Kaki Vino terus berlari untuk sampai di ruang UKS SMA Garuda. Raut wajahnya begitu panik saat mendengar Aleena pingsan saat menjalankan hukumannya.
Ada apa ini? Mengapa ia mendapat kabar tentang Aleena terlambat sekali? Dan sekarang, bagaimana keadaannya? Apakah Aleena baik-baik saja?
"Minggir-minggir!" teriak Vino saat lelaki itu mencoba membelah kerumunan siswa yang berada di depan ruang UKS. Memangnya ada hal menarik apa yang membuat mereka sampai rela berdesak-desakan seperti ini?
"Gila! Tuh cewek berani banget!"
"Dasar, cewek nggak tau diri!"
"Gatel banget tuh anak baru! Awas aja, ya!" Suara-suara seperti itu terus terdengar di telinga Vino. Namun entahlah, ia tak tahu apa maksudnya. Karena untuk saat ini, ia hanya mengkhawatirkan gadis di dalam sana.
"Gue bilang minggir!" Teriakan Vino yang sebelumnya rupanya tak cukup untuk membubarkan mereka. Riuhnya para siswa membuat suara lelaki itu kalah dengan seluruhnya.
Bahkan saat ini, tubuh Vino terhimpit saat ia hampir menggapai pintu UKS yang sudah berada di depannya.
"Anjir, mereka semua pada kenapa sih!" ucap Vino ngedumel saking kesalnya.
Tinggal sedikit lagi, dan.. sampai. Tangan lelaki itu yang panjang akhirnya mampu menggapai handle pintu. Dalam sekali gerakan, Vino langsung masuk tanpa permisi ke dalam UKS sana.
Untuk beberapa saat, tubuh Vino berbalik untuk menutup pintu itu, berharap tak ada kegaduhan dari siswa yang sampai di dalam ruangan. Namun saat lelaki itu kembali mengedarkan pandangannya, raut wajah lelaki itu seketika berubah.
Wajah Vino yang sebelumnya memancarkan rasa khawatir kini berubah saat ia melihat interaksi antara Aleena dan juga musuh bebuyutannya.
Di sana, Vino melihat tangan sialan Mikael tengah mengacak-acak rambut Aleena dengan begitu gemas. Lelaki itu pun tengah menampilkan senyum yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.
Aleena dan Mikael tengah bercengkerama seolah keduanya memang sudah akrab sejak lama. Tak hanya sampai di situ saja, mata Vino semakin memanas saat lelaki itu melihat wajah Mikael yang perlahan mendekat ke arah gadis di depannya.
Vino begitu paham dengan arti tatapan Mikael pada Aleena. Hanya pandangan penuh nafsu yang tersorot di mata Mikael kepada gadis di sana.
Bugh!
"Bangsat!" Vino langsung menerjang rahang keras Mikael. Lelaki yang sebelumnya tengah duduk di brankar itu kini langsung terhuyung karena serangan mendadak Vino padanya.
Mikael yang memang tak memiliki persiapan untuk melawan hanya bisa menahan rasa sakit di rahangnya. Nyeri hebat telah lelaki itu rasakan dan lagi-lagi dikarena orang yang sama.
Sorot mata tajam kini Mikael layangkan pada Vino. Lelaki itu bangkit dari posisinya. Dan selanjutnya,
Bugh! Bugh! Bugh!
Tiga pukulan keras langsung ia berikan sebagai balasannya. Tangan Mikael yang kekar pun telah menahan kerah Vino hingga lelaki itu tak bisa berbuat apa-apa.
"Maksud lo apa?" tanya Mikael dengan nada yang begitu dingin. Sorot mata tak bersahabat itu kembali ada. Mikael telah kembali menjadi dirinya.
Dengan mengumpulkan sisa tenaga, Vino akhirnya berhasil mendorong tubuh Mikael agar menjauh dari jangkauannya. Tatapan sengit di antara mereka masih sama.
"Seharusnya gue yang tanya, maksud lo apa barusan?! Ngapain lo deket-deket sama Aleena?!" jawab Vino dengan nada yang menggebu-gebu seolah tak terima.
"Maksud gue? Emang elo siapa sampai harus tau semua maksud dari setiap tindakan gue?" tanya Mikael dengan nada yang sangat tak mengenakkan untuk di dengar. Tatapannya pun begitu meremehkan.
"Sialan lo, Bangsat! Gue cuma mau tau apa tujuan lo ngedeketin Aleena?!" Vino terus menggunakan nada tingginya saat berbicara pada Mikael. Tangannya pun masih terkepal erat di samping tubuhnya.
Mendengar pertanyaan Vino, spontan Mikael memutar arah pandangnya. Lelaki itu kini menatap Aleena yang diam membisu di tempat yang sama. Tampak sekali jika gadis itu terkejut dengan apa yang terjadi di depannya. Pertengkaran antara Vino dan Mikael yang kembali terjadi karena dirinya.
Senyum seringai mulai terbit di bibir Mikael. Lelaki itu kembali menatap ke arah Vino dengan senyum kemenangan mengembang di bibirnya.
"Gue deket sama dia, karena dia cewek gue!" Satu kalimat yang keluar dari bibir Mikael berhasil membuat mata Aleena membulat seketika. Vino yang mendengarnya pun turut tak percaya. Oh ya, dan satu lagi. Kerumunan para siswa yang masih setia berada di depan ruang UKS semakin gencar untuk menghujat Aleena.
"Bukan! Aku.."
"Kenapa sayang?" Ucapan Mikael yang memotong Aleena langsung membungkam mulutnya. Tatapannya yang tajam seolah membuat lidah Aleena kelu hingga tak mampu berkata-kata.
"Gue nggak percaya!" ucap Vino menentang. Mikael adalah lelaki yang tidak pernah bisa dipercaya. Lelaki itu hanya mengeluarkan kebohongan dari setiap kata-kata yang ia lontarkan.
"Gue nggak peduli lo percaya atau enggak! Karena pada kenyataannya, dia cewek gue sekarang! Iya kan, Sayang?" tanya Mikael kembali memandang ke arah Aleena. Senyum seringai Mikael begitu menakutkan hingga gadis itu tak tahu harus berkata apa.
"Aleen, jawab! Ini semua nggak bener, kan?" tanya Vino sembari berjalan mendekati Aleena. Tangannya pun dengan spontan bergerak untuk menggenggam erat telapak tangan gadis di depannya.
Aleena hanya menggelengkan kepala. Tatapannya terlihat sangat tak berdaya. Ia ingin menangis di depan Vino sekarang. Namun ia takut itu akan semakin membuat Mikael marah dan ia mendapat konsekuensi yang lebih parah.
Untunglah Vino memiliki tingkat kepekaan yang cukup tinggi sebagai seorang lelaki. Lelaki itu paham betul dengan isyarat yang Aleena berikan kepadanya.
Gadis itu menentang jika ia adalah kekasih dari seorang Mikael, namun ia tak berani untuk terang-terangan mengatakan itu di depan Mikael.
Tubuh Vino kembali berbalik menghadap Mikael. Sebuah senyum kecil kini terbit di bibirnya. Syukurlah jika Aleena bukan kekasih dari Mikael. Lelaki itu sungguh kerasa lega.
"Lo bohong!" ucap Vino langsung pada intinya.
"Gue nggak bohong, tanya aja sama dia!" jawab Mikael masih kekeh dengan pernyataannya.
Senyum angkuh milik Mikael masih setia di bibirnya. Lelaki itu yakin bahwa Aleena tak akan berani menentang ucapannya.
Namun apa yang Aleena lakukan benar-benar membuat Mikael naik pitam. Dengan cepatnya, gadis itu langsung menggeleng sembari memegangi pucuk seragam milik Vino. Dan tatapannya, argh! Sungguh membuat Mikael semakin membencinya.
"Lihat sendiri, kan?"
Sialan!
Kaki Mikael langsung berjalan cepat mendekat pada Aleena. Mata lelaki itu telah memerah seakan tak terima.
"Akh!" Aleena seketika terpekik saat lengannya mendapat cengkeraman yang begitu erat dari Mikael.
Aleena memandangnya, menatap sorot kebencian yang Mikael tunjukan dari kedua matanya.
"Kalau gue udah bilang lo cewek gue, itu artinya lo nggak punya hak buat nentang ucapan gue!" ucap Mikael memperingatkan. Gadis itu terlalu berani untuk mempermalukan dirinya di depan Vino. Sungguh Mikael tak akan pernah memaafkannya.