Chereads / First Love and Revenge / Chapter 24 - The Venus

Chapter 24 - The Venus

Berjalan beriringan dengan  wajah yang tampak sangar, baju seragam yang dikeluarkan dengan kancing baju yang terlepas dua di bagian atas. Lengan baju digulung ke atas sehingga menampakkan otot- ototnya. Lima sekawan yang terkenal berandal sekolah berjalan dengan penuh percaya diri, badan yang tinggi besar menambah ketakutan bagi para siswa. 

Berbeda dari yang lain, salah satu dari mereka berwajah tampan, kulit putih hidung mancung memiliki mata setajam elang bernetra biru. Berjalan dengan langkah tegap  diapit kedua wanita cantik yang berpenampilan tidak jauh dari mereka.

Penuh percaya diri menyusuri taman, melihat mereka membuat semua menyingkir. Takut? Yah, mereka sangat menakutkan. Salah sedikit saja bisa membuatnya tidak pernah betah di sekolah ini. 

The Venus, itulah gelar yang mereka sandang. Ditakuti dan dibenci. Brandal sekolah itulah julukan mereka. Meski begitu ketua geng mereka menjadi idola. Dingin namun banyak sekali wanita yang berburu ingin dekat dengannya. Bukan hanya tampan menjadi ketua team basket menjadi poin plus buat para siswa wanita. 

Tanpa mereka ketahui sang idola brandal sekolah adalah pria yang suka berganti pacar. Kebebasan menjadi moto hidupnya. Selain penakluk wanita ia juga penakluk jalanan. Mengikuti balapan liar adalah hobinya. 

Seorang wanita tengah duduk dibawah pohon. Jarinya menari- nari melukis sebuah sketsa wajah. Nampak goresan samar menampakkan wajah anak laki- laki yang tengah bersandar di bawah pohon dengan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. 

Anak kecil dimasa lalunya yang sangat ia rindukan, dia yang menemani dan mengukir senyuman ketika saudara kembarnya telah pergi untuk selamanya. Dengan perasaan yang bersalah, ia terus menggoreskan pensinya pada buku polos dalam pangkuannya. Josh, kata itu terlepas dari bibir mungilnya, menatap lekat sketsa yang hampir jadi.

Belum sempat ia menyelesaikan sketsa pada bagian wajahnya. Hembusan angin begitu kencang menerpa. Menggoyangkan ranting- ranting yang membuat daun- daun berguguran. Ketika gadis itu menikmati kesejukan yang menerpa wajahnya yang memainkan rambut pirangnya. 

Angin nakal itu membawa kertas terukir sketsa wajah anak laki- laki pergi menjauh terbang bersama daun- daun kering. Terlalu fokus dengan sketsanya. Hingga tanpa dia sadari ia menabrak seorang pria bertubuh tinggi dan besar. Tubuhnya hanya sedada pria itu. Keysha acuh ia hendak mengambil sketsanya. Namun, pria di hadapannya menginjak sketsa itu hingga robek. 

"Astaga." Ia menutup mulutnya karena melihat sketsanya telah tak berbentuk.

Marah, sudah pasti. Tapi, dia tidak ingin mendapat masalah. Menguatkan hati dan menghembuskan napas kasarnya guna meredam amarahnya.  Mencoba mengumpulkan potongan- potongan sketsanya. Tidak terima wajah laki- laki yang ia gambar harus diinjak. Merapihkan setiap sobekan kertas, yang berceceran di atas rerumputan

Anggota The Venus menatap  sinis sedang siswa yang berada disana menatap iba. Menolong? Tidak akan ada yang rela berurusan dengan mereka. 

"Hey, beraninya kau menabrak ku!" bentaknya namun gadis dihadapannya tampak acuh tak peduli. Ia masih memunguti helaian demi helaian sketsa yang tercecer. Dia tidak ingin bagian wajah pria yang ia gambar sampai rusak apalagi terinjak. 

"Apa kau tuli, hah?!" geramnya. Lagi dan lagi Key  hanya diam.

Pria bertubuh tinggi besar itu merasa kesal tidak ada tanggapan dari wanita di hadapannya. 

Mencengkram tangan gadis malang yang tampak sedih melihat potongan- potongan kertas. Keysha masih diam, baginya hanya di cengkram tangannya adalah hal yang sangat biasa. Dia pernah merasakan lebih dari itu. Semua yang melihat meringgis namun gadis yang menjadi korban tatap menggenggam sketsanya. 

"Kau berani menantangku, hah?! Ku hajar kau!" ancamnya. Keysha melirik sekilas menepis cengkraman pria di hadapannya.

"Aku dengar kau jagoan? Baru aku ketahui jagoan berani sama perempuan!" ucapnya dengan tersenyum semrik. Kata- kata wanita itu membuat ketua geng menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Ia tak menyangka ada yang berani pada pria yang sangat ditakuti. 

"Beraninya, Kau!" geramnya. 

"Tidak juga, hanya saja …," ucapnya terhenti karena pria itu merampas paksa potongan sketsa di tangan gadis di hadapannya. 

"Kembalikan!" pintanya dengan wajah yang memerah menahan amarah. 

"Ambil kalau kau bisa!" ucapnya dengan mengangkat tinggi dan berjalan menjauh. Baru saja gadis itu melangkahkan kakinya  namun ia tersungkur karena ulah wanita yang bersama geng itu menyilangkan kakinya menghalangi jalan Keysha. Tertawa terbahak yang semakin membuat gadis yang tengah tersungkur itu semakin geram. Jika saja ia tidak ingat akan siksaan ibunya jika ia kembali membuat masalah, sudah dipastikan Key akan menghabisi mereka semua.

Seorang pria bertubuh kerempeng akan menginjak tangan Key. Beruntung Adam datang menahan kakinya sehingga pria kerempeng itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

"Beraninya, kau!" bentaknya pada Adam. 

Buggh…

Seorang pria bertubuh tinggi memukul Adam hingga darah segar mengalir dari ujung bibirnya. Melihat itu Key tampak marah. Dia rela jika ia diperlakukan tidak baik. Tapi jika menyangkut teman yang selalu baik padanya ia tidak tahan lagi. Persetan dengan siksaan ibunya. 

"Beraninya kau, menyentuh temanku!" Gadis yang tengah tersungkur itu bangun dan menendang wajah pria yang berani membuat Adam terluka. Semua yang melihat tampak keheranan. Selama ini tidak ada yang berani menghadapi mereka. 

"Kau …." pria itu tak menyangka ada yang berani pada mereka. 

"Kenapa? Kau pikir aku takut? Cih, bahkan wajah kalian akan ku buat seperti perkedel!" geramnya dengan mengepalkan tangannya.

"Aku, Keysha, tidak suka berbasa- basi, sekarang katakan!" geramnya dengan amarah yang memuncak.

"Siapa ketua geng kalian?" tantangnya. 

Rold Pov

Aku merasa ada yang aneh pada gadis ini, entah kenapa matanya mengingatkanku pada seseorang. Namun, apa mungkin dia? Bukankah gadis kecilku sangat penakut dan suka menangis. Bahkan, gadis di hadapaan ku ini nampak tidak memiliki ketakutan. Aku semakin menatapnya lebih dalam. 

Sekarang dia berani menendang wajah temanku, aku merasa dia berbeda. Aku tersadar dalam lamunan ku ketika gadis itu menantang, aku segera berjalan mendekatinya. 

"Kenapa kau mencariku, hah?" tanyaku dengan menetap netra biru yang tengah memerah. 

"Hey, kau! Lawan aku jika kau berani!" Dia menantang ku. Aku bukan marah tapi merasa lucu. Tubuhnya sedada namun nyalinya melebihi tinggi tubuhnya. Aku heran apa yang dia makan? Sehingga memiliki postur tubuh seperti kurcaci. 

"Kenapa kau takut? Beraninya kalian menghajar temanku! Kau ajari temanmu, untuk lebih menghargai barang milik orang lain." Dia terus berceloteh di depanku sehingga membuat kupingku seakan lari dari tempatnya. Namun aku hanya diam, membiarkan dia meluapkan isi hatinya. 

"Prihal sebuah kertas! Kau saja yang berlebihan," Tukas temanku yang memiliki masalah dengan gadis yang sedang marah. 

"Diam, kau, pecundang!" bentak Key pada anak laki- laki itu dengan mata memerah, akan di hajar namun ketua geng menahan tangan temannya.

"Kenapa kau mencariku? Apa kau ingin mencari perhatian pria tampan sepertiku!" godaku yang semakin membuatnya marah. 

"Kau!" geramnya dengan melayangkan tinjunya padaku. Segera aku menepisnya. Sungguh kuat tenaga gadis ini. 

Aku menarik tangannya hingga jarak kami sangat dekat, aku menatapnya lebih dekat. Bukan hanya aku, gadis itu juga bungkam ia menatapku dengan lekat. Entah kenapa aku merasa dekat dengannya. Sebenarnya, siapa dia. Kami masih terpaku dalam tatapan hingga salah satu teman wanitaku menegurku dengan meneriaki gadis yang sedang menatapku. 

Segera aku melepaskan pegangan ku dan berlalu mengajak temanku. Aku meminta mereka untuk tidak melanjutkan pertikaian ini. Aku tidak ingin masalah ini diketahui oleh guru. 

Kami memiliki tempat untuk bersama, kehidupan kami sangatlah bebas. Di gedung kosong sekolah ini tempat kami menghabiskan waktu. Jangan heran, jika perbuatan ku tak seperti murid pada umumnya. 

Aku adalah anak yang bebas, kejadian masa lalu menjadi kan aku pria yang suka sekali melakukan sesuatu di batas kewajaran usiaku. Aku memang tampan, tapi, itu menjadi petaka di masa mudaku. Pergaulan yang salah sedang ku rasakan saat ini.

Menikmati wanita yang berbeda di setiap malam. Mereka akan dengan senang hati menyerahkannya padaku, tapi, meski begitu aku tidak akan pernah melakukan pada wanita yang masih suci.

Di tempat ini kedua wanita itu sudah terbiasa bermanja denganku. Duduk di pangkuanku dan aku membiarkan mereka berbuat semaunya. Aku hanya menikmati sembari menghisap rokok di tanganku.

Entah kenapa pikiranku sudah tak fokus pada mereka. Aku menepis pikiran bodohku yang mengingat gadis yang menantangnya tadi.

Terbesit dalam pikiranku, tentang apa sebenarnya yang terukir dalam sketsa itu. Sehingga membuatnya tampak marah.

Mengingatkan ku padanya, yah, wanita yang membuatku hancur.