"Lo kenapa tidak bilang dari tadi!! Sini aku bantu, ini kasus sudah siaga satu."
Erlang menyerahkan bukunya agar Maura memegangnya sedangkan dirinya menyusuri seluruh ruangan dengan menenteng sentar di tangannya.
Maura memutar matanya bosan, dari tadi juga dia mau bilang kali, dasar kampret!
---Moirai Valentine---
Setelah satu jam setengah kemudian mereka menyerah saat tidak ada tanda-tanda file itu akan ditemukan. Erlang beringsut duduk bersandar di dinding bersama Maura yang sudah beberapa kali menghela napas beratnya.
"Kamu yakin filenya ada di kelas ini?" tanya Erlang.
"Yakin aku!! Temanku sendiri yang mengatakan jika dia meninggalkannya di kelas terakhir."
Maura menggingit bibir dalamnya gelisah. Keningnya berkerut, apa dia salah mengingat ya?
"Err.. kayanya bukan kelas ini deh," bisik Maura memelan.
Erlang langsung refleks begitu mendengarnya. Pria itu melototkan matanya. Setelah bersusah payah mencari ke seluruh sudut ruangan kini patnernya malah ragu ini kelas yang benar.
'Bunuh diri sekarang juga, sialan!!'
"Lelocon Lo gak lucu sumpah!!" seru Erlang.
"Ish serius ini. Kayanya di kelas seni."
Damn it!!
Erlang menghela berat seraya menepuk dahinya dengan pelan. Wajahnya menunjuk menahan rasa kesal sambil menatap arlojinya yang sudah menunjukan hampir tengah malam.
Jika pencarian ini di teruskan maka fix dia akan pulang ke asramanya saat subuh.
"Gua nyerah, ini gak bisa diterusin lagi." Erlang mengangkat tangannya.
"Lah, terus ini gimana dong!! Kan lo sendiri yang bilang kasus ini siaga satu."
"Siaga satu itu satu setengah jam yang lalu. Untuk saat ini siaga satu untukku adalah pergi tidur, sialan!! Besok aku ujian." Erlang meninggikan suaranya karena kesal.
"SIAPA DI SANA?"
Degh..
Erlang memandangi Maura, mereka sama-sama melotot saat suara si panjaga malam sedang berpatroli.
Kurang sial apa lagi mereka saat ini?
Erlang menarik Maura untuk bersembunyi di balik pintu saat si penjaga malam masuk ke dalam kesal. Suara detakan jantung mereka beradu dengan tubuh kaku terhimpit satu-sama lain.
Erlang menahan napasnya begitu pula dengan Maura yang menekan keras seraya mendekap buku milik Erlangga dalam pelukannya. Matanya terpejam ketakutan.
"Sepertinya hanya perasaanku saja," ucap penjaga malam sebelum berlalu melanjutkan patrolinya.
Bersambung…
***Selamat membaca***