Kamu itu matahari, menyinari isi bumi begitu juga diri ini.
.
.
.
.
Rinai dan Aldo berjalan keluar Bandara Juanda, dengan pemikiran masing-masing yang melayang entah kemana.
Netra coklat Rinai, menatap banyak manusia yang berlalu-lalang di Bandara, entah ada yang mengantar sanak saudara, tersenyum bahagia atau bahkan kata terluka menjadi bumbunya. Terkadang malah kita tidak tau, air mata yang jatuh menandakan bahagia atau malah rasa luka? Kita tidak tau bagaimana keadaan dan perasaan setiap orang.
Rinai masih setia menatap manusia-manusia yang berlalu-lalang tak hentinya. Entahlah, mengapa semua terasa berbeda saat bisa melihat banyak manusia didepan mata. Karena, kalian tau? Lagi dan lagi menjadi pengamat adalah pekerjaan indah untuk sosok Rinai Hujan.
"Rinai, kamu tau nggak sih. Kenapa manusia itu suka banget nangis?" Rinai memperhatikan Aldo, laki-laki disampingnya itu masih melanjutkan jalan dengan netra yang melihat kesamping nya. Tentu saja, itu Rinai Hujan.