Setelah 20 menit berlari, akhirnya hukuman Aleena selesai. Sungguh, ini adalah saat di mana Aleena akan ingat seumur hidupnya. Saat di mana ia dihukum karena sebuah alasan sepele yang harusnya tak pernah dilakukan sang gadis sebelumnya.
Lelah, panas, haus, dan juga.. lapar. Itulah yang Aleena rasakan sekarang. Kaki jenjangnya mulai mengayun untuk sampai ke tribun pinggir lapangan. Kepalanya tertunduk dalam.
Iya, gadis itu terus menunduk karena kepalanya telah merasa pusing akibat hukuman sang guru kepadanya. Terlebih lagi kondisi perutnya yang masih kosong belum terisi apa-apa.
"Udah selesai?" Sebuah pertanyaan berhasil membuat Aleena mendongak menatap ke arah sumber suara. Gadis itu memandang Mikael yang tengah duduk bersantai sembari memakan sebungkus makanan dengan riang. Mulutnya pun masih sibuk mengunyah saat berbicara.
Kayaknya ada yang aneh, pikir Aleena. Gadis itu memang cukup curiga dengan kedatangan Mikael yang tiba-tiba. Hingga beberapa saat kemudian,
"Ya ampun, makanan aku!" teriak Aleena langsung berlari mendekati Mikael. Tak lupa pula dengan memberikan tatapan membunuh pada lelaki di depan sana.
"Kenapa makanan aku kamu makan?!" tanya Aleena dengan meninggikan suara. Gadis itu teramat kesal dengan lelaki tak tahu diri di depannya. Sungguh membuat Aleena kesal setengah mati karena setiap tingkah lakunya.
"Oh, ini makanan lo? Udah gue makan dari tadi," jawab Mikael enteng. Lelaki itu pun hanya mengedikkan bahunya acuh pada Aleena.
"Cuma itu?" tanya Aleena masih berusaha mengontrol emosinya. Entah mengapa hanya dengan melihat wajah Mikael membuat Aleena kalang kabut saking kesalnya.
"Terus?" ucap Mikael balik bertanya. Tangannya dengan ringan kembali melahap makanan milik Aleena dengan raut wajah tanpa dosa.
Bugh!
"Akh! Lo apa-apaan sih!" pekik Mikael saat lengannya merasa sedikit nyeri akibat pukulan keras dari gadis di depannya. Pukulan yang sebelumnya ia anggap remeh ternyata sakit juga.
"Rasain, emang enak! Lagian kamu ngapain makan makanan aku, hah? Mana tadi antrenya lama lagi! Asal kamu tahu ya, gara-gara beli makanan itu, aku dihukum lari keliling lapangan sama Pak Narto! Terus sekarang, makanannya malah kamu makan seenak jidatmu aja gitu?! Terus aku tadi sampai rela dihukum buat apa, bego?!" hardik Aleena dengan kalimat yang begitu panjang pada lelaki bertampang datar di depannya. Matanya pun telah melotot karena Mikael yang lagi-lagi membuat ulah. Dan sekarang, bukannya menyadari kesalahan yang ia lakukan, lelaki itu malah tersenyum dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu gila?! Kenapa malah senyum, hah?!" tanya Aleena masih enggan untuk menurunkan nada bicaranya.
"Lo gemoy banget, sih!" ucap Mikael memuji sembari memberi isyarat nakal lewat kedipan mata.
"Ish, najis! Siapa juga yang mau dipuji sama setan kayak kamu!" elak Aleena tak terima saat telinganya mendengar sebuah pujian keluar dari mulut Mikael. Entah mengapa, rasanya semakin membuat ia kesal saja.
"Dih, masih untung ada yang muji!" ucap Mikael tak mau kalah berdebat dengan Aleena. Tangan lelaki itu telah bergerak untuk menaruh kotak makanan itu tepat di samping tubuhnya.
"Ck, aku nggak butuh pujian kamu! Yang aku butuhkan sekarang itu tanggung jawab kamu! Sini!" protes Aleena sembari menyodorkan tangan ke arah Mikael.
"Tanggung jawab? Emang gue hamilin lo apa?" tanya Mikael dengan raut wajah polosnya. Nada bicaranya pun terdengar begitu datar hingga membuat Aleena tak bisa mengontrol emosi detik itu juga.
Bugh!
"Sialan! Bukan itu maksudnya!" sentak Aleena setelah memberikan pukulan keras pada Mikael untuk kedua kalinya.
"Buset, lo suka banget sih nonjok gue!" protes Mikael tak terima. Lelaki itu kini telah berdiri sembari menundukkan kepala memandang Aleena yang jauh lebih pendek di depannya.
"Ya lagian kamu, sih! Kenapa suka banget nyari gara-gara?!" Aleena masih terus berdebat dengan menggunakan nada angkuhnya. Sudah cukup, Aleena sudah tak bisa sabar saat menghadapi lelaki seperti Mikael.
"Nyari gara-gara apaan? Orang gue cuma makan!"
"Tapi yang kamu makan itu makanan aku, El!" ucap Aleena langsung menjawab ucapannya.
Mikael yang sebelumnya fokus memandang manik mata Aleena kini berpindah objek saat merasakan sang gadis mengubah posisi tubuhnya.
Tatapan yang angkuh, dagu yang terangkat, serta tangan yang berkacak pinggang. Ini adalah kali pertama seseorang berani melakukan itu di depannya.
"Lo lagi nantang gue?" tanya Mikael sembari menaikkan salah satu sudut bibirnya. Tatapannya pun tengah memandang remeh gadis di sana.
"Nantang apa lagi, sih? Aku cuma mau kamu ngganti makanan aku, itu aja! Aku laper banget, El!" ucap Aleena mulai menggunakan nada rendah di setiap kalimatnya. Tak ada lagi sentakan atau pun hardikan yang gadis itu lontarkan pada Mikael.
Aleena sudah kehabisan tenaga. Sungguh berdebat dengan Mikael adalah hal yang tidak berguna.
Kaki Aleena berjalan untuk duduk di tribun tepat di samping Mikael. Tangannya pun sesekali bergerak untuk menghapus peluh keringat di keningnya.
"Nggak, gue nggak mau ganti!" tolak Mikael langsung meninggalkan Aleena begitu saja.
Lelaki itu berjalan begitu santai berharap ucapannya pada Aleena akan semakin membuat gadis itu geram.
Namun setelah beberapa meter berjalan, lelaki itu merasa ada yang aneh. Kenapa dia nggak teriak manggil nama gue? pikir Mikael.
Di saat itulah tubuh Mikael berbalik memandang ke arah Aleena. Dan benar saja, gadis itu telah tak sadarkan diri di tempat yang masih sama.
"Ck, sialan!" Kaki Mikael langsung berlari untuk kembali kepada Aleena. Dengan cepat, lelaki itu menggendong sang gadis ala bridal style menuju ke UKS untuk memastikan keadaannya.
Kondisi sekolah yang memang masih memasuki jam pelajaran membuat setiap koridor sepi tak ada siswa. Hanya ada beberapa orang yang berpapasan dengan keduanya, itu pun karena tak sengaja.
Dan sudah dapat dipastikan pula, berpapasan dengan mereka saat Mikael tengah menggendong seorang pasti pasti langsung menjadi buah bibir di SMA Garuda.
Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, kaki Mikael sudah sampai di UKS. Lelaki itu meletakkan tubuh Aleena di brankar sana.
Tak lama setelahnya, seorang wanita paruh baya dengan menggunakan jas warna putih mendekat ke arah mereka.
"Dia kenapa?" tanya wanita itu pada Mikael.
"Saya juga nggak tau, Bu! Tapi tadi dia habis dihukum buat lari keliling lapangan," ucap Mikael setahunya.
Tanpa banyak bertanya lagi, wanita itu pun langsung mengecek kondisi Aleena.
Sedangkan Mikael, bukannya menunggu untuk mengetahui keadaan Aleena, lelaki itu malah pergi begitu saja.
Langkah lelaki itu terus berjalan menjauh meninggalkan ruang UKS entah kemana.
Namun siapa sangka, apa yang tengah lelaki itu pikirkan benar-benar di luar kebiasaannya.
Mikael yang saat ini telah berada di kantin, memesan 3 bungkus ayam geprek dan juga 3 botol air mineral. Makanan yang sama persis seperti yang ia makan sebelumnya. Namun kini, ia membelinya untuk Aleena.