Alexandra Dawson,
Gadis cantik yang kerap disapa Ale. Seorang gadis berparas cantik, berambut pirang bermata indah, berhidung mancung dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Gadis kelahiran Inggris yang menjadi pewaris raja perusahaan di dunia.
Carles Dawson,
Suami sah Alexandra, berwajah tampan. Cucu pertama Samuel Dawson dari putra pertama yang bernama Abraham.
Adam Aldrick Dalbert,
Anak pertama keluarga Dalbert, seorang pria yang tampan, baik hati, lembut dan penyayang. Namun, ia memiliki penyakit kanker hati dan Alexandra adalah cinta pertamanya.
Martin
Pria kejam. Namun, sangat mencintai adik angkatnya Adam. Tujuan hidupnya adalah menghabisi semua garis keturunan Dawson untuk alasan balas dendam.
***
Husavik, Islandia 1997
Tinggallah seorang wanita cantik yang masih sangat muda, ia anak seorang nelayan di desa itu. Ia diusir orang tuanya karena menikah dengan pria yang tengah beristri. Tidak mendapat restu dari orang tua tidak mengurungkan niatnya untuk menikahi pria kaya yang telah beranak istri.
Laurent wolf, seorang wanita berusia 26th. Merelakan dirinya menjadi seorang istri simpanan pengusaha terkaya di Islandia yang bernama Samuel Dawson, selain tersohor atas kekayaannya pria ini juga sangat dikenal dengan kesombongan dan sikap arogannya. Mereka tengah dikaruniai seorang putra bernama Martin yang kala itu berusia sepuluh tahun.
Malam yang kelam, menyelimuti Laurent yang kala itu tengah duduk di depan rumah sederhana miliknya. Menatap laut yang luas dengan memeluk kedua lututnya, senyuman membingkai indah wajah cantiknya dari bibir merah jambu yang terlihat menggoda.
Martin sudah tidak heran, jika akhir pekan sang ibu bisa semalaman berada di luar menunggu Ayahnya pulang menemui mereka. Martin pun menghampiri dengan membawa selimut di tangannya.
"Ibu sudah malam. Sebaiknya tidur!" pinta anak kecil yang tampan itu.
"Kau tidurlah, Nak. Ibu disini menunggu ayahmu pulang," titahnya dengan mengusap kepala sang anak dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Apa Ayah akan pulang?" tanyanya antusias.
"Tentu saja, ayah pasti pulang. Sekarang kau tidurlah, Nak! Nanti ibu bangunkan saat Ayah datang," serunya dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.
Martien kembali ke kamar, sebelum itu ia memberikan selimut di tangannya dan memakaikan pada tubuh mungil sang ibu.
Malam semakin larut, angin malam sudah tak ramah menusuk seluruh permukaan tubuh, Laurent masih setia menunggu sang suami datang dengan memeluk lututnya menahan hawa dingin yang semakin menembus kulitnya.
Ia nampak bahagia, saat melihat mobil mewah terparkir dihadapannya. Seorang pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan di usianya yang hampir setengah abad menghampirinya.
Seketika Laurent menyibakkan selimut yang melekat di tubuhnya, Ia berlari dan memeluk pria paruh baya itu. Terpancar kerinduan yang mendalam dari mata cantik nan manis itu. Laurent tak segan mendaratkan ciumannya, seketika mereka terbuai dalam cumbuan dihiasi dinginnya malam.
Samuel mengajak Laurent masuk ke rumah sederhana miliknya dengan menggandeng tangan sang istri, Lauren menatap wajah tegas suaminya penuh cinta. Meski menjadi seorang simpanan konglomerat, tidak membuatnya menjadi wanita yang berkelas. Laurent hanyalah wanita biasa yang kesehariannya membantu para nelayan menjual hasil tangkapannya. Dengan tulus ia mencintai Samuel.
Tiba di sebuah kamar nan sederhana, mereka melepas rasa rindu yang memuncak dalam diri mereka, terbuai api cinta yang membara membuat Samuel lupa akan tujuan kedatangannya ke tempat ini.
Hasrat yang kian menggebu membuat mereka terbuai, dalam kebisuan malam yang sunyi. Samuel masih terengah setelah rutinitasnya yang menghasilkan peluh disekujur tubuhnya. Ia teringat akan tujuan utamanya datang ke tempat ini.
Ia melepaskan pelukan sang istri dan kembali memakai pakaiannya yang berceceran. Senyum merekah yang sedari tadi menghiasi bibir merah jambu wanita mungil itu, seketika menyusut. Tidak biasanya sang suami berlaku seperti itu padanya.
"Pakailah, pakaianmu kembali! Ada yang ingin aku bicarakan padamu, penting!" titahnya. Dengan perasaan bingung, sang istri memunguti pakaian dan memakainya. "Cepatlah!" sentaknya. Wanita mungil itu hanya menatap dengan nalar.
"Duduklah!" titahnya kembali. "Kau, dengarkan aku baik- baik! Jangan bertanya ataupun menyela kalimatku, kau paham?!" bentaknya. Wanita mungil itu hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti.
"Kita harus mengakhiri hubungan ini!" serunya. Bak seperti ditampar puluhan iblis, ia seperti anak ayam yang dibawa terbang kelangit ketujuh dan dihempaskan dari ketinggian. Hancur sudah tak tersisa. Laurent akan angkat bicara, baru saja dia membuka bibir merahnya. Tetapi, teriakan pria yang sangat dicintainya menghentikan niatnya.
"Diam! Ku bilang jangan bertanya atau menyela!" Sentaknya. Seketika Laurent mengunci mulutnya dengan sedikit bergetar menahan sesak.
"Kau tahu bukan? Aku sudah memiliki anak dan istri dan aku tidak ingin rumah tanggaku hancur. Jika, mereka mengetahui hubungan kita!" Jelasnya dengan kembali menyesap rokok di tangannya. Lauren hanya tertunduk dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Kau jangan khawatir! Aku akan meminta anak buahku untuk mengirimkan kebutuhan Martin," lanjutnya lagi dengan mengangkat sebelah kakinya.
Laurent sudah tidak sabar, bukan harta yang dia inginkan. Kenyataannya Ia telah benar-benar tulus mencintai laki-laki di hadapannya ini.
"Aku tidak butuh hartamu! Ku Mohon, jangan tinggalkan aku!" pintanya dengan Isak tangis.
"Tidak! Aku tidak mau!" tolaknya.
"Apa salahku? Selama ini, aku tidak menuntut lebih padamu! Sungguh aku sangat mencintaimu."
"Tapi, aku tidak pernah mencintaimu! Mengertilah, bagiku kau hanya mainan," ucapnya dengan tersenyum sinis.
"Kenapa? Kau tega padaku, hah?! Aku sudah memberikan semuanya padamu! Inikah balasanmu?! Kau kejam, kejam!" teriaknya lirih.
Ck
"Siapa yang memintanya? Kau saja yang terlalu murahan!" kilahnya.
"Jaga bicaramu!" Laurent mendorong tubuh suaminya.
Samuel mematikan rokok ditangannya dengan menginjaknya dengan sepatu yang sudah dia kenakan kembali, menarik tangan sang istri dan kembali menghempaskannya di tempat tidur, pergulatan kembali terjadi. Dengan kasar laki- laki itu melakukan hubungan suami istri yang membuat keduanya kembali terbuai dalam api nafsu yang membara. Tapi, Samuel hanya menjadikan ajang bercinta untuk permainan nafsunya saja.
"Lihatlah, betapa murahannya dirimu Laurent!" Ejeknya dengan tersenyum smrik. Seketika Lauren menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Entah mengapa setiap sentuhan yang diberikan Samuel selalu membuatnya lupa diri.
"Tapi, aku hanya melakukannya dengan mu!" Laurent berkata dengan lirih, air mata sudah membanjiri wajahnya.
"Alasan! Wanita sepertimu bisa dengan mudah ku dapatkan dipinggir jalan!"
"Kau ingat bukan? Bahwa kau, yang telah merenggut kesucian ku!" Saat ini wanita mungil itu sudah tidak bisa menahan amarahnya, Ia berucap dengan berteriak.
"Siapa yang memintamu, memberikan kesucianmu padaku? Aku hanya menggodamu saja! Salahkan dirimu kenapa begitu sangat mudah memberikan hal berharga padaku!"
"Cukup!" teriakan Laurent memecah keheningan.
Laurent sudah tidak bisa berkata- kata ia hanya bisa menangis meratapi dirinya yang tengah hancur. Berbicara dengan Samuel tidak akan pernah menang. Ia kehilangan masa remajanya dan memberikan hal yang berharga pada orang yang salah. Wanita itu kembali mencoba menengkan dirinya, memunguti pakaian yang berserakan dilantai dan memakainya kembali. Begitupun dengan Samuel.
Hidup di desa terpencil, membuatnya menjadi gadis polos yang mudah ditipu daya dan percaya dengan ucapan manis lelaki hidung belang seperti Samuel.
Meski dikatakan murahan, Lauren masih berharap bisa tetap menjadi istri Samuel. Ia terus memohon agar sang suami tidak benar-benar meninggalkannya.
Samuel bersikukuh pada pendiriannya, Ia tidak ingin keluarga dan ayah mertuanya tahu akan keburukannya. Bukan hanya, Laurent yang menjadi selirnya. Samuel adalah laki-laki yang suka berganti-ganti teman tidurnya.
Kehilangan satu teman tidurnya, bukanlah masalah yang besar Baginya. Berbeda dengan Lauren yang benar-benar tulus mencintainya.
TBC